16. Di balik gelap

53.8K 9.3K 2.1K
                                    

Saga menyapu ke seluruh tanaman dengan pandangannya. Tak sedikitpun ia lihat ada tanda-tanda kemunculan seseorang karena berhubung Taman tempat ia mengajak laki-laki di ponsel Sherly itu ketemuan adalah Taman sepi yang jarang ada yang mengetahuinya.

Laki-laki itu menghela napas merasa telah membuang-buang waktunya yang berharga. Saga merutuki tindakannya. Ia baru saja membawa langkah kakinya pergi dari taman itu saat suara seseorang yang sangat ia kenal menghentikannya.

"Woy, Ga."

Saga menoleh ke belakang dimana tempat Kenzo berdiri dengan kerutan di keningnya. "Ngapain?"

Saga duduk di bangku panjang berwarna hitam di taman itu membuat Kenzo juga ikut duduk di sana.

"Ada anak kurang ajar gue ajak ketemuan di sini tapi gak dateng. Udah gue duga sih, anak alay kayak dia mana berani face to face sama gue," kata Saga membuat Kenzo mengangguk mengerti.

Namun, Saga juga bingung kenapa Kenzo bisa ada di sini hingga ia memilih bertanya, "nah lo, ngapain ada di sini?"

"Oh itu," jawab Kenzo menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal. "Ada Kadal songong ngajak gue ketemuan tapi ya gitu, gak dateng. Gue maklum sih, mungkin dia cuman gertak gue doang. Udah songong, modal bacot doang, ntar kalau gue ketemu, habis komuknya gue hajar."

Saga tertawa kecil menanggapi kekesalan temannya itu. Hening beberapa detik sampai Saga kembali membuka suara.

"Ada begitu banyak rahasia yang disembunyikan adik gue," gumamnya. Ia menunduk dengan helaan napas kasar. "Gue ingin ngelindungin dia tapi gak pernah bisa ngerti perasaan dia?"

"Adik yang gak mau ngakuin lo itu?" tanya Kenzo yang diangguki Saga sebagai jawaban.

Namun, kemudian Saga menggeleng dengan senyum getir. "Dia pasti punya alasan."

"Lo minta saran Shera aja buat nyelesain masalah adik lo, gue pikir dia bisa ngasih lo solusi," saran Kenzo membuat Saga menatapnya.

Selama ini, Saga selalu berusaha tak peduli. Namun, ia tak bisa terus bersikap seperti itu. Sherly memang tak mengatakan apa-apa atau mengadu padanya tetapi tatapan mata anak itu menunjukkan kalau adiknya tak pernah baik-baik saja.

"Gue rasa gue emang perlu bantuan Shera," ujar Saga membuat Kenzo menepuk-nepuk pundaknya.

"Dia istimewa dan gue yakin dia bisa jadi obat penenang buat semua masalah lo makanya gue suka," kata Kenzo mengulum senyum.

Saga terdiam, ia berpikir keras. Shera? Tunggu, kenapa ia seperti pernah mendengar nama itu baru-baru ini. Tapi ... dimana? Atau mungkin itu hanya perasaan Saga saja.

"Lo suka sama Shera?" tanya Saga membuat Kenzo terdiam. Wajahnya memerah seketika dan semua itu terlihat di mata Saga yang langsung tertawa. "Beneran suka."

"Good luck, ya. Gue adalah orang pertama yang bakal dukung lo," seru Saga semangat.

Kenzo sendiri menunduk, Shera adalah orang yang selalu menemani harinya. Tempatnya berkeluh kesah dan menjadi solusi untuk semua kegundahan hatinya. Tetapi, Kenzo tak mau jatuh terlalu dalam akan pesona gadis yang hanya bisa ia terka lewat tulisannya.

"Gue takut dia cuman Ilusi, Ga. Wujudnya gak nyata," keluh Kenzo membuat Saga meledakkan tawanya. Merasa Kenzo membuat sebuah lelucon, kalau Shera tidak nyata terus yang bertukar kabar selama ini sama Kenzo siapa? Setan?

Saga berupaya menghentikan tawanya, hendak membalas tetapi lebih dulu dihentikan akibat dering ponsel di kantung celananya. Laki-laki itu bangkit untuk menerima panggilan.

Selang beberapa menit, Saga kembali ke hadapan Kenzo dengan raut paniknya. Ia pamit pergi membuat Kenzo kebingungan.

*

TITIK TERENDAH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang