30. Seorang teman

62.7K 10.2K 3.5K
                                    

Sepulang dari sekolahnya, Kenzo langsung ke rumah Sherly. Dibuat kesal setengah mati tatkala Saga yang membuka pintu dengan wajah menyebalkannya tetapi Sherly muncul di belakang Saga dengan rambut digerai indah dan tas selempangan yang ia pakai membuktikan kalau gadis itu sudah siap ia ajak jalan.

"Gue ikut!" seru Saga membuat Kenzo menatap tajam.

Laki-laki itu kemudian menatap Sherly dengan senyum manis . Ia lalu melirik Saga dengan sinis. "Setan sekarang gak ada malunya, ya, Sayang."

"Bodoamat. Gue harus ikut. Takut nanti lo apa-apain adik gue," balas Saga menahan tangan Sherly yang menghela napas panjang. Dulu sebelum jadian dengan Kenzo, Saga dan Kenzo seperti anak kembar saking akrabnya. Kenapa sekarang dua laki-laki itu berubah seperti tengah terlibat saingan.

"Gue gak mungkin ngapa-ngapain, bangsa--" Kenzo menatap Sherly yang terlihat menunggu kelanjutan ucapannya. Laki-laki itu dengan gerakan cepat melepas tangan Saga di lengan Sherly.

"Bangsa apa, Kak?" Sherly bertanya bingung dan Kenzo cengengesan.

"Bangsat," batin Kenzo. "Maksudnya tuh Bang Saga."

"Dih najis gue dipanggil Abang sama lo," kata Saga sewot. Ia kemudian menutup pintu setelah berkata, "jangan macem-macem."

Seandainya membunuh tak dosa. Kenzo pasti sudah mencincang tubuh Saga sembari tertawa dan melemparnya ke kolam buaya.

*

Mereka mampir ke restoran. Ketika berada di ambang pintu, Kenzo terkejut saat merasakan tangan Sherly meremat kuat tangannya yang berada dalam genggaman. Seperti tersadar, Kenzo menghentikan langkah kemudian menatap gadis itu teduh.

"Ada aku," katanya meyakinkan. Ia tahu Sherly mempunyai ketakutan pada banyak orang. Sherly takut kejadian yang menimpa di sekolahnya, menimpanya juga di luar. Gadis itu juga takut menatap orang-orang asing karena mengira orang-orang itu akan menghakiminya seperti yang dilakukan teman-temannya di sekolah. Itu yang Kenzo tahu dari Saga.

Sementara Sherly menatap Kenzo kemudian menggelengkan kepala, dia memelas berharap Kenzo mengerti.

"Hey," ujar Kenzo lembut. "Mereka gak bakal berani ngapa-ngapain kamu. Mereka gak sejahat yang kamu pikirin, Kok."

"Tapi aku udah gak selera makan, Kak." Sherly memohon. "Kita pergi dari sini, sekarang."

Kenzo berdecak, mereka sudah akan masuk dan memesan makanan tetapi kenapa Sherly malah berubah pikiran.

"Tapi aku yang lapar. Ayok temenin aku, bentar aja," ajak Kenzo menarik tangan Sherly. Namun, gadis itu menahannya sembari menggelengkan kepala.

"Gak mau," balasnya melepaskan tangan Kenzo dengan raut tak suka. "Aku bilang aku gak mau di sini, Kak."

"Di sini makanannya enak-enak. Bentar doang kok." Kenzo memaksa karena sudah terlanjur memasuki restoran itu dan Sherly malah bersikap begini. Tidak biasanya dia seperti ini.

TITIK TERENDAH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang