8. Bising dan Sunyi

56.2K 10.1K 1.5K
                                    


Kenzo memasuki rumah besarnya dengan langkah linglung. Seperti biasa, ia disambut suara umpatan, teriakan, suara pecahan gelas, piring dan lemparan sendok yang nyaris mengenai dirinya.

Kenzo tersenyum. Namun, tangannya terkepal dengan tatapan tajam mengarah ke dimana wanita dengan gaun merah tengah mencaci maki pria paruh baya berjas hitam.

"CERAIKAN AKU!! SUDAH KU BILANG CERAIKAN AKU!!!"

Berteriak lalu mengumpat dengan tangan memukul-mukul dada sang pria. Tak malu, pertengkarannya yang nyaris seperti drama itu disaksikan anak satu-satunya setiap hari.

Kenzo lebih memilih berlari menaiki anak tangga dengan raut datarnya.

Di kamar, ia menghidupkan ponsel yang beberapa jam lalu ia beli. Kenzo memejamkan mata lalu mencari nama Shera di kolom pencarian instagram-nya. Ia menemukan sebuah akun dengan pengikut ratusan tanpa ada satupun foto yang dipost. Poto profilnya pun hanya gambar sebuah bunga yang layu. Apa ini akun yang dimaksud Kanu?

"HIDUP SAMA WANITA ITU, HIDUP! CERAIKAN AKU!!"

Sementara itu di luar, teriakan penuh amarah semakin keras terdengar membuat telinganya berdengung.

"Di sini bising."

Kenzo mengirimkan pesan pada akun dengan nama Shera itu kemudian memejamkan mata sebelum akhirnya kembali mengetik beberapa kata untuk ia kirimkan pada Shera.

"Kepala gue pusing."

Kenzo menunduk. Dia bahkan tak mengirimkan kata berupa sapaan pada Shera karena terlalu pusing mendengar pertengkaran yang membuatnya tak pernah betah berada di rumah sampai beberapa menit kemudian sebuah balasan ia dapatkan dari Shera.

"Di sini Sunyi."

Kenzo membaca pesan itu beberapa kali untuk memastikan. Selang beberapa menit, pesan dari Shera kembali datang.

"Hati aku sakit."

Beberapa menit kemudian, pesan Shera kembali masuk.

"Mungkin kita sama-sama berada di fase sedang menunggu satu sentuhan untuk hancur. Jadi, apa salahnya saling mengulurkan tangan?"

Kenzo menjadi menegakkan tubuhnya. Ia terkejut membaca pesan terkahir Shera. Dari mana akun itu tahu?
Dengan segera Kenzo mengentikkan balasan.

"Kirim nomer lo, cepet!"

*

Sherly jatuh tersungkur dengan jari tengah mengenai kaki meja kantin, mie rebus yang panas jatuh mengenai seragamnya lalu kemudian injakan kuat di jari kelingking tangan kanannya ia rasakan. Semua yang berada di kantin tertawa, ia mati-matian menahan tangis serta rasa sakit akibat panas dari mie dan luka di jarinya.

Dari meja anak laki-laki terdengar, menggunjing namanya seolah ia paling hina.

"Bantuin cewek lo tuh haha," kata salah satunya lalu temannya yang lain membalas, "bukannya dia cewek lo haha."

"Lebih baik gue mati daripada punya cewek kayak Sherly," kata yang lain menimpali kemudian saling menertawakan.

Sherly berdecih. Ia memang diam, tetapi hinaan semacam itu sudah biasa ia dengar seolah dirinya makhluk menjijikkan padahal jikalaupun semua laki-laki itu datang bertekuk lutut di bawah kakinya, ia tak akan berpikir dua kali untuk menolak. Mereka terus menjadikan namanya sebagai candaan seolah Sherly akan mau pada mereka.

TITIK TERENDAH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang