4. Kupu-kupu

61.8K 10K 970
                                    

Tuhan, kirimkan seseorang karena aku mulai lelah 'kesepian'

-Sherly andhara-

.....


Setelah kejadian memalukan itu, Sherly tak berani bergerak sedikitpun di pojok perpustakaan. Menempelkan kepala di meja lalu menutup wajahnya dengan buku, ia benar-benar takut kontak mata dengan seseorang lagi sekarang.

"Elin! Sekar!"

Suara Dania masuk ke indra pendengarannya. Sangat jelas sampai tubuhnya membeku saat suara itu melanjutkan perkataannya.

"Besok, Zem mulai bisa masuk sekolah," seru Dania.

Sherly sontak menyingkirkan buku dari wajah, menegakkan tubuhnya dan menatap tak percaya ke arah Dania yang berada di jarak beberapa centi dengannya.

Dania dan Sekar tersenyum miring menjadikan tubuh Sherly gemetar dengan napas berhembus terburu.

"Zemira masuk, mampus!" kata Sekar diiringi tawa sembari melirik sinis ke arah Sherly.

Sherly langsung bergerak dari tempatnya, turun dari bangku dengan panik menyebabkan bangku yang didudukinya jatuh hingga menimbulkan bunyi yang membuat Elina dan K terkejut.

K menatap Sherly dengan kening berkerut sementara Sherly berlari pergi dari perpustakaan.

"Aneh," komentar K membuat Elina menatap kedua sahabatnya yang tengah menahan tawa.

*

Hari ini sekolah dipulangkan lebih awal karena para guru ada rapat bulanan, cukup melegakan sebab Sherly lebih banyak waktu untuk menenangkan diri dan juga menyiapkan diri.

Untuk besok.

Zemira Khansa, ah mengingat nama yang pemiliknya sekitar seminggu tak berada di sekolah membuatnya dirundung rasa takut luar biasa.

"Butik Mama sedang sepi, Sherly. Uang apalagi?"

Gadis itu tersadar dari lamunannya saat suara halus ibunya masuk ke indra pendengaran. Sherly menatap datar.

"Butik sepi tapi uang dari Papa, tetep ngalir 'kan?"

Hyura hanya bisa membuang napas kasar sembari mengambil dompet dan menyerahkan pada anak gadis satu-satunya itu.

Meskipun begitu Sherly tak juga mengulas senyum, ia mengambil dompet ibunya lalu berlalu pergi tanpa mengucapkan terima kasih.

Baru sampai di ambang pintu dengan seragam SMA yang masih melekat di tubuhnya, Sherly mendengar ibunya berkata, "ini sebabnya kamu harus belajar banyak dari Elina."

Untuk kali ini ia tak ingin peduli sebab uang di dompet yang diperlukan sudah berada di tangan.

Dan, dia bisa segera pergi ke rumah sakit.

Di tangga, dia berpapasan dengan Saga yang baru pulang. Kakaknya itu terlihat tengah berbicara dengan seseorang di seberang sebab ponsel menempel di telinga kanannya.

"Semenjak aku terang-terangan bully Sherly di sekolah sampe sekarang diskors, sikap kamu jadi dingin dan kasar sama aku, Saga. Aku salah apa sama kamu? Kamu gak ada rasa sama cewek aneh itu 'kan?"

Apa Sherly salah dengar? Saga terlihat panik dan langsung menjauhkan ponsel di telinga setelah mematikan sambungannya.

"Apa lo liat-liat?" tanya Saga garang.

TITIK TERENDAH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang