22. Pelipur lara

53.8K 8.9K 2.2K
                                    

Kenzo memaksa Zemira bertukar tempat dimana ia ingin duduk di jok belakang dan tentu dengan senang hati Zemira mengiyakan, gadis itu dengan semangat duduk di samping Saga yang sibuk mengemudi.

Sherly sendiri memilih acuh tak acuh dengan mata menatap kosong keluar kaca mobil.

"Siapa yang ngejebak lo? Apa perlu kita langsung pergi ke kantor polisi?" tanya Saga memecah keheningan yang melanda empat orang dalam mobil itu.

Sherly sama sekali tak menjawab membuat Saga berdecak. "Sherly, gue tahu pasti lo gak tuli."

"E-enggak, Kak." Sherly menjawab pelan dan Kenzo di sampingnya setia memperhatikan.

Sherly menghela napas panjang, ia sedari tadi terus memikirkan ucapan Zemira di depan danau itu. Gak ada satupun orang ngeharapin lo ada di dunia ini.

"Kenapa? Dia udah nyelakain lo!" tekan Saga. Dari awal ia selalu mengatakan kalau adiknya itu bodoh, ini salah satu buktinya. Namun, jawaban Sherly selanjutnya membuatnya tertegun seketika.

"Lapor polisi? Aku gak mau jadi alasan masa depan orang hancur, Kak sekalipun dia benar-benar salah. Masa depan dia masih panjang," tutur Sherly membuat Zemira di depan memutar bola matanya malas. Ia menoleh ke belakang dan saat bertemu tatap dengan Sherly, ia menggerakkan bibirnya. Caper lo!

Kenzo sendiri memilih bersandar sembari mendengus. "Lo mikirin masa depan dia sementara dia sendiri gak mikirin masa depannya pas ngelukain lo. Aneh."

Sherly terdiam kemudian getaran di ponselnya membuatnya terkejut. Ia membaca pesan dari K, emoji bunga kemudian tersenyum. "Lagi di dalam mobil. Kamu?"

Di sampingnya Kenzo juga tersenyum membaca pesan Shera. Sedari sore ia menghubungi gadis itu. Namun, Shera tak juga membalasnya dan sekarang akhirnya pesannya terbalas. Dengan cepat Kenzo mengetikkan balasan. "Lagi di perjalanan pulang. Udah makan?"

Tak lama setelah pertanyaannya itu, pesan dari Shera kembali masuk.

"Belumm. Udah makan roti tapi belum kenyang hhe."

Kenzo memejamkan mata. Ini ajakan terakhirnya. Jika Shera tak juga mau bertemu dan mengangkat telponnya, ia akan berhenti berharap dan menghubungi gadis itu. Kenzo tak mau jatuh terlalu dalam pada gadis yang tak mau memperlihatkan wujudnya itu. Ini adalah keputusannya, ia memilih menelpon Shera dan jika Shera tak mengangkatnya, Kenzo akan berhenti.

Namun, setelah ia menghubungi Shera, sebuah deringan ponsel di sampingnya berbunyi. Kenzo menempelkan ponselnya di telinga sembari melirik Sherly yang terlihat kebingungan.

"Angkat aja, bukan cowok ganteng kok," saran Kenzo pada Sherly yang terlihat panik. Ingin mengangkat panggilan itu tetapi takut.

"Apasih berisik!" kesal Zemira di depan.

Sherly memilih menolak panggilan dari K yang sontak membuat Kenzo menghela kasar di sampingnya karena panggilannya ditolak oleh Shera.

Tetapi Kenzo tak menyerah, ia kembali menghubungi Shera yang anehnya membuat ponsel Sherly kembali berdering.

"Sherly," kata Saga di depan. "Kalau lo gak mau angkat, sini biar gue yang angkat."

Zemira menatap Saga dengan tajam kemudian memilih memalingkan wajah. Tahan Zemira, tahan. Tetapi ia seperti terbakar, kenapa Saga sebegitu ikut campurnya akan semua yang menyangkut Sherly?

Sementara Sherly menghembuskan napas sejenak. Daipada Saga marah nanti dan merebut paksa ponselnya, ia memilih mengangkat panggilan itu dengan jantung yang seperti akan keluar dari cangkangnya.

Setelah menekan tombol hijau, Sherly menempelkan ponsel di telinga kemudian mencicit kecil," please ... jangan sekarang."

Suaranya kecil tetapi sayangnya terdengar di telinga Kenzo yang mematung. "She ... ra?"

TITIK TERENDAH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang