Samuel mengantarkan adiknya hanya sampai gerbang bahkan laki-laki itu tak turun dari mobilnya. "Jangan datang lagi ke tempat gue, ya apalagi kalau cuman buat mellow doang."
Sherly menatap tajam Kakaknya yang justru sekarang malah tertawa terbahak-bahak kemudian mencoba menghentikan tawa seraya berkata, "gue sama sekali gak sayang sama lo."
Samuel pergi membuat Sherly mendengus dengan tatapan mengarah ke mobil Samuel yang perlahan lenyap dari pandangan. Gadis itu berbalik, hendak masuk ke rumah tetapi terkejut mendapati Ibunya berdiri kaku di pintu gerbang dengan tangan bergerak cepat menghapus air matanya.
"Ma-ma nangis?" cicit Sherly membuat Hyura memalingkan wajah. Gadis itu tentu tahu kalau sang Ibu merindukan anak sulungnya.
"Ini semua gara-gara kamu, Sherly." Hyura menatap Sherly yang terkejut akan perkataannya.
"Puas kamu?" isak Hyura. Sherly sama sekali tak mengerti apa salahnya di sini.
Gadis itu berjalan hendak meninggalkan Hyura namun Elina menghadangnya dengan tatapan datar. "Tante Hyura mau ngomong, seenggaknya punya sedikit sopan santu sama wanita yang ngelahirin lo."
Sherly menatap Hyura yang terlihat terluka. Gadis itu berjalan ke arah Ibunya dan menatap tak kalah terluka. "Sebenernya yang anak Mama itu aku atau Elin hem?"
Satu tamparan melayang ke pipinya. Sherly sudah terbiasa tetapi tetap saja, rasa sakit membekas bukan di pipinya melainkan hatinya.
"Jangan mengalihkan pembicaraan!" tegas Hyura. "Seharusnya kamu renungin kesalahan kamu kalau seandainya kamu gak luka waktu itu, Papa kamu gak mungkin ngusir Kakak kamu!"
Sherly menghembuskan napas panjang. Pasokan udara terasa menepis. Sesak di dadanya mulai ia rasakan.
Ia berlalu pergi sembari memegang pipinya, melirik ke arah Ibunya dan Elina yang tengah berpelukan. Entah bagaimana rasanya, Sherly lupa rasa hangatnya pelukan seorang Ibu. Getaran di ponsel membuat langkahnya terhenti.
Suara getar ribut di grup yang baru dimasukinya. Sherly segera membaca apa yang terjadi hanya untuk dibuat terkejut setengah mati melihat ratusan pesan berisi hujatan.
Untuk Elina.
Video itu tersebar. Video yang ditunjukkan Saga. Lantas sekarang apa yang terjadi di sekolah? Elina bisa di-bully habis-habisan.
"Ternyata yang cacat mental si Elina. Iblis bertopeng malaikat cih najiss gue pernah kagum sama dia dulu."
Sherly membaca salah satu pesan kemudian beralih menatap ke arah Elina yang terlihat tengah tertawa bersama Hyura yang tangannya tengah merapikan tatanan rambut Elina. Idaman sekali. Mereka berdua terlihat seperti seorang Ibu dan anak yang harmonis membuat hati Sherly teriris karena miris, ia yang lahir dari rahim wanita itu bahkan belum pernah merasakan disentuh lembut seperti itu.
Di sisi lain, Kenzo yang sudah berada di rumahnya. Terkejut saat tak mendapati siapapun di sana. Ia lupa kalau Ayahnya semalam mengabari kalau laki-laki itu akan pergi keluar kota. Dengan cepat Kenzo berlari ke gudang, tempat dimana sisa-sisa barang Ibunya tersimpan.
Sesampainya di sana, ia tak menemukan tanda-tanda kecuali sebuah catatan dalam buku harian yang sudah terlihat kusut dan berdebu.
"Jadi istri kedua demi cinta."
Ponsel Kenzo berdering. Dia membuang buku berukuran kecil milik ibunya untuk mengangkat panggilan masuk dari nomer tak dikenal.
"Nak..."
Aliran darah seperti berhenti mengalir dalam tubuhnya ketika yang menyambut pendengaran adalah suara lemah dan isakan lirih dari wanita yang begitu ia sayangi itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
TITIK TERENDAH
Teen FictionAku menangis, Kalian tertawa. Aku kesakitan, Kalian masih tetap tertawa. Apa jika aku mati, kalian masih tetap akan mentertawakanku? [Tersedia versi Pdf] _____________ Semua orang pasti pernah mengalami TITIK TERENDAH dalam hidupnya. Jika 'belum' ma...