Pernahkah kamu berharap, suatu hari kamu bisa bermetamorfosis seperti kupu-kupu?
,,,,,,,,,,Elina berjalan di lorong dengan senyum cerianya. Beberapa kali ia menyapa murid-murid yang tengah berjalan berlawanan arah dengannya. Bukan hal yang mengherankan, banyak yang menggambarkan gadis itu sebagai matahari. Dia selalu mampu memberikan kehangatan dimanapun dia berada.
Saat langkah kakinya berada di ambang kelas, dia bersorak menghampiri temannya.
"Sekar!" seru Elina senang. Gadis dengan mata sipit dan rambut pendek segera menoleh dengan antusias.
"Elin, gimana?" tanya Sekar semangat.
Elina tersenyum semakin lebar. "Ntar sore dia mau nemenin sama ngajarin gue."
Lantas kemudian mereka melakukan tos dan berbincang-bincang dengan sesekali tertawa membicarakan laki-laki idaman mereka.
Sangat berbeda dengan gadis yang duduk di pojok kelas, hanya terdiam sendirian dengan raut bosan menunggu guru datang mengajar.
Butuh waktu beberapa menit, seorang wanita setengah baya datang dengan senyum manisnya. Wanita itu membawa beberapa lembar kertas di tangan.
"Selamat siang anak-anak," sapanya. Senyum itu tak luntur dari bibir dengan lipstik merah jambu.
"Ibu senang sekali hari ini," kata wanita itu sembari duduk di bangku guru.
"Hasil ulangan harian matematika kemarin sama sekali tidak ada yang mengecewakan. Ibu harap kalian bisa mempertahankannya," lanjut Bu Widya, biasa dipanggil Buwid itu dengan sumringah.
"Dan seperti biasa, Elina- Kamu emang cocok dengan nama kamu. Cerdas, salahnya cuman dua soal, Ibu harap nanti kamu perbaiki dan belajar lebih giat lagi," tutur Bu Widya sembari mengangkat selembar kertas dan menyerahkannya pada Elina yang mengangguk semangat.
"Congrats, ya seperti biasa, lo emang menakjubkan. Sekarang giliran nilai gue yang pasti jeblok," cerocos Sekar membuat Elina tertawa.
Bu Widya menyapu seluruh kelas dengan pandangannya. Beberapa muridnya terlihat tegang, sebagian terlihat santai, dan sisanya malah tak peduli.
"Sherly!"
Begitu nama gadis yang tengah menatap dengan datar disebut, seluruh penghuni kelas sontak menahan tawa. Padahal, tidak ada yang lucu sama sekali.
"Ibu bangga sama kamu, Nak. Dari sepuluh soal, tidak ada yang cacat. Semua jawabannya benar. Nilai kamu makin meningkat, tolong dipertahankan!" terang Bu Widya membuat semua terkejut.
Sekar terlihat tak terima begitupun dengan Dania sahabat Elina. Padahal tidak ada yang salah ataupun janggal di sini.
Begitu Sherly melewati bangku mereka setelah mengambil hasil ujiannya, Sekar mengayunkan kakinya di depan gadis itu membuat Sherly tersandung hingga jatuh dengan kepala membentur kaki meja lumayan keras.
Suara tawa terdengar menggema, tak ada seorang pun yang membantu atau mengasihani Sherly. Elinapun tengah sibuk menelan kekecewaan karena untuk pertama kalinya setelah masuk semester dua kelas sepuluh, nilai Sherly lebih tinggi.
"Sekar!" bentak Bu Widya. "Apa-apaan kamu?!"
Sekar menunjuk ke arah Sherly yang berupaya kuat menahan tangis.
"Apa enggak aneh, Buk. Selama ini kita semua tahu, yang rajin menjawab soal di papan dan aktif bantuin Bu Widya itu Elina. Ya jelas aneh lah kalau nilai Cewek cacat mental ini lebih tinggi," seru Sekar diangguki setuju sama yang lain.
![](https://img.wattpad.com/cover/200035716-288-k491889.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
TITIK TERENDAH
Teen FictionAku menangis, Kalian tertawa. Aku kesakitan, Kalian masih tetap tertawa. Apa jika aku mati, kalian masih tetap akan mentertawakanku? _____________ Semua orang pasti pernah mengalami TITIK TERENDAH dalam hidupnya. Jika 'belum' maka 'akan'. Note: sta...