Bayu POV
Sesaat setelah aku tersadar, semuanya sudah terasa semakin menyeramkan. Yang ku rasakan hanyalah rasa dingin dari permukaan meja besi yang menempel langsung ke kulit punggungku. Dalam tangan dan kakiku yang terikat di atas meja itu, aku benar-benar tak bisa bergerak.
"Meja ini?" gumamku.
Aku sangat ingat dengan bentukan meja seperti ini. Yang sempat membuatku bergidik ketakutan ketika melihat beberapa orang dihabisi pak Adri di rumah Lydya dulu. Tak pernah terpikirkan bahwa aku akan benar-benar merasakan hal yang sama dengan orang-orang malang itu.
"Mas, bagaimana caranya kabur dari sini?"
Aku menoleh kaget, kupikir aku sedang sendirian di tempat ini. Ku lihat Lydya terikat di tiang besi tak jauh dariku. "Sepertinya ini hari sialku Lyd" ujarku sambil tertawa.
Jujur saja, tak ada rencana kabur lagi. Lilia, pak Oji, Adila, mereka bahkan tak tahu kabarnya. Orang-orang yang harusnya tak ada sangkut pautnya, akhirnya ikut terlibat dengan orang gila sekelas Indira atau pak Ardi, atau apalah itu.
"Dari awal, Indira memang mengincarku kan" ujarku. "Kalau aku tewas, mungkin kau dan yang lainnya bisa diselamatkan"
"Kau jangan bicara seperti itu mas, kita masih hidup, masih ada harapan" ujar Lydya.
Aku pun sebenarnya tak ingin berakhir di sini, tapi mau bagaimana lagi. Aku pun tak tahu apakah masih ada harapan. "Dia sendiri yang bilang ingin mengincar kepalaku"
"Bu Nino!" ujar Lydya. "Bagaimana dengan Bu Nino? Siapa tahu ia akan menyelamatkan kita"
"Bu nino itu kakaknya, kau pikir ia akan menghentikan adiknya sendiri?" tanyaku. "Kalau memang ia mau, kenapa tak dari dulu saja ia menghentikan adiknya?"
Lydya terdiam. Aku tahu ia pun merasa ragu tentang hal satu itu. Bu Nino bahkan memilih membunuh Ratma ketimbang menghentikan adiknya. Kewarasan Bu Nino patut dipertanyakan. Ku rasa kali ini pun akan sama.
"Bahkan setelah menjadi hantu, Ratma justru tetap memihak Indira" ujarku.
***
Suara langkah sepatu memecah hening ruangan ini. Apakah sudah mau dimulai?
Kreeeettt...
Aku menoleh ke arah pintu jeruji besi itu, ketika beberapa orang tampak memasuki ruangan.
"Sudah siap?" tanya Indira padaku.
"Kau benar-benar ingin mengakhirinya?" tanyaku.
"Bukankah sudah jelas?" tanyanya balik.
"Kau perlu potongan tubuh yang lainnya, bukan?" tanya Lydya. "Bukankah kau belum membunuh seratus orang seperti yang kau bilang"
"Awalnya iya" ujar Indira tertawa. "Tapi ada yang bisa mengisi banyak bagian yang ku inginkan dengan cepat" lanjutnya dengan tertawa yang semakin menjadi-jadi.
Ia menoleh ke arah dua orang di belakangnya. "Bawa masuk!" perintahnya.
Sebuah meja besi lainnya dengan roda di tiap kakinya di dorong masuk oleh kedua orang tadi.
"Angkat!" perintahnya lagi pada dua orang itu.
Meja itu digulingkan dalam posisi berdiri di dua kakinya.
BLAMMM....
Melihat apa yang terikat di meja itu membuatku bergidik. Rasanya isi perutku bergejolak ingin keluar. Lydya menjerit sekeras-kerasnya hingga menggema keras ke seluruh isi ruangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE STITCHES (Sibling 2nd season)
Mystery / Thriller"Kau tetap yang teristimewa, kepalamu tetap jadi koleksiku yang ke 100. Mari kita mengulang semuanya kembali dari awal" Senja Bayu, setelah akhirnya berhasil menyelamatkan dirinya dan pasiennya dari seorang psikopat yang ingin mengoleksi kepalanya...