Lilia POV
Aku masih bersembunyi di bawah selimut tebal. Ku tutup rapat-rapat hingga menutupi semuanya, dari kaki hingga kepala. Jujur saja, hari ini rasanya jantungku sudah hampir meledak karena takut dituduh sebagai pembunuh Rania. Dalam satu hari ini saja aku sudah mendapatkan dua kengerian, melihat korban pembunuhan sadis di tempat perkara dan juga interogasi polisi. Semuanya adalah pengalaman baru, dan kenapa pula harus terjadi bersamaan waktu.
"Aku tak mau ikut urusan seperti ini lagi!" ucapku kesal.
Ku hidupkan layar ponsel yang tergeletak di sebelahku, ikut sembunyi di bawah selimut. Ternyata sudah pukul satu, tapi aku sama sekali tak bisa tidur. Rasanya semua kantuk itu benar-benar hilang. Hanya menyisakan ketakutan saja.
Aku tak takut dengan arwah Ratma, karena memang hal-hal seperti itu bukan barang baru bagiku. Tapi kantor polisi, itu benar-benar tak terbayangkan akan terjadi dalam hidupku.
"Dari awal memang banyak yang janggal" gumamku.
Apalagi mengingat kejadian di acara perayaan ulang tahun kak Lydya waktu itu saja, sudah banyak yang tak beres. Meskipun aku tahu kalau akhirnya itu ulahnya Ratma.
"Apa aku mengundurkan diri saja ya?" ucapku lagi.
"Tapi waktu itu aku yang memohon agar bisa magang di sana" tambahku.
Ding!
Sebuah pesan masuk dari pak Bayu.
Kamu istirahat saja dulu seminggu ini. Tak usah masuk dulu.
"Syukurlah!" ujarku mengusap dada. Selimut yang sedari tadi menutupiku ku hamburkan ke udara sambil terkena tendangan kakiku yang tak jelas gerakannya itu. Pesan itu seperti sebuah lotere bagiku. Pak Bayu benar-benar seperti cenayang yang menebak isi kepalaku.
Ku rasa satu minggu waktu yang cukup untuk membuatku bersiap-siap untuk bilang berhenti dari magang di kantornya.
"Ya, semoga saja cukup"
***
Hari pertama libur, minimal aku harus sudah menyelesaikan bab 3 skripsiku. Masalah dari salah seorang klien pak Bayu benar-benar menarik perhatianku. Tentang si asisten pribadi desainer baju itu.
Sampai saat ini aku masih penasaran kenapa ia sampai menyakiti tubuhnya sendiri hingga lebam begitu. Meskipun sama seperti pak Bayu, ada tanda tanya besar soal pasien itu.
"Ada yang janggal" ujarku sambil memilih jenis produk olahan susu yang ingin aku masukkan ke keranjang belanjaan.
Ya, hari pertama liburku ternyata dimulai dengan belanja kebutuhan selama seminggu. Minimal kalau sudah siap seperti ini, aku bisa lebih fokus duduk di depan layar komputer.
"Hmm, kandungannya sama saja" ujarku membandingkan beberapa merk susu di rak barang. "Tapi yang ini gratis sikat gigi"
"Yang itu saja, lumayan kan dapat sikat gigi gratis"
Aku sejenak terdiam kaget. Menatapi tangan yang menunjuk salah satu produk susu yang terbungkus satu paket dengan sebuah sikat gigi.
"Halo" ujar pemilik tangan itu. Seorang wanita entah sejak kapan sudah berdiri sedekat itu denganku.
"Kak Indira?" ujarku kaget melihat perempuan yang kasusnya baru saja aku pikirkan tadi. Lebih tepatnya bukan kasusnya, tapi kasus karyawannya.
"Lagi belanja?" tanyanya.
Sebuah pertanyaan yang sebetulnya tak perlu dipertanyakan lagi. Selain belanja di supermarket, apa ada hal lain lagi yang bisa dilakukan?
"Iya kak" jawabku seadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE STITCHES (Sibling 2nd season)
Misterio / Suspenso"Kau tetap yang teristimewa, kepalamu tetap jadi koleksiku yang ke 100. Mari kita mengulang semuanya kembali dari awal" Senja Bayu, setelah akhirnya berhasil menyelamatkan dirinya dan pasiennya dari seorang psikopat yang ingin mengoleksi kepalanya...