~18. Kedatangan surat📨

94 8 0
                                    

Author pov;

Cahaya matahari pagi menyerbu masuk melalui celah gorden jendela kamar apartemen Ardi. Menerpa debu yang bertebangan hingga terlihat seperti gugusan bintang di dalam ruang kamarnya yang gelap. Ini tak adil, keluh Ardi. Ia sudah hendak menutup matanya ketika menyadari di luar kamar yang sudah terang-benderang.

Ardi beranjak dari sofanya. Ia berjalan malas mendekati jendela kamarnya, lalu menarik gorden keras-keras, menutupi jendela besar itu. Kegelapan makin pekat dalam kamarnya.

Ardi kembali membanting tubuhnya di kursi sofa. Ketika kelopak mata Ardi hendak menutup, bunyi bel terdengar nyaring dari pintu depan. Ardi kembali membuka matanya yang memerah.

Ah, sial!!

Sekali lagi tubuh Ardi merosot di sofa. Ia tak mempedulikan bunyi bel itu. Bunyi bel digantikan bunyi ketokan di pintu yang terdengar lebih keras. Tak ada pilihan lain baginya selain segera beranjak dari tempat itu.

Ardi tersandung setumpuk buku-buku yang bertebaran bersama pakaian kotornya yang nyaris seperti baru saja dihantam tsunami.

Ardi membuka setengah pintu kamarnya. Ia mengintip koridor di depan kamarnya. Melalui pintu yang masih terkunci deadbolt__ selot berantai, ia tidak melihat seorang pun di koridor. Hanya bayangan berkelebat, Ardi menduga seekor kucing, seekor kucing besar berwarna putih, ia mengutuki halusinansinya sendiri. Sebagai gantinya, ia menemukan amplop besar yang tergeletak di bawah pintu kamarnya. Ia meraih amplop itu melalui celah pintu dan membawanya ke sofa.

" mungkin cleaning service atau petugas pos buru-buru pergi setelah memberikan amplop itu, " gumam Ardi. Ia meraih amplop itu melalui celah pintu dan membawanya ke sofa.
Ardi membanting tubuhnya ke sofa.membiarkan kiriman dari orang tuanya itu terjatuh ke lantai, kelelahan menyerang Ardi, ia mendengar suara-suara dari sekitarnya, yang nyata dan tak nyata__ bunyi dering telepon, dan garukan keras di dinding, tikus atau hantu apartemen? Ardi tak peduli.

Gambaran-gambaran mimpi buruk berkelebat cepat tanpa arti, dan ketika bangun Ardi telah mengacuhkannya. Ketika tengah terbangun atau tertidur tak ada beda baginya, ia harus menghadapi mimpi buruknya yang menjadi kenyataan.

Bunyi hujan deras membangunkan Ardi di tengah malam itu. Persendian dalam tubuhnya serasa hendak runtuh. Berkali-kali Ardi kembali ke atas sofanya. Jemarinya mencari-cari botol valium yang berada di dalam laci bufet dekat sofa. Lalu, menghela napas kecewa. Ia melemparkan botol kosong itu ke tempat sampah. Ia tak ingat telah membuang seluruh tablet valium ke dalam lubang toilet beberapa hati yang lalu.

Rasa nyeri menjalar di belakang kepalanya ketika mencoba beranjak dari kursi sofanya. Ardi segera teringat pada amplop dari orang tuanya. Baru kali ini, ayah dan ibunya mengirim surat dalam amplop besar. Pasti bukan sekedar surat biasa.

Ardi mengamati amplop surat itu. Ia menemukan sobekan halus di samping amplop seperti sudah pernah dibuka sebelumnya. Ia membuang jauh-jauh kecurigaannya. Lalu meraih vitrorinoc dan mengeluarkan pisau kecil. Ia tak terburu-buru ketika membuka amplop besar itu. Di dalamnya ia menemukan beberapa dokumen penting perusahaan kayu yang dikelola ayahnya, akta tanah rumahnya, buku rekening ayah dan ibunya beserta kartu credit card dan kartu ATM. Semuanya tersembunyi di dalam halaman tebal buku ensiklopedia.

Perasaannya tak enak. Kecurigaannya muncul kembali. Kenapa dokumen sepenting ini dikirim melalui pos?

Ardi menyalakan lampu duduk di atas meja belajarnya. Buku-buku sejarah, novel-novel petualangan Verne dan Tolkien, peralatan hicking, brosur-brosur hotel bertebaran di atas mejanya. Peralatan kecil vitrorinoc bertebaran terpisah dari tempatnya. Sesaat Ardi mengamati foto wajah mantan kekasihnya, Niken, yang berada di dalam pigura, pikiran lain menerobos ke dalam kepalanya, ia menghela napas dan buru-buru membalikkan pigura itu. Membuang jauh-jauh pikirannya tentang Niken. Lalu kembali meneliti surat itu. Ia membaca hati-hati tiap kata.

Di dalam surat itu tertulis:

Sajingan Besar,
25 Desember 2010

Assalamu'alaikum wr. wb

Kami sekeluarga baik-baik saja. Lebih baik teruskan kuliahmu, jangan pulang kampung untuk bulan-bulan ini. Jangan ke Kalimantan! Mama menyertakan beberapa dokumen penting. Teman Papamu, pak Dainuri yang bantu mengeposkan surat ini.

Hemat uang tabungannya. Mama sudah memindahkan tabungan mama ke rekeningmu. Untuk berjaga-jaga, Papa menitipkanmu ke dosen di sana. Pak Hamid orangnya baik. Kau harus baik kepadanya. Hanya kau satu-satunya harapan keluarga.
Peluk cium dari mama,
P. S : Jaga kesehatan, jangan sering-sering keluyuran! !

Wassalamualaikum wr. wb

Ardi membaca berkali-kali surat pendek itu. Ia memastikan bahwa tulisan di dalam surat itu benar-benar tulisan ibunya. Ardi meraih lup dan memeriksa tarikan garis huruf 'H' dan 'R' khas tulisan tangan ibunya. Tak ada lagi kesangsian di hatinya, itu benar-benar tulisan ibunya.

Ardi mengaduk-ngaduk tumpukan baju kotornya, mencari ponsel yang berada di dalam celana kargonya. Ia mencoba menghubungi nomor ayah dan ibunya. Ia menerima jawaban yang sama: Nomor yang Anda tuju tidak dapat dihubungi mohon periksa kembali nomor tujuan anda__ The number you are calling is not define please check again the number you are calling ...

Sial!!

Ardi merasa ada sesuatu yang tak beres. Ia segera meraih plastik berisi peralatan mandinya. Ketika hendak berjalan ke kamar mandi, Ardi berbalik lagi ke meja dan meraih ponselnya. Ia menyalakan perekam dan mulai berbicara.

💀 Masih 8 januari 2011. Surat dari orang tuaku datang ... Setelah mereka melupakan gue dan tak dapat dihubungi selama berbulan-bulan, apalagi sejak terbongkarnya kasus
itu ... tiba-tiba mereka mewariskan semuanya pada gue__ semuanya ... lebih mencurigakan lagi mereka melarang gue ke kalimantan ... ingatkan aku untuk tidak percaya begitu saja kepada surat itu.

Selesai mandi dan berpakaian, Ardi segera keluar dari kamarnya. Ia keluar melalui pintu belakang apartemennya.

Tak perlu berjalan jauh untuk menemukan warnet di dekat apartemennya. Karena akses internet di apartemennya lambat, apalagi dengan ponsel akan lebih lambat lagi, ia lebih memilih untuk browsing di warnet. Tengah malam itu tak banyak user yang datang. Fandi memilih bilik pertama dan selekasnya terjun ke dunia maya. Ia mencari berita-berita tentang kasus ilegal logging yang melibatkan ayahnya. Ardi mengetikkan kata kunci di search engine google: kasus logging Afandi Harfan.

____________________________________________________________________________

HUWAHH..😍😍 UDH BANYAK JUGA CHAPTER YANG DI APDET UNTUK ITU JUGA BANYAK JUGA DONG YANG NGEVOTEMENT NYA HEHEHE.. SEKIAN DULU YA!,,BYE!!

SALEUM SAYANG DARI ANEUK NANGGROE😘💗💓

The Blood Forest Spirit Hunter❤ 💀 [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang