~9. Lewat tengah malam

108 12 0
                                    

Chapter lalu:

" Kau harus mati ... Keluargamu semuanya harus mati!! "

-----------------------------------------------------------
Ardi pov;

Gue menyeret kaki gue mendekati jendela. Ujung hidung gue terasa nyaris tersentuh kaca jendela. Gue dapat melihat bintang-- gemintang lebih jelas dari sana. Bintang berhamburan mengotori__ sorry readers bahasa gue sedikit kasar. kegelapan langit malam di atas lautan pasir yang luas pegunungan Arjuna. Menerangi lereng pegunungan tepatnya di penanjakan yang berada di atas ketinggian 2270 m dpl. Suhu udara yang gue rasain pada saat tengah malam itu hampir mendekati 5 derajat celcius.begitu dingin kan?? Jadi gue mengenakan kaos yang berlapis wool tebal gue,agar gue tetap terasa hangat walaupun cuaca di pengunungan Arjuna sangatlah begitu dingin. Pemandangan pegunungan Arjuna terlihat dari atas langit seperti kawah meteor.

Uap napas dari hidung gue berbekas mengembun di kaca jendela. Dari kejauhan gue mulai berhalusinasi lagi untuk sekian kalinya. Gue dapat melihat bayangan seseorang berada di atas gundukan pasir, yang berlatar cahaya bintang dari langit yang begitu benderang. Gue memicingkan mata, agar gue yakin bahwa salah satu orang memang jatuh terguling-guling dari atas gundukan pasir.

" kenapa dua orang itu? Gilakah?" tanya gue kepada diri sendiri dengan setengah tertawa. Akan tetapi, gue baru menyadari dan berpikir. untuk apa mereka bermain guling- gulingan di tengah malam begini, kalau bukan terjatuh. akhirnya, gue pun menyadari, kalau mereka bukan sedang berguling- guling ataupun bermain pasir melainkan mungkin bunuh diri!

Setiap lewat tengah malam, gue sering melihat kejadian aneh yang membuat pikiran gue menjadi kacau. Kalau gue tetap terus berada di kamar sempit ini bisa- bisa gue akan bertambah sinting.

Gue mengenakan kupluk warna hijau army kotor, berpura-pura menjaga kepalanya agar tak meledak di dalam kamar sempit itu. Melingkarkarkan syal ke lehernya. Lalu mengenakan rain coat- nya dan menutupkan tudung ke atas kepala gue. Gue tak membawa tas ransel malahan gue taruh di sudut kamar agar teman- teman gue tak khawatir.eh tapi, teman-teman gue malah menjadi cemas.

Author pov;

Ardi menyeret kakinya mendekati jendela, ujung hidungnya nyaris menyentuh kaca jendela. Ia dapat melihat bintang-gemintang lebih jelas dari sana. Bintang mengotori__ bahasa Ardi, kegelapan langit malam di atas lautan pasir pegunungan arjuna. Menerangi lereng pegunungan penanjakan yang berada di atas ketinggian 2270 m dpl. Ardi mengenakan kaus berlapis wool-nya. Suhu udara tengah malam itu mendekati 5 derajat celcius. Pegunungan arjuna terlihat dari atas langit seperti kawah meteor.

Uap napas dari hidung Ardi mengembun di kaca jendela. Dari kejauhan ia dapat melihat bayangan seseorang yang berada di atas gundukan pasir, berlatar cahaya bintang dari langit benderang. Ardi memicingkan matanya, ia meyakinkan dirinya sendiri bahwa salah satu orang memang jatuh terguling-guling dari atas gundukan pasir.

" Lenapa dua orang itu? Gilakah?" tanya Ardi setengah tertawa. Ia menyadari, mereka bukan sedang bermain pasir. Pikiran pertama yang menggema dalam kepala Ardi , mungkin orang itu gila. Pikiran keduanya, mungkin orang itu sinting. Pikiran ketiganya, orang itu hendak bunuh diri!! Tak ada pikiran: irang itu tengah mengalami kecelakaan, mungkin?

Lewat tengah malam, Ardi sering melihat kejadian aneh yang membuat pikirannya kacau. Namun ia akan bertambah kacau jika terus berada di kamar sempit itu.

Ardi mengenakan kupluk nya__ berwarna hijau army kotor, berpura-pura menjaga kepalanya agar tak meledak di dalam kamar sempit itu. Melingkarkan syal ke lehernya. Lalu, mengenakan rain coat-nya dan menutupkan tudung ke atas kepalanya. Ia tak membawa tas ransel yang tergeletak di sudut kamar agar teman-temannya tak khawatir__ sesuatu yang biasa terjadi, Ardi sering membuat orang lain cemas.

The Blood Forest Spirit Hunter❤ 💀 [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang