~8. Insomnia

114 12 0
                                    

***

Authour Pov;

    ARDI menyalakan perekam ponselnya. Berbicara kepada dirinya sendiri seperti berbicara kepada orang lain. Ia tak ingin orang lain menganggapnya sinting ketika berbicara kepada arwah di sekitarnya, jadi ia lebih memilih berbicara kepada ponsel agar mungkin terlihat lebih baik.

Ardi tak mempunyai keturunan gen tubuh atletis, namun otot tubuhnya terbentuk proporsional dan natural dengan hiking, snorkeling, kayaking, diving, atau down hill mengendarai sepeda gunung modifikasi sendiri. Ardi memiliki tulang pipi persegi, rambut wavy hitam kecoklatan, mata besar tajam__ tipikal orang keras kepala, cepat bosan, dan imajinatif. Ardi tak betah berlama-lama tinggal di satu tempat. Kebiasaan traveling membuat pikirannya lebih dewasa, lebih cekatan daripada teman-temannya__ yang memilih duduk seharian di depan game komputer, seperti bermain Warcraft atau Counter strike.

Meski Ardi pernah kecanduan game, menghabiskan tiap malam di dunia game online sampai pagi dalam warnet yang disesaki asap rokok. Ia sudah bosan. Game tak cukup mengobati rasa cemasnya yang berlebihan. Ia membutuhkan sesuatu yang lebih keras, lebih nyata. Memilih valium membuatnya semakin terjebak di dunia halusinasinya. Backpacker menjadi pilihan terakhirnya yang tepat. Meski halisinasinya menjadi semakin nyata di sepanjang travelingnya.

Saat ini Ardi tak dapat tidur, di malam hari itu. Ia tak ingin menyerah pada insomnia, atau mengakui mengidapnya. Ia menganggap insomnia sebagai penyakit musimanyang sering terjadi pada semua orang yang tengah kelelahan.

Lewat tengah malam, Ardi biasanya keluar dari apartemennya untuk menghilangkan kecemannya. Sedangkan di pagi hari, Ardi tertidur karena kelelahan. Mimpi buruk membuat tidurnya tak pernah nyenyak. Bahkan setelah membuka mata, mimpi buruk terus menerornya. Sulit membedakan antara mimpi buruk dan kenyataan. Valium menambah parah mimpi buruknya, nyaris tak membantu.

Seringkali mimpi buruk yang menghantuinya menjadi semacam pertanda musibah yang akan menimpanya. Kecanduan obat anti depresan jenis benzodiazepine membuat wajah Ardi tampak lebih tua dari umur sebenarnya, yakni dua puluh satu tahun. Obat sedatif ini membuat ketergantungan secara psikologis, Ardi terlanjur percaya; hingga ia tahu bahwa ia tak dapat tidur tanpa memakai obat sedatif itu.

Sampai saat ini, Ardi masih berjuang melepaskan diri dari obat penenang tersebut. Meski sering melempar botol valiumnya jauh-jauh, ia biasanya sering mendapatkannya kembali melalui berbagai cara. Tak perlu repot mendapatkan resep dokter, karena temannya seorang apoteker. Obat tersebut hanya obat tidur, bukan narkotika.

Malam menua. Ardi tak lepas pandangannya dari jarum jam arlojinya. Pada pukul 01.09, Ardi makin merasa terjebak dalma kamar empat kali enam itu. Kamar dalam lodge__ pondok kecil untuk tempat sementara, di lereng gunung penanjakan bertarif tiga puluh ribu semalam terasa sempit untuk bertiga. Di dalam kamar tidur berukuran kecil itu juga terdapat perabotan minimalis; sebuah vas bunga kecil di atas meja rotan. Disini tak terdapat televisi-- ia bersyukur tak membuang waktunya di depan tabung- pengisap- otak itu. Ardi merasa harus melakukan sesuatu yang benar; yaitu keluar dari dalam gas itu mungkin, pikirnya. Pada pukul 02.23, ia mulai berhalusinasi, melihat bayangan berkelebat di langit-langit kamarnya.

23, ia mulai berhalusinasi, melihat bayangan berkelebat di langit-langit kamarnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Untuk mengusir halusinasinya, biasanya Ardi mulai menyalakan perekam ponselnya. Dengan berbicara kepada dirinya sendiri, mendengar ulang, lalu berbicara lagi.meski beberapa temannya menggapnya konyol.

Sambil mendengar suaranya sendiri, Ardi menatap kedua temannya, Nizam dan Eferdi, yang tengah terlelap di atas kasur di dipan yang sempit itu. Bunyi dengkuran mereka bersaing memenuhi ruangan kamar. Mereka kelelahan akibat perjalanan dari Surabaya- Malang-Batu membuat mereka tertidur seperti vampir di siang hari. Bahkan, jika tempat itu diterpa seribu badai sekalipun. Biasanya Ardi menjadi alarm hidup, atau petugas ronda malam. Tepat di sebelah kamar itu, teman-teman Ardi yang lain, jenar dan tya tidur dengan silent mode.

Ardi beranjak dari matrasnya yang hangat. Ia mengangkat tangannya melakukan peregangan, lalu, melangkah malas mendekati jendela. Bunyi angin yang menimpa keras kaca jendela kamar lodge terdengar ketika Ardi beranjak mendekati jendela.

Sebuah suara terbawa angin malam, masuk melalui ventilasi kamar. Samar- samar terdengar seperti suara- suara pertengkaran sepasang muda-mudi yang habis putus cinta.

" kau harus mati... Keluargamu semuanya harus mati!!"

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

GIMANA SERU DAN PENASARANKAN PART KALI INI?! COMENT YA SERTA DI VOTE DONG KALO UDAH BACA YA PARA READERS. UDAH ITU AJA

SALEUM SAYANG DARI ANEUK NANGGROE😘💕💖

The Blood Forest Spirit Hunter❤ 💀 [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang