Author pov;
Memilih mendirikan tenda di halaman penginapan tua bukan piliham Ardi. Namun lebih baik daripada menginapap di dalam gudang yang pengap dan bau di dalam kamar yang berada di ujung koridor penginapan.
Teralis besi yang ditumbuhi sulur-sulur tumbuhan membuat pagar besi yang mengelilingi rumah penginapan seperti terbuat dadi semak belukar. Langit mendung membuat penginapan itu menjadi semakin gelap. Dari hutan pinus yang mengelilingi penginapan itu terdengar bunyi kepakan sayap burung yang buru-buru meninggalkan hutan itu, seakan dapat membaca musibah yang akan datang ke tempat itu.
Fandi hendak menemui induk semang yang menjadikan rumahnya sebagai penginapan. Kelihatannya orangnya baik. Begitulah kesan pertama yang didapatnya ketika pria paruh itu. Resepsionis hostel terlihat sedikit beruban disisir ke belakang. Minyak rambut beraroma daun pandan membuat rambutnya terlihat klimis. Aroma parfum menyengat menguar dari kemejanya.
Flash back on;
Kejadian tadi siang memnyeruak kembali dalam kepala Ardi.
" Apa masih ada kamar kosong? " tanya Ardi.
Lalu; " Maaf, kamar sudah penuh. Bawa tenda? "
Mengapa dia berbicara seperti itu.. Batin Ardi mulai curiga.
" Mas.. Hai mas. Apa mas ada bawa tenda..? "
" E—ehh maaf pak, tadi kurang
dengar ... Tadi Bapak bilang apa ya? " tanya Ardi dengan hati-hati." Ya udah saya ulangi.. Mas bawa tenda tidak? " kata lelaki paruh baya mengulanginya.
" Ada—ada pak maaf saya tadi sedikit melamun "
" Oh.. Tidak apa-apa, kalau mas bawa tenda silahkan mendirikan tenda di halaman penginapan di teras juga boleh. Di sepanjang jalan, tak ada tempat lain selain disini " sahut lelaki paruh tersebut dengan senyum ramahnya.
Kata-kata pria itu masih terngiang dalam telinganya.
Namun, kali ini Ardi tak menemukan pria paruh baya itu di lobi penginapan itu. Pria itu belum memperkenalkan namanya. Hanya aroma parfum tajam yang menusuk hidungnya yang masih memenuhi ruang lobi. Aedi seperti dapat merasakan pria itu di sana.
Ardi meninggalkan lobi. Ia menyusuri koridor penginapan. Dimulai dari kamar paling ujung, ia menajamkan telinganya. Namun tak terdengar suara apapun dari dalam kamar itu. Setelah memastikan tak ada siapapun di dalam kamar, ia memberanikan diri memutar knop pintu kamar. Tak terkunci. Ardi melongokkan kepalanya ke dalam kamar, tak terlihat seorang pun di dalam ruangan itu.
Keadaan di dalam kamar sangat memprihatinkan. Tak layak huni. Hanya tersisa kerangka besi ranjang usang. Kursi dan meja kayu yang telah keropos tergeletak di sudut ruangan. Lemari yang berada di pojok kamar terlihat telah rubuh ke lantai. Lumpur tebal yang telah mengering dan mengelupas menutupi lantai.
Jadi, yang kulihat tadi siang siapa?
Ardi mengingat kembali kedatangannya ke dalam penginapan itu. Tadi siang lelaki paruh baya itu mengantar Ardi berkeliling penginapan yang telah penuh sesak.
Tak mungkin mereka lenyap begitu saja!!
Kamar yang didatangi Ardi persis dalam mimpinya. Tembok yang telah mengelupas cat warna krem pucatnya itu berada tepat di sampingnya.
Ardi berjalan perlahan mendekati jendela tak berteralis persis seperti dalam mimpinya. Seakan ia mengalami de javu. Tidak! Kali ini lebih nyata dari halusinasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Blood Forest Spirit Hunter❤ 💀 [On Going]
Horror• [ FOLLOW SEBELUM MEMBACA ] •⚠ Sunyi sepi... Diam tak bernafas Gelap pekat mengancam diri Tubuh terbujur kaku Tubuh terbujur sendiri Hanya sebujur bangkai kita dan Kita yang menemani Hingar bingar dunia sepi Tak ada gemerlap lampu dunia Kini berga...