3. Panglima Api

1.6K 313 87
                                    

Koran pagi hari ini kembali memuat berita kehilangan. Selama dua pekan terakhir setidaknya lima orang sudah menghilang di daerah sekitar tempat tinggal keluarga Do. Jung Suk nampak serius membaca laporan kehilangan tersebut, dan rata-rata mereka adalah remaja seusia anaknya.

"Sayang, kau mengantar jemput Kyungsoo setiap hari kan?" Jung Suk bertanya pada sang istri yang sedang menyusun sarapan di meja.

"Sudah sekitar seminggu ini aku tidak menjemputnya lagi. Ada guru baru Kyungsoo yang tinggal di dekat sini, dan dia menawarkan untuk membawa Kyungsoo setiap pulang."

"Apa tidak merepotkan?"

"Dia bersikeras sekali, orangnya masih sangat muda, dia masih bersaudara dengan Mark dan Joy."

"Mungkin dia butuh teman, apa Kyungsoo tidak masalah?"

"Masalah apa appa?" Kyungsoo yang baru sampai ke meja makan langsung menjawab ayahnya.

Jung Suk memandangi anaknya yang ternyata sudah semakin beranjak remaja. "Gurumu, siapa tadi namanya?"

"Park seonsaengnim," sahut ibunya.

"Nah iya itu, kau tidak masalah pergi dengan gurumu? Apa tidak canggung?"

Kyungsoo menelan dulu roti tawar dengan selai kacang yang ia kunyah. "Tidak, dia tidak terlihat seperti guru jika sudah di luar sekolah," jawab Kyungsoo kembali menggigit rotinya.

"Jangan begitu, walaupun usianya masih muda, Park seonsaengnim tetaplah gurumu." Segelas susu diletakkan oleh Ji Yeon di hadapan Kyungsoo.

"Iya eomma, aku akan tetap bersikap sopan." Kyungsoo tersenyum lalu meminum susu yang disiapkan ibunya.

Setelah menenggak satu gelas susu dan dua lembar roti, Kyungsoo segera bersiap. Ia memeriksa sekali lagi kelengkapan sekolahnya dan pergi untuk memakai sepatu.

"Eomma-mu belum siap-siap, kau sudah mau pergi?" Jung Suk bergantian menatap istri dan anaknya.

"Aku pergi dengan Park seonsaengnim, mulai hari ini eomma tak perlu repot lagi mengantar jemput." Kyungsoo menjawab sambil mengikat tali sepatunya. "Ah itu suara mobilnya, aku pergi eomma! Appa!" Kyungsoo melambaikan tangan lalu setengah berlari keluar dari rumah.

Jung Suk berdiri dari kursinya lalu melihat sebuah mobil SUV hitam di depan rumahnya. Siapapun juga tahu jika mobil tersebut mobil mahal dan Kyungsoo dengan santainya masuk ke mobil itu.

"Kau kenapa? Anakmu pergi sekolah bukan pergi berperang."

"Apa benar tidak apa-apa? Si Park seonsaengnim ini tidak punya niatan buruk bukan pada anak kita?"

"Kau mengkhawatirkannya? Bukannya kau biasanya malah mendukungnya dalam perkelahian?"

"Berbeda sayang, bisa saja guru itu menyukai Kyungsoo kan?"

"Pemikiran macam apa itu?! Anak kita itu laki-laki sejati dan Park seonsaengnim juga pria yang sangat gagah, jangan sembarangan bicara!"

"Aku kan hanya menebak-nebak, tidak perlu sampai marah."

"Sudah, berangkat ke rumah sakit sana!"

Sementara itu di dalam mobil, Chanyeol dan Kyungsoo tidak bicara sama sekali. Kyungsoo beberapa saat setelah masuk mobil memasang earphone dan bersenandung kecil. Chanyeol yang merasa diabaikan mulai kesal, ia menarik earphone Kyungsoo dengan paksa.

"Ck! Hyung, aku sedang mendengarkan lagu kesukaanku!"

"Kau pikir aku ini supirmu? Setidaknya ajak aku bicara," ungkap Chanyeol.

"Memang mau bicara tentang apa? Kau juga tak pernah mau menjawab pertanyaanku," jawab Kyungsoo merapikan kembali earphone-nya.

"Sudah kubilang aku tidak bisa menjelaskan semuanya, ada banyak hal di dunia ini yang tak bisa kau terima Kyungsoo."

SempiternalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang