23. Gambaran Masa Lalu

858 177 22
                                    

Dua orang pria terduduk lelah di tengah hutan. Keduanya nampak tak begitu baik, wajah mereka pucat dan bibir mereka juga sangatlah kering. Pria yang bertubuh lebih kecil bersandar di pohon, perlahan-lahan ia memejamkan matanya karena tubuhnya sudah benar-benar lelah.

"Kyungsoo, Kyungsoo,"

Samar-samar pria itu mendengar ada yang memanggil namanya. Namun, matanya begitu berat, seolah ia tak punya tenaga bahkan untuk membuka matanya. Sampai akhirnya ia bisa merasakan tetesan air mengenai bibirnya.

Air segar itu perlahan membuatnya membuka mata. Di hadapannya pria yang sudah bersamanya selama beberapa minggu itu, menawarkan air minum.

"Minumlah, aku bantu."

Kyungsoo mengangguk, ia meminum air tersebut perlahan-lahan. Sampai bisa merasakan segarnya air ini. Sudah tiga hari dua orang ini tidak menemukan sumber air. Hutan lebat yang mereka lewati juga tak menyediakan makanan, sehingga mereka benar-benar kelaparan dan kehausan.

"Habiskan saja."

"Tidak, kau juga belum minum Seonho-ssi," jawab Kyungsoo lemah.

"Aku sudah minum tadi, di dekat sini ada sungai. Jadi aku sudah minum cukup banyak," jelas Seonho.

"Bibirmu masih kering," sahut Kyungsoo.

Seonho terdiam, akhirnya ia meminum air tersebut. Memang ia belum meminumnya, begitu menemukan sumber air, Seonho langsung mencari wadah apapun agar bisa mengambilkannya untuk Kyungsoo dan lupa tentang dirinya sendiri.

"Maaf, harusnya kita tetap di desa itu. Aku justru membawamu pergi dan kita tersesat di hutan," ucap Seonho.

"Bukan salahmu Seonho-ssi. Desa itu sedang dilanda wabah, lagipula aku masih hidup dan itu sangat melegakan," sahut Kyungsoo.

"Aku sudah berjanji akan melindungimu Kyungsoo. Aku tahu kita hidup di dunia yang asing sekarang, aku juga tak bisa membawamu kembali ke Gongsang, tetapi aku berjanji jika semuanya akan baik-baik saja." Seonho menepuk pundak Kyungsoo.

"Terima kasih Seonho-ssi, begini jauh lebih baik. Bahkan berkali-kali lebih baik, ketimbang aku dibunuh oleh petinggi Gongsang," jawab Kyungsoo kemudian bermaksud memejamkan matanya lagi.

"Tunggulah sebentar, aku akan mencarikan makanan." Seonho bangkit lalu meninggalkan Kyungsoo.

Minggu-minggu pertama kedatangan Kyungsoo dan Seonho di dunia manusia tidak berjalan dengan baik. Mereka terlempar ke sebuah desa yang sedang terjangkit wabah. Karena tak mau Kyungsoo dalam bahaya, Seonho akhirnya membawa pemuda itu melintasi hutan untuk pergi ke desa lainnya. Namun, keduanya tersesat dan kehabisan bekal makanan.

Beberapa saat setelah Kyungsoo pulas terlelap, ia mencium aroma makanan. Sebuah aroma daging yang sedang dibakar menggoda penciumannya. Perlahan, ia membuka mata lalu ada Seonho yang sibuk tak jauh dari tempatnya. Pria itu sedang memanggang hewan berkaki empat di atas kobaran api yang tak terlalu besar.

"Kau sudah bangun? Aku berencana membangunkanmu jika sudah matang," ungkap Seonho dengan senyum khasnya.

Kyungsoo perlahan bangkit, ia berjalan mendekati Seonho dan ikut merasakan hangatnya api. Beruntung sekali Kim Seonho adalah bagian dari klan Kim yang menguasai banyak mantra sihir, jadi mudah bagi pria itu membuat api. Walaupun dari sekian banyak mantra, tak ada mantra yang bisa memberikan keduanya makanan dengan cepat.

"Tunggulah sebentar lagi, ini sudah hampir matang." Seonho sekali lagi tersenyum.

Kyungsoo sebenarnya masih belum terbiasa. Kim Seonho adalah seseorang yang cukup berbakat di Gongsang, ia bahkan akan dicalonkan sebagai Seonjang pada periode berikutnya, tetapi pria itu mau mengorbankan segalanya hanya untuk menyelamatkan Kyungsoo yang bukan siapa-siapanya.

SempiternalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang