8. Jiwa yang Tertinggal

1.3K 262 49
                                    

Sepasang mata terbuka pelan, terganggu dengan sinar matahari yang mengintip di balik celah tirai kamar. Sepasang netra bulat itu berkedip beberapa kali untuk memastikan wajah yang tepat berada di hadapannya.

Kyungsoo tak langsung bangun atau menjauhkan wajahnya. Ia tetap diam di sana menatap wajah Chanyeol yang sedang tertidur lelap. Dalam hatinya ia memuji ketampanan pria yang juga merupakan guru di sekolahnya ini. Sampai tanpa sadar Kyungsoo mengangkat tangannya lalu memegang wajah Chanyeol.

Kenapa rasanya sangat tidak asing. Kyungsoo memang sudah dekat dengan Chanyeol selama beberapa bulan terakhir, tetapi seolah ini bukan pertama kalinya ia terbangun dengan wajah Chanyeol di hadapannya.

Kyungsoo buru-buru melepaskan tangannya. Akal sehatnya kembali, Chanyeol adalah gurunya, belum lagi lelaki itu juga bukan manusia normal pada umumnya. Apalagi ditambah fakta jika mereka sama-sama pria, tentu hal bodoh jika sampai Kyungsoo menyimpan rasa pada Chanyeol.

Kyungsoo kemudian bangkit. Ia menatap sekeliling dan sekali lagi, ia merasa tidak asing. Entah bagaimana menjelaskannya, tetapi ia seperti pernah ke tempat ini sebelumnya, mungkin dalam mimpinya.

Turun dari ranjang, remaja itu berjalan ke arah balkon kamar. Ia menyingkap cepat tirai di sana agar Chanyeol tak terganggu tidurnya. Kemudian Kyungsoo berdiri di sana, menghirup udara pagi hari yang segar di sebuah rumah mewah yang ia tak tahu ada di mana.

Kyungsoo tak punya ingatan apapun bagaimana ia bisa sampai kemari. Melihat Chanyeol sampai tidur di sebelahnya rasanya telah terjadi sesuatu, dan apapun itu, ia akan menunggu Chanyeol menceritakannya nanti.

Satu hal yang Kyungsoo tidak tahu, pria yang tadi terpejam di sampingnya tak pernah benar-benar tertidur. Chanyeol terjaga hampir semalaman, dan ia sengaja memejamkan matanya saat melihat Kyungsoo hendak membuka mata. Chanyeol juga tahu saat Kyungsoo membelai wajahnya pelan, dan sekarang matanya menerawang pada punggung sempit remaja pria yang ada di balkon tersebut.

"Yo! Kyungsoo!"

Teriakan keras terdengar dari arah bawah. Kyungsoo bisa melihat Lucas yang melambai ke arahnya dari halaman. Selanjutnya lelaki tampan itu tiba-tiba melompat dan sudah bergelantungan di besi balkon kamar Kyungsoo sebelum memanjat ke atas.

"Andai aku bisa melompat setinggi itu, aku pasti dapat nilai sempurna di pelajar olahraga," gumam Kyungsoo.

Lucas tak langsung menjawab, ia memegang kening Kyungsoo dan membuat jarak mereka begitu dekat.

"Kenapa?" Kyungsoo jadi sedikit bingung.

"Kau tidak merasa pusing kan? Atau mungkin ada keinginan melakukan sesuatu?"

"Tidak, aku baik-baik saja, bahkan sangat baik."

Lucas kemudian menurunkan tangannya dan kembali membuat jarak, "Baguslah, semalam kondisimu kurang membaik, apa Chanyeol hyung masih tidur?"

"Iya. Tunggu, sejak kapan kau memanggil Chanyeol dengan embel-embel hyung?"

"Walau wajahku ini nakal yang tampan, aku tahu sopan santun ya. Dia itu sudah tua," bisik Lucas di kalimat terakhir.

"Joy noona dan Seonho ahjussi lebih tua lagi. Mark juga tua," jawab Kyungsoo.

"Iya, Joy noona dan Tuan Seonho memang lebih tua, tapi aku tidak setuju dengan Mark, dia tak terlihat setua itu." Lucas sedikit menentang Kyungsoo.

Kyungsoo hanya tertawa saja, Mark memang tak cocok dilekatkan dengan kesan seseorang yang sudah hidup puluhan tahun.

"Kalau kau sendiri? Umurmu berapa?" Kyungsoo tak bisa lepas dari rasa ingin tahunya.

SempiternalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang