25. Dua Dunia

849 190 36
                                    

Fenomena langit merah masih hangat diperbincangkan oleh para orang-orang di Seoul. Mereka masih mencari penjelasan logis tentang fenomena tidak biasa tersebut. Sementara, Kyungsoo tak begitu memikirkannya, ia akhirnya kembali ke apartemen setelah sempat bepergian dengan Mark dan Lucas.

Ketika Kyungsoo sedang menekan kode apartemennya, ia merasakan sesuatu. Dengan cepat, pemuda itu berbalik sambil mengepalkan tangannya dan hendak meninju siapapun yang ada di belakangnya.

Tinjuan Kyungsoo berhenti di udara saat di depan kepalan tangannya itu ada wajah seseorang yang begitu ia rindukan. "Kau mengagetkanku," gumam Kyungsoo kemudian menurunkan tangannya lagi.

"Reflekmu semakin bagus saja, kau bahkan berhenti sebelum mengenai wajahku," ungkap Chanyeol sambil tersenyum.

Sayangnya, Kyungsoo tak melihat senyum itu. Ia sibuk menekan kode apartemennya lalu melenggang masuk. Jujur, tadinya ia tak ingin marah sama sekali pada Chanyeol, tetapi saat pria itu muncul di hadapannya ia berubah pikiran.

"Aku dengar tadi kau sempat datang. Aku minta maaf, aku hendak menemuimu tadi, tetapi pekerjaan di kantor sedang banyak sekali." Chanyeol mengekor Kyungsoo.

"Tidak apa-apa, bukan salahmu. Aku harusnya tahu waktu jika ingin berkunjung," jawab Kyungsoo tanpa menoleh.

Chanyeol tahu jika si pemuda yang sudah lama tidak ia temui ini sedang kesal. Tak mau bicara lebih banyak lagi, Chanyeol memeluk Kyungsoo dari belakang. Pelukannya cukup kuat sampai membuat si pemuda mungil tak bisa bergerak dan akhirnya terdiam.

"Maafkan aku. Aku bersalah. Aku sudah terlalu banyak mengabaikanmu," ungkap Chanyeol dengan suara rendahnya.

Kyungsoo tak mau disebut murahan, tetapi suara Chanyeol membuatnya merasa iba. Kyungsoo tahu lebih dari siapapun betapa sulitnya pekerjaan Chanyeol, dan jika ia tidak bisa memahami pria ini, siapa lagi yang bisa.

"Aku baik-baik saja. Memang sedikit kesal, tetapi aku mencoba mengerti." Kyungsoo memegang tangan Chanyeol yang melingkar di pinggangnya.

"Terima kasih, untuk menebus kesalahanku, kita pergi jalan-jalan besok!" Chanyeol kembali antusias.

Kyungsoo kini menatap pria jangkung itu dengan sebuah senyuman. "Besok kau kan masih harus bekerja. Akhir pekan saja."

"Tapi aku ingin menghabiskan waktu denganmu."

"Kita bisa lakukan malam ini, di sini."

Chanyeol tersenyum lalu memeluk kembali kekasihnya itu. Perasaan Chanyeol untuk Kyungsoo memang sudah benar-benar penuh sekarang. Ia tak pernah memikirkan lagi Kyungsoo mana yang ia cintai sekarang, karena Chanyeol yakin jika mereka adalah orang yang sama.

Malam itu dilewati oleh keduanya di atas tempat tidur. Kyungsoo dengan nyaman tidur di paha Chanyeol, sedangkan si pria jangkung bersandar di sandaran ranjang sambil memeriksa pekerjaannya untuk terakhir kali.

"Hah, selesai juga. Maaf ya aku jadi mengabaikanmu." Chanyeol mengecup kening Kyungsoo segera setelah meletakkan tabletnya.

"Tidak, aku sudah merasa nyaman begini." Kyungsoo tersenyum.

"Kau tidak lelah? Hari ini kau banyak bepergian," ungkap Chanyeol memandangi wajah Kyungsoo dengan senyum tipisnya.

"Bukannya aku yang seharusnya bertanya begitu? Kau tidak lelah?"

Chanyeol malah tertawa pelan. "Kau lupa siapa aku? Aku ini manusia hebat yang sudah hidup lebih dari seratus tahun, lelah bukan hal baru untukku," jawab Chanyeol.

"Hmmm, iya aku lupa jika aku berkencan dengan pria tua. Apa aku harus memanggilmu Haraboji?" Kyungsoo malah menggoda Chanyeol.

Chanyeol tak menjawab, ia malah mencium bibir Kyungsoo singkat. Membuat Kyungsoo seketika terdiam.

SempiternalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang