"Kamu serius mau ambil IPS?" tanya Hanbin tanpa melepas pandangannya dari kuku Jennie yang sedang ia poles menjadi warna pink pastel. Warna kesukaan Jennie.
Dengan pipi mengembung -karena sedang memakan lontong buatan Ibunya Hanbin- Jennie mengangguk.
Hanbin mengangkat kepalanya, bibirnya mengerucut sedih, "aku udah terlanjur pilih IPA. Apa aku pindah aja?" celetuk Hanbin yang membuat kepalanya digeplak kecil.
"Kalo kamu suka IPA yaudah sana. Jangan maksain masuk IPS," decak Jennie sebal.
"Tapi kan mau satu kelas bareng Jennie lagi," rengek Hanbin tanpa melupakan tangan Jennie yang sedang ia cat warnanya.
"Gak selamanya kita bisa bareng, Abin. Lagian kan masih satu sekolah," ujar Jennie sambil mengangkat bahunya cuek.
Hanbin menyelesaikan tugasnya dulu sebelum lanjut protes. Setelah sepuluh kuku Jennie berwarna pink pastel barulah Hanbin menatap Jennie dengan tatapan sedih.
"Udah jangan sedih, Jamet."
Hanbin membelalak mendengar Jennie memanggilnya 'Jamet'.
"Astaga! Siapa yang ngajarin kamu bilang Jamet?" ujar Hanbin berlebihan. Seperti orangtua yang marah mendengar anak balitanya berbicara kasar.
"June," jawab Jennie. Hanbin melotot.
"Kamu sering panggil June 'Jamet'. Bukan panggilan gaul, ya?" tanya Jennie dengan tatapan datarnya membuat Hanbin menarik pipinya gemas. Jennie berteriak tak terima.
"Edan ... Temen sape tuh?" celetuk June yang sedang memperhatikan Hanbin dan Jennie dari balik pagar rumah Jennie.
"Gue ... speechless. Allahu. Gue kira dia bucin nya masih level 1," balas Bobby. Mereka bertiga-June, Bobby, dan Jinhwan sudah daritadi melihat drama Indosi*r. Sengaja mereka gak banyak omong pengen liat apakah kebucinan Hanbin masih berkembang membentuk sel atau sudah menghasilkan organ baru. Eh ternyata lebih parah dari yang dibayangkan.
"Bisa dimengerti sih. 9 tahun macem upil ama hidung. Gak pernah misah. Ya gitulah. Bisa ditoleransi. Ya namanya juga temen. Gue ngomong apasih?" di akhir ocehannya Jinhwan melirih. Ngomong apaansih dia?
**
warning! berisi kegelian akut dan keabstrak-an😔Gajadi direvisi😢😢😢
KAMU SEDANG MEMBACA
Kucing Pemalas
Teen FictionJennie itu kurang lebih seperti kucing rumahan yang matanya bulat, rambutnya halus terawat, dan suka diam termenung di teras rumah sambil memandangi manusia yang berlalu lalang di hadapannya. Seperti kucing persia yang pemalas, Jennie selalu lemas d...