Sebagai duta malas sedunia sebenarnya Jennie selalu malas dalam hal apapun. Entah itu berpikir, berjalan, melakukan suatu aktifitas, dan semuanya yang ia anggap ribet dan membuang-buang tenaga.
Seharusnya memisahkan Jisoo yang sedang bertengkar dengan teman-teman baiknya termasuk kedalam hal yang ribet dan buang-buang tenaga. Tapi nuraninya sedikit terketuk melihat Jisoo yang sedikit terpojok akibat satu lawan empat.
Jennie sebenarnya tidak pernah peduli pada orang yang sedang bertengkar. Karena selain berisik, mereka seperti manusia yang tidak punya sopan santun karena membawa nama-nama hewan di dalam pergulatan nya.
"Kalo elu suka bekas gue ya silahkan ambil, Anjing! Kenapa jadi ngalor-ngidul bahas gue yang suka korea, bangsat?"
Nah kan. Itu teriakan Jisoo yang membahana di ruang kelas. Masih belum mau mengalah meski tersudutkan. Yang lain bukannya memisahkan malah merekam sambil cekikan. Para laki-laki pun malah memanas-manasi dengan berteriak 'jambak aja lah gas!'. Memang sinting.
Sebelum semuanya semakin parah. Sebelum Jisoo membalas jambakan Nayeon, Jennie- si pemalas yang berusaha jadi penengah- berusaha menengahi dan berakhir rambutnya yang ditarik ke kanan dan ke kiri.
Biasanya teriak adalah hal yang paling tidak mau Jennie lakukan karena itu hanya membuang-buang suaranya saja. Tapi ini benar-benar gila! Kepalanya pening parah. Baik Jisoo maupun Nayeon belum ada yang menyadari bahwa rambut yang sedang mereka perebutkan ini adalah rambut Jennie.
"Emang jamet sw selalu berpotensi jadi perusak hubungan orang!" teriak Jisoo.
"Jamet sw siapa anjing? Elu tuh yang jamet tiktok!" balas Nayeon.
Tangan keduanya semakin kuat menarik rambut Jennie, "TAPI INI YANG DITARIK RAMBUT GUE, ANJING!"
Apapun makananya, minumnya adalah ludah sendiri. Selama enam belas tahun hidup di dunia nyaris tidak pernah mengumpat dan membenci orang yang sering mengumpat, kini meletus lah umpatannya sebagai orang malas yang berusaha menjadi penengah namun berakhir tertindas.
Baik Jisoo maupun Nayeon langsung melepas tangan mereka dari rambut Jennie. Jennie langsung tersungkur di lantai. memegang rambutnya berharap masih setebal tadi pagi saat disisir Hanbin. Dan hampir menangis melihat helaian rambutnya yang berserakan di lantai.
"Mampus. Bentar lagi mati lu kalo bapa nya tau," tunjuk Jisoo pada Nayeon.
"Hellow! Elu juga ikutan jambak!" teriak Nayeon tak mau kalah.
Daripada kembali bertengkar dengan spesies manusia keras kepala dan tidak mau mengakui kesalahannya seperti Nayeon, lebih baik Jisoo membantu Jennie yang kini mengais lembaran rambutnya yang berserakan di lantai.
Melihat penampilan Jennie yang astagfirullah membuat Jisoo tercengang. Rambutnya yang berantakan dan rontok akibat jambakannya membuat matanya berkaca-kaca. lalu memeluk bahu Jennie dan menangis kencang, "HUEE LO KAN aNAK pEMAlAS! NGAPAIN NOLONG GUE! GUE GATAU MAU MINTA MaAf aTAU bERTeRiMaKASIH hIKSS!"
Dan Jennie juga tidak tahu mau memukul kepala Jisoo atau membanting tubuh Jisoo ke lantai.
..
Sambil menyisir rambut Jennie agar kembali rapi, Jisoo berkata, "jangan bilang Hanbin ya, Jen." walau Jisoo tahu Jennie tidak sebocor itu, tapi yang jelas Jisoo tetep takut kalau Hanbin alias bapanya Jennie tahu. Melihat seberapa protektif Hanbin pada Jennie membuat Jisoo menduga-duga apa tindakan kejam Hanbin padanya saat tau rambut anaknya dijambak.
"Gue pernah ke dorong sama temen gue waktu upacara," kata Jennie yang membuat tangan Jisoo berhenti dan menatap Jennie dengan pandangan bingung. Apa hubungannya sama Jisoo coba?
"Langsung dibogem sama Hanbin," lanjut Jennie datar. Tangannya menginstruksi agar Jisoo kembali menyisir rambutnya.
Jisoo sendiri terdiam membeku. Buset yang cuma ngedorong gak sengaja aja sampe dibogem, "apa satu mangkok seblak cukup agar cerita jambak-jambakan tadi lo simpan sendiri?" tawar Jisoo.
Jennie berpikir sebentar lalu menggeleng, "murah amat seblak," gumamnya. Membuat jiwa seblaklovers Jisoo terguncang-guncang. Berani sekali anak bapa Hanbin ini melecehkan makanan terenak sedunia.
Sambil terus melakukan negosiasi, mata Jisoo melirik ke bawah lapangan yang kini di pakai anak MIPA 4 untuk berlatih basket. Seperti biasa, kalau melihat anak-anak MIPA yang gantengnya gada obat pasti Jisoo langsung lupa segalanya. Sebenarnya laki-laki kelas mereka juga gak kalah ganteng, tapi sayang nyebelinnya tingkat dewa. Mana kalo ada salah satu kena musibah bukannya ditolongin malah minta spill the tea. Belum lagi mereka itu julid abis sama biasnya yang gantengnya ngalahin muka buluk mereka.
Lagi senang-senangnya melihat spesies yang bikin adem mata, ada aja yang ngerusak. Contohnya pemandangan bapanya Jennie yang lagi dribbling bola basket bareng perempuan yang rambutnya blonde kaya bule.
"JEN!" bukan Jisoo namanya kalau tidak heboh melihat Hanbin bareng perempuan. Sebagai perempuan korban pelakor, Jisoo harus melindungi temannya agar tidak dilakor.
Jisoo memutar kepala Jennie ke samping dengan sekali sentak. Membuat Jennie hampir kembali mengumpat. Berteman dengan Jisoo sepertinya memerlukan kesabaran extra.
"Liat!" tunjuk Jisoo pada Hanbin yang lagi-lagi bersama Rose.
"Terus?" balas Jennie.
"Apa yang lo liat?"
"Hanbin."
"Satu lagi?"
"Rose," gumam Jennie. Sedikit malas menyebut namanya kerena masih belum terbiasa melihat Hanbin memiliki teman perempuan selain dirinya.
"Mereka lagi ngapain?"
"Lo emangnya gak bisa liat sampe yang kaya gitu aja masih nanya?" protes Jennie sebal. Jisoo udah kaya Dora aja. Padahal bisa lihat sendiri tapi nanya-nanya terus.
"Gue cuma mau memastiin aja. Jawab aja cepet."
"Main bola basket," jawab Jennie pada akhirnya. Tak lupa sambil roll eyes.
"Apa kesimpulan yang lo dapet?"
Meskipun dalam hati menyumpah serapah keanehan Jisoo tapi Jennie tetap menjawab daripada harus mendebat. Malas sekali.
"Mereka lagi main bola basket berdua."
Jisoo berdecak, "ck! Salah! Kesimpulannya mereka berdua lagi PDKT," kata Jisoo yakin.
Membuat otak Jennie loading. Ini otaknya yang payah atau emang Jisoo yang payah? Kenapa dari main basket berujung PDKT?
"Gini ya. Kemarin lo bilang Hanbin ngegebet dia kan? Nah sebelum makin jauh atau amit-amitnya sampe pacaran lo harus bergerak duluan," ujar Jisoo.
"Kenapa gue harus gerak duluan?" tanya Jennie.
"Ya supaya elu yang dapet," jawab Jisoo yang masih berusaha sabar.
"Dapet apaan?"
Jisoo mendelik, "dapet apaan lagi? Dapet Hanbin lah!"
Jennie mendengus, "gausah repot-repot."
"Belagu amat," Jisoo menoyor kepala Jennie.
"Gini yah Jennie anak manis. Yang namanya temen mau lo prioritas nomor satunya sekalipun, kalo dia punya pacar yaudah. Pacarnya yang bakal jadi nomor satu." Jisoo ini ngomong serius. Tapi Jennie malah membalasnya dengan tatapan mengejek.
"Lagian siapa juga yang mau jadi pacar Hanbin?" dalam hidupnya, menjadi teman Hanbin saja sudah cukup. Menjadi pacar Hanbin? Tidak. Jennie tidak pernah memikirkan ataupun membayangkan dirinya menjadi pacar Hanbin.
"Kualat lo. Pokoknya gue sebagai teman yang telah dilindungi Jennie dari si Nayeon batu ini cuma mau menawarkan jasa aja."
"Bilang gue aja kalo lo udah sadar kalo sebenernya lo suka sama Hanbin."
..
KAMU SEDANG MEMBACA
Kucing Pemalas
Teen FictionJennie itu kurang lebih seperti kucing rumahan yang matanya bulat, rambutnya halus terawat, dan suka diam termenung di teras rumah sambil memandangi manusia yang berlalu lalang di hadapannya. Seperti kucing persia yang pemalas, Jennie selalu lemas d...