Tebak siapa yang dimusuhi satu kelas gara-gara membaukan nama kelas? Tentu saja Jisoo dan.. Jennie. Padahal Jennie gak ikut-ikutan, tapi ikut keseret.
Semua tatapan tajam tertuju pada bangku mereka berdua. Jennie malas merasa risih, tapi kenapa rasanya setiap pergerakannya selalu diawasi, sih? Memangnya Jennie buronan?
Berbeda dengan Jisoo yang bodoamat. Lihat, sekarang si pembuat onar malah ikutan main kartu bersama Bobby dan Chanu. Mereka bertiga kompak mengeluarkan uang lima ribu untuk menjadi taruhan.
Jennie sudah memperingatkan kalau itu sama saja seperti judi. Lagipula, ini sudah ronde ketiga dan Jisoo masih diambang kekalahan.
"Woelah! Kalian berdua curang, kan? Ngaku!" teriak Jisoo tak terima dirinya kalah lagi. Habis sudah uang jajannya hari ini. Niat hati ingin menggandakan, tapi malah habis tak tersisa.
"Kaga. Lo nya aja noob," jawab Chanu sambil memasukan uang lima ribuan kedalam saku celananya. "Cabut, Bob. Bentar lagi banteng ngamuk," katanya sambil menepuk bahu Bobby. Lalu mereka berdua pergi ke pojok kelas sambil cekikikan.
Jisoo? Tentu saja ngamuk. Memporak-porandakan meja Bobby dan Chanu.
"Su, udah, Su. Istigfar," kata Jennie sambil menghela napas. Lama-lama duduk sama Jisoo bisa bikin dia ikutan gila.
Jisoo menghembuskan napas kesal, "gue balik pake apa, Jen?" tanyanya frustasi.
Jennie mengangkat bahunya, "bukan urusan gue."
Kepala Jennie langsung ditoyor Jisoo, "bodolah! Mending gue baca buku. Biar pengetahuan gue luass," kata Jisoo sambil mengeluarkan novel dari dalam tas nya. Padahal bentar lagi bel pulang juga berbunyi.
Karena bosan menunggu bel pulang yang tak kunjung berbunyi, Jennie sedikit mengintip buku bacaan Jisoo. Matanya langsung membulat ketika membaca beberapa kata di dalamnya, "ih Jisoo baca yang gituan!"
Jisoo memutar bola matanya, "ini namanya sex education."
Jennie menampilkan raut wajah tak percaya, "inimah jelas-jelas novel dewasa. Lo belum cukup umur!"
"Aduh lo terlalu dibayi-bayiin sama si Abin kesayangan lo. Lo udah besar. Mau baca?" Jisoo menyodorkan novelnya. Langsung saja novelnya diambil. Tapi bukan sama Jennie.
"Buku ini gue sita karena meresahkan," kata Hanbin datar sambil mengacungkan novel tersebut di depan muka Jisoo.
Aduh sialan. Udah kalah main kartu, sekarang novel 100k nya juga bakal disita? Kesialan macam apa ini!?
"Heh! Jangan ngadi-ngadi lo! Ini buku gue!" Jisoo berkacak pinggang. Melotot pada Hanbin. Namun sepertinya Hanbin tidak peduli. Dilihat dari matanya yang sudah sepenuhnya memandang Jennie.
"Ayo pulang, Jen," ajak Hanbin sambil mengulurkan tangannya.
Ketika Jennie akan mengambil tangan Hanbin, buru-buru Jisoo menjadi penengah, "pilih gue apa Hanbin?" tanyanya sambil melotot.
"Hanbin," pilih Jennie tanpa berpikir. Membuat Jisoo kepanasan karena malu sendiri.
Hanbin tersenyum puas lalu mengamit tangan Jennie.
"Eys sialan!" umpat Jisoo kala Hanbin berbalik hanya untuk melambaikan tangan. Mengejek.
"Eh woi! Jennie! Lo kan lagi marah sama Hanbin!?" teriak Jisoo. Tapi sudah telat. Jennie nya udah keburu dibawa keluar.
**
"Sini Jen tas nya aku bawain," tawar Hanbin saat mereka baru beberapa langkah keluar dari kelas. Melihat bahu Jennie yang merunduk membuat Hanbin khawatir tas nya terlalu berat. Hanbin sengaja memasukan beberapa buku paket. Setidaknya Jennie pergi ke sekolah dengan membawa beberapa buku, bukannya seperti taun-taun kemarin hanya membawa satu buku tulis saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kucing Pemalas
Teen FictionJennie itu kurang lebih seperti kucing rumahan yang matanya bulat, rambutnya halus terawat, dan suka diam termenung di teras rumah sambil memandangi manusia yang berlalu lalang di hadapannya. Seperti kucing persia yang pemalas, Jennie selalu lemas d...