Teori Menky
Menu favorit mereka berempat, yaitu bakso beranak udah ada di depan mata. Tapi sebagai teman yang baik, Bobby, Jinan, dan juga June memilih untuk mengabaikan bakso mereka untuk beberapa saat.
Si sadboy cabang kabupaten itu daritadi duduk lesu gak bersemangat. Kadang juga menghembuskan napasnya kencang-kencang. Seolah sedang bingung.
"Lo kenapa?" tanya Jinan. Jangan salah. Meskipun selalu menjadi garda terdepan ketika julitin Hanbin, Jinan selalu menjadi orang pertama yang tahu kalo Hanbin lagi punya masalah.
"Jennie," kata Hanbin yang langsung membuat mata mereka bertiga kompak menjulid.
"Kan udah gue bilang, lo harus mengurangi atau kalau bisa ngebuang jauh-jauh tu mental babu," kata June ngotot.
Jinan memincingkan matanya pada June. Menyuruh June agar tutup mulut aja. Ini bukan waktunya untuk menjulid.
"Iye maap," kata June sambil melipat tangannya di dada.
"Kenapa lagi kucing lo? Ngamuk? Minta whiskas? Atau susah BAB?" tanya Bobby yang membuat kepalanya digeplak Jinan.
"Jennie bener-bener ngelakuin semuanya sendiri. Percaya gak lo?" tunjuk Hanbin pada Jinan. Kali ini yang waras cuma Jinan.
Jinan menggeleng. Hujan dor dar gelap kalo Jennie bangkit dari kemalasannya.
"Engga, kan? Gue hampir mati berdiri waktu liat Jennie beberes kamarnya," curhat Hanbin.
"Lebay amat," gumam June. Untung gak kedengeran sama Hanbin. Bisa baku hantam di tempat kalo gitu.
"Bagus sih. Dia harus mulai bisa hidup mandiri," balas Jinan. Jinan sendiri khawatir sih sebenernya sama Jennie. Selama ini dia banyak omong tentang sifat Jennie yang selalu malas-malasan bukan hanya karena dia tidak suka.
Jinan lebih ke khawatir melihat seberapa ketergantungan Jennie pada Hanbin. Dalam pikirannya, bagaimana kalau Hanbin suatu saat gak bisa lagi di samping Jennie? Bisa mati Jennie akibat sifat malasnya.
"Tapi gue ngerasa ada yang aneh," ini bukan lebay atau bagaimana ya. Hanbin sudah mengenal Jennie sejak kecil. Hanbin hanya takut ada orang yang membicarakan Jennie tidak-tidak sehingga membuat Jennie berubah seperti ini.
Dari luar Jennie memang terlihat tidak peduli, tapi Hanbin tahu kalau di dalam hati dan pikirannya semua berkecamuk.
"Gue tahu!" Bobby mengacungkan tangannya.
"Lo masih inget Menky?" tanya Bobby pada mereka semua.
Hanbin mengangguk. Menky itu mantan kucing Ibunya Bobby yang kini beroperasi menjadi preman kampung.
"Si Menky tiba-tiba pergi dari rumah terus jadi kucing liar gara-gara apa?" tanya Bobby yang dibalas gelengan kepala oleh mereka semua.
Bobby menjentikan jarinya, "gara-gara Emak gue beli kucing baru!"
Jinan mengerutkan keningnya, "terus?"
"Hubungannya sama Jennie apa?" tanya Hanbin bingung.
Bobby menggeplak satu per satu kepala mereka, "Si Hanbin punya kucing baru!"
"Gue simpulin Jennie lebih milih jadi kucing liar karna si Hanbin punya kucing baru," kata Bobby mantap.
"Ngomong apaan sih lu?" tanya Jinan.
"Kok gue nyesel ya denger bacotan Bobby," gumam June.
"Ck. Ngapain juga gue dengerin teori Menky lo," kata Hanbin.
"Bubar-bubar," kata Jinan sambil mengambil mangkok bakso beranak nya. Hendak memakannya di kelas saja.
"Pantesan lu semua gak pernah lulus remedial matematika. Otaknya secuil!" teriak Bobby frustasi. Peristiwa si Menky dan Jennie tentu sama persis. Mereka bertiga saja yang tidak mau berpikir. Ini adalah konspirasi elit global!
KAMU SEDANG MEMBACA
Kucing Pemalas
Teen FictionJennie itu kurang lebih seperti kucing rumahan yang matanya bulat, rambutnya halus terawat, dan suka diam termenung di teras rumah sambil memandangi manusia yang berlalu lalang di hadapannya. Seperti kucing persia yang pemalas, Jennie selalu lemas d...