"Kunci pagarnya," Hanbin memperingati. Jennie mengangguk patuh.
"Kalo mau masak, apinya kecil jangan besar-besar," kata Hanbin sekali lagi. Respon Jennie masih sama mengangguk patuh.
"Jangan lupa kunci pintu rumah kalo mau tidur," kata Hanbin benar-benar sekali lagi.
Jennie mengangguk, lagi-lagi-lagi.
Hanbin menatap Jennie ragu. Ragu sekali meninggalkan Jennie sendirian di rumah nya yang besar tanpa Mba Yana.
"Pokoknya-"
"Iya ngerti," sahut Jennie pelan. Wajahnya sudah datar menahan kantuk dan lapar yang datang barengan.
Hanbin berdecak, berakhir turun dari motornya dan menarik Jennie masuk ke dalam rumah.
"Kenapa ikut masuk?" tanya Jennie heran. Kan ceritanya Hanbin cuma nganter dia pulang aja karena ada latihan paskibra.
"Aku masakin makanan dulu buat kamu. Abis itu pergi," jawab Hanbin sambil sibuk menyiapkan bahan dan alat masak.
"Aku gak akan bakar rumah lagi," gumam Jennie sambil mengeluarkan air dingin dari kulkas.
Hanbin meringis. Mengingat kejadian beberapa tahun silam saat Jennie sendirian di rumah dan berujung membakar dapur karena lupa sedang memasak mie. Mana mungkin Hanbin biarkan Jennie kembali menyentuh kompor. Itu sama saja seperti menyerahkan Jennie secara cuma-cuma pada malaikat pencabut nyawa.
Lima belas menit kemudian, seporsi nasi goreng kilat buatan Hanbin sudah tersaji di meja makan.
Hanbin usap kepala Jennie dan mengambil salah satu ponsel kembar kepunyaan mereka berdua yang berada di sebelah Jennie, "aku pergi ya."
Jennie mengangguk. Segera melahap nasi goreng nya.
"Telpon aku kalo ada apa-apa," kata Hanbin sekalii lagi sebelum benar-benar pergi.
Jennie mengacungkan jempolnya dan mengibaskan tangannya mengusir Hanbin, "sana pergi."
Seingatnya Hanbin hanya diberi waktu setengah jam sebelum memulai latihan dan Jennie yakin ini sudah melebihi batas waktu yang ditentukan. Pasti Hanbin akan dihukum setibanya di lapangan sekolah.
Hanbin mengerucutkan bibirnya, "awas jangan sentuh kompor."
Jennie berdesis sebal, "berisik amat. Sana pergi keburu telat!"
Memang sudah terlambat.
Hanbin nyengir lalu setelahnya terdengar suara gerbang dibuka dan ditutup, dilanjut suara motor Hanbin yang perlahan menjauhi rumahnya.
Ting
Ting
Ting
Ting Ting Ting Ting
"berisik!" teriak Jennie sebal sambil menatap nyalang ponselnya.
Tumben sekali berisik padahal ia sudah memblokir nomor June, Bobby, dan Jinhwan sekaligus. Jika kali ini yang spam adalah Jisoo, jangan salahkan Jennie jika besok Jisoo tidak bisa menghubunginya.
Kening Jennie mengerut ketika membaca satu-persatu rentetan pesan yang terkirim ke ponselnya.
Tunggu. Sejak kapan lockscreen ponselnya memakai foto dirinya sendiri?
Setelah membuka kata sandi ponselnya, Jennie semakin bingung lantaran sejak kapan dia memakai foto bocah tengil alias Mulan, adik Hanbin sebagai home screen nya?
Membuka aplikasi whatsApp, Jennie semakin dikejutkan oleh banyak sekali grup.
Grup paskibra, Calon OSIS, dan Hah? Sejak kapan Jennie masuk kedalam grup X MIPA 4? Jangan-jangan dia di mutasi dari IPS ke MIPA?
KAMU SEDANG MEMBACA
Kucing Pemalas
Teen FictionJennie itu kurang lebih seperti kucing rumahan yang matanya bulat, rambutnya halus terawat, dan suka diam termenung di teras rumah sambil memandangi manusia yang berlalu lalang di hadapannya. Seperti kucing persia yang pemalas, Jennie selalu lemas d...