#10. Pesawat

490 29 1
                                    

Happy Reading!

***

Pukul sepuluh pagi

Aku mentap seli yang sedang latihan dari pinggir lapangan. Aku bosan. Sebenarnya untuk apasih sekolah membuat kegiatan-kegiatan seperti ini? –authornya juga gatau nih.

"Huftt, panaasss. Ra, bagi energi dingin dong." Pinta Ali. Ditangannya terdapat 3 buah float. "Boleh, tapi bagi itu." Jawabku sambil menunjuk ke arah float rasa vanilla. "Aku memang membelikan ini untuk kalian berdua." Kata Ali sambil menyodorkan salah satu Floatnya.

"HA!" teriak Klub Dance. Tandanya mereka sudah selesai. Buktinya mereka bubar tuh.

Seli terlihat jalan kemari dengan lunglai. "Hoi, bagi." Pinta Seli. "Kamu mau malak aku Sel?" tanya Ali sambil mengamankan bungkusan jatah seli ke belakangnya. 

Seli mendongak. "Haah, bagi sini, aku tau kalau itu jatahku. Cepetan, aku haus." Pinta Seli lagi. Ali tertawa dan menyodorkan float itu.

Aku memperbesar area yang ku blokade. Seli duduk di sebelahku. "Huft, capek bangettt. Mana panas lagi. Kebalikan dari kemarinnn." Keluh Seli. Kami tertawa.

Tak lama Naron dan Rafi menghampiri kami. "Emm, Ra-Raib, kkamu dippanggil sama Miss Taya." Kata Naron gugup. "Oh ya? Terimakasih ya. Ayo Sel, Al, temani aku." Ajakku. Mereka menggangguk.

***

"Permisi Miss Taya, ada apa ya?" panggilku pada miss Taya yang sedang berdiri di pingir lapangan. Air muka Miss Taya terlihat cemas.

"Raib, kamu jangan panik ya mendengar ini, tetap tenang." Pinta Miss Taya. Walau tak mengerti, aku mengangguk.

"Huft, jadi, Miss barusaja mendapat kabar dari wali kelas kamu, Bu Tia. Dia bilang, pesawat yang ditumpangi orang tua kamu terjatuh." Kata Miss Taya.

apa? Apa aku tidak salah dengar? Pesawat papa dan mama terjatuh? Aku baru ingat kalau mama dan papa bilang mereka mau ke Manado untuk 4 hari. Mereka pergi 2 hari sebelum kami pergi.

Aku seakan membeku di tempat. Tanpa sadar kakiku kehilangan kekuatan untuk berdiri dan aku terduduk di rumput.

"Raib!" teriak Seli dan Ali bersamaan. "Miss, apakah ada informasi lagi tang diberikan Bu Tia?" tanya Ali. Lalu ia berbicara lagi dengan Miss Taya. Aku tidak terlalu mendengarkan. Aku cukup Syok mendengar kabar itu.

"Ra, kamu tidak apa apa? Kita kepinggir lapangan dulu ya." Ajak Seli. Lalu dia menuntunku sampai ke (Halte) tempat kami duduk sebelumnya.

"Nah, minum dulu ini." Seli menyodorkan sebuah botol air mineral. Tidak ada lagi tutupnya. Aku menolak. Aku sedang tidak haus. Aku hanya memikirkan tentang keselamatan papa dan mama.

"Mama, Papa..." gumamku.

"Kamu harus minum Ra! Biar kamu fokus dan kembali tenang." Kata Seli. Akhirnya aku menurut dan menerima air itu. "Gluk, gluk, huft. Thanks." Aku mengembalkannya pada Seli.

Aku kembali terbengong. Apakah mama dan papa selamat? Oiya! Telepon tante Anita! (Kalau salah maaf ya,kami lupa karena buku bumi kami hilang.)

Aku meraih ponsel di kantong dan menelepon tante anita.

"Tuttt, tuuutt, ceklek. Halo?" aku memastikan. "Iya, halo. Uhmm, kamu sudah mendengar kan kabar itu kan?" tanya Tante Nita dari seberang. "Ya. Apakah tante memiliki kabar tentang mama dan papa?" tanyaku hati-hati. "Huft, sampai sekaranng belum ada Ra." Tante menghela napas. Jantungku berdetak cepat. "Baiklah kalau begitu Tan, makasih ya. Tuuutt." Aku menutup telepon.

Air mata yang kubendung akhirnya pecah. Aku terisak dalam pelukan Seli. "Mama, papa..."

"Gimana Ra?" tanya Seli. Aku menggeleng sambil menghapus air mataku.

"Raib, ada apa?" tanya Naya. Teman-temanku mulai berkumpul. "Pesawat yang dinaiki orang tuaku jatuh." Aku mengusap wajahku. Mereka terlihat terkejut.

"Jangan-jangan pesawat yang dimaksud pesawat S-10(Fake ya guys.) yang terjatuh di gunung Lokon (It's just a story) tadi malam." Kata Johan. Dia mengikuti klub basket seperti Ali.

"Raib! Aku sudah tahu lokasi pesawat itu! Miss Taya juga sudah memberi izin. Kamu mau mencari mereka sekarang Ra?" tanya Ali.

Pikiranku sedang tidak jernih, jadi aku mengangguk.

"Hah? Mau ke lokasi kecelakaan? Mau mencari ortu kalian? Naik apa? Tim penyelamat aja belum menemukan. Ditambah pohon-pohon, sulit." Kata Jordan. "ILY." Aku bergumam. "Ha?" "ILY! Kita akan naik ILY saja. Bisa kan Li?" pintaku. Aku masih panik. "Ugh, ya iya. Ayo." Ajak Ali.

Lalu ILY muncul di hadapan kami semua. "Miss Selena tiidak akan marah bukan?" tanya Seli Cemas. Ali menggeleng. "Aku sudah mendapat izin."

"Umm, apa aku boleh ikut?" pinta Johan. Kami saling tatap lalu mengangguk.

"Siap ya. Let's go!" ali menghidupkan kemudi otomatis. –dasar Ali mageran.

"Kamu sudah gapapa Ra?" tanya Ali cemas. Aku menggeleng. Aku masih khawatir. Ali menghela napas. Sedangkan Johan sedang melihat-lihat isi kapsul.

Selama perjalanan kami tidak berbicara. Aku juga sudah agak enakan.

"Lihat! Itu pesawat yang dimaksud!" seru Seli. Kami menoleh. Benar itu pesawatnya. Akhirnya kami sampai.

Bersambung...

.

.

.

Halo Hai Guys

Kami Up lagii!

Gimana cerita hari ini? 

Kalau Feel-nya kurang dapat, maaf ya.

kalau kalian Ada saran atau kritik, komen atau chat aja kami. bakal kami balas kok.

jadi, kalian sebagai readers, tolong temukan kesalahan/sesuatu yang kurang menarik, agar bisa diperbaiki.

Mohon bantuannya ya semuaa! 

sekali lagi kami ingatkan kalau ini hanya Cerita, jangan dibawa serius ya kalau ada sesuatu yang tidak sesuai dengan yang aslinya.

Luv You all.

Vote, komen, dan share ke teman-teman kalian ya.

difollow Authornya ya, supaya makin semangat nulisnya.

juga tolong kritik saran kalian , kami tungguu!!.

See you!

𝐂𝐡𝐨𝐨𝐬𝐢𝐧𝐠Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang