#23. Kembali ke Sekolah (2)

381 24 6
                                    

Happy Reading!

***

"Kringgg." jam weker Raib berbunyi.

"Ngh? Ctak. jamber sekarang? oh, jam 5. Sel, Seli, Bangun woi. udah jam lima." Raib membangunkan Seli.

"Ugh? Apaan sih. ganggu orang tidur aja lah. padahal lagi mimpiin bias. jarang-jarang aku dapat mimpiin bias." keluh Seli sambil mengucek matanya. Raib hanya nyengir.

"Ukh." dengan keadaan setengah sadar, Seli mendahului Raib menggunakan kamar mandi.

Raib menggeleng-geleng dan turun. dia mencuci muka di wastafel ruang tengah.

"Ali udah bangun belum ya? cek ah. kan hari ini sekolah." gumam Raib. dia pergi ke kamar tamu.

"Ceklek. Ctak." Raib menyalakan lampu.

"Hoi tuan muda Ali! bangun woi. sekolah!" teriak Raib.

"Nghhhh. apa Ra? masih pagi loh." keluh Ali.

"Sekolah!"

"Ck. Iyaa. keluar sana. masuk kamar cowok kok gaada ketuk pintu." ingat Ali.

"A-apa sih." Raib keluar kamar.

Sudut pandang Raib.

"Astaga! apa yang barusan kulakukan. masuk ke kamar cowok tanpa permisi? kau sudah gila Ra! sadarlah! Plak!" gumamku sambil menepuk kedua pipinku.

"Kamu kenapa Ra?" tanya Seli yang baru saja keluar kamar. 

aku tersentak. "Ha? ah, gak kenapa-napa tuh. kamu sudah selesai Sel? ayo kita buat sarapan. haha." Aku meninggalkan Seli yang menatapku dengan penuh kecurigaan.

saat Seli sudah kedapur, kami mulai memasaknya. 

Fyi, semalam kami ke supermarket untuk membeli bahan pokok.

Ali turun 30 menit kemudian. kami tidak terlalu memaksanya karena masih pagi.

"Hoamm. menu sarapannya apa?" Tanya Ali.

"Hm? Nasi goreng sosis dan nugget." jawab Seli.

"Ini Nugget ronde terakhir." Aku akhirnya bergabung dimeja makan setelah menggoreng nugget terakhir.

Ali sudah memenuhi piringnya dengan menu sarapan. aku menggelengkan kepala melihatnya. 

"Kamu enggak makan 2 hari ya Al? banyak banget itu loh." tegur Seli. ali mentapnya. "Yaudah nih aku taruh balik. ntar kalau gak habis jangan salahin aku ya." 

"Eh eh eh, bukan gitu maksudnya. kami memang sengaja masak banyak untuk dimakan." Cegatku sebelum nasi Ali kembali ke tempat Nasi goreng.

"Nah, gitu dong." ali menarik piringnya kembali.

"eh, kamu tadi Mandi Al?" Tanyaku setelah menyadari kalau wajah ali terlihat lebih segar.

Ia menatapku tajam. "Kalian ya, apa yang aku kerjakan semuanya dipertanyakan. apa aku aneh jika melakukan hal-hal ini?" Gerutunya.

aku mengangkat bahu. "terserah sih kamu mau jawab atau enggak. kan cuma bertanya. kenapa kamu sensitif begini? kamu lagi dapet?" tanyaku asal-asalan.

"Ngawur!" seli yang menjawab.

sampai sarapan berakhir, tak ada satupun yang berbicara.

***

saat kami turun dari angkot, semua mata menatap kami. berbagai macam tatapan kami terima. Benci, Takut, Julid, Kagum,  dan sebagainya.

𝐂𝐡𝐨𝐨𝐬𝐢𝐧𝐠Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang