Warm: 01

5.8K 593 10
                                    

Cahaya matahari menerobos masuk melalui celah jendela membuat tidur sang pemilik kamar mulai terganggu. Mata kecilnya mulai terbuka perlahan ia sedikit meregangkan tubuhnya. Bangun di pagi hari, adalah sebuah hal yang mustahil untuk seorang Ardine Aurora. Sebagai bukti, saat ini jam dinding di kamarnya sudah menunjukan pukul 10 pagi.

Gadis tersebut mulai berjalan lalu menatap pantulan wajahnya di dalam cermin, meraih pembersih wajahnya lalu mulai memakai toner yang terletak di atas meja riasnya.

"Ardine Aurora..."

Mata gadis itu teralihkan, ia tidak lagi menatap wajahnya melainkan menatap ke arah seorang pria yang tengah bersandar di ambang pintu kamarnya sembari tersenyum tipis.

Raven, yang tidak lain adalah saudara sulungnya. Keduanya sudah terpisah selama bertahun-tahun semenjak perpisahan kedua orang tua mereka. Raven yang memilih pergi bersama sang ayah yang berasal dari negeri gingseng namun memiliki pekerjaan tetap di tempat tinggalnya saat ini, Indonesia. Sedangkan Ardine dibawa oleh sang ibu ke negeri sakura.

Sudah satu minggu sejak kepergian sang ibu, dan saat itulah Ardine memilih untuk tinggal bersama ayah serta sang kakak dibandingkan tinggal bersama keluarga sang ibu di negeri sakura.

Ardine mulai membuang kapas miliknya ke dalam sebuah tempat sampah yang terletak di ujung kamar miliknya, "ada apa tuan muda Raven Paloma?"

Yang berusia lebih tua mulai memutar matanya, "Ra, dipanggil Papi" Raven memutar tubuhnya lalu berjalan keluar dari kamar milik adiknya tersebut. Gadis yang masih berdiri diam di kamarnya mulai tersenyum tipis dan mulai berlari serta melompat ke atas punggung sang kakak lalu memeluk lehernya erat.

Raven hanya tersenyum sembari menahan tubuh sang adik agar tidak jatuh dari punggungnya saat ia menuruni tangga.

"Ara udah lama gak digendong sama kak Loma kaya gini" celetuk Ardine sembari menoleh menatap wajah sang kakak yang terlihat santai berjalan menuruni tangga tanpa merasa terbebani oleh berat sang adik di punggungnya.

"Ara denger dari papi kalau Kak Loma punya pacar. Siapa? Cantikan mana sama Ara? Kak Loma lebih sayang Ara atau pacar kak Loma?"

"Bawel" Jawab Raven singkat saat mendengar ocehan adiknya tentang kekasihnya.

Gadis tersebut mulai turun dari gendongan sang kakak lalu menghampiri pria yang tengah terduduk di kursi tamu sembari membaca sebuah media koran ditemani dengan secangkir kopi hitam.

Pria itu hanya tersenyum saat mengetahui sang putri datang menghampirinya saat ini, begitupun dengan putra sulungnya, Raven.

"Ara, papi udah daftarin Ara ke sekolah Kak Loma. Ara gak keberatan kan? Papi harap Ara belajar sungguh-sungguh di sekolah baru ini" Pria yang usianya sudah kepala lima itu pun menyeruput kopi miliknya, "Papi harap juga Ara bisa beradaptasi di sekolah itu."

Gadis itupun mulai tersenyum lebar, "Ara sama sekali gak keberatan, Ara malahan seneng banget sekolah di sekolah yang sama kaya Kak Loma"

Perbincangan antara keduanya mulai terhenti dikarenakan sebuah suara dari bel rumah. Raven pun mulai menatap sang adik, "Ara bakal tau jawaban dari pertanyaan Ara" Raven berjalan lalu mulai membuka pintu utama rumah tersebut.

Seorang gadis tengah berdiri tegak di depan pintu rumahnya tersebut, Raven sedikit menyingkir untuk mempersilahkan gadis tersebut memasuki rumahnya.

"Lama ya?"

"Enggak sama sekali, Ara juga baru bangun"

Mereka berdua berjalan menghampiri dua orang yang tengah terduduk di sofa. Ardine menatap lekat gadis yang tengah menghampiri sang ayah, "Om..."

WARM [NamHyeok]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang