[Completed]
Di halaman baru kehidupannya, Ardine Aurora bertemu dengan seorang laki-laki ketus yang tidak lain adalah Ardeen Raka Putra. Tanpa disadari pertemuan antara keduanya adalah awal dari kisah asmara yang akan mereka jalani.
"Kak, Ara udah c...
Sudah berjalan beberapa hari sejak keduanya menciptakan 'jarak', tidak-- bukan keduanya tapi salah satunya. Ardeen memilih untuk berpindah tempat duduk, bahkan jika bertemu pun ia lebih memilih untuk menghiraukan keberadaan Ardine.
"Besok ulang tahun Kak Ardeen... Ara udah siapin kado untuk kak Ardeen dari jauh-jauh hari. Tapi malah kaya gini" ucap Ardine sembari tertunduk lesu.
Surainya di elus seseorang, seseorang yang berbeda dengan yang biasa melakukan itu padanya. Sekarang bukan tangan Ardeen yang selalu mengelus surainya melainkan Michael.
"Coba ngobrol dulu sekarang, obrolin baik-baik. Nyiptain jarak belum tentu baik untuk kamu sama dia"
Ardine menatap Michael, "Tapi gimana?!!! Akh!!! Kesel tau gak, kalau Ara inget hari waktu Kak Ardeen putusin Ara!"
"Ara itu udah kelewat bucin sama kak Ardeen!!! Arghhh!!!! Ara mau sama kak Ardeen lagi..." kalimat yang terakhir terlontar pelan dan terdengar lirih.
Ardine menatap Michael dalam, "Jadi pacar Ara mau gak?!"
Michael menggeleng, "Lo aja suka sama Ardeen"
"Sama sih Ara juga gamau. Tapi gimana?!!" gadis itu terdiam sejenak lalu tersenyum lebar.
"Ara tau kaya gimana!!!"
— W a r m —
Ardine berjalan ke arah kantin, namun ia menatap Ardeen yang berjalan berlawanan arah dengannya. Gadis itu merentangkan tangannya menghalangi jalan pria yang baru saja menyandang status sebagai mantan kekasihnya.
Ardeen sedikit menurunkan pandangannya menatap gadis dihadapannya datar.
"Kak Ardeen! Tunggu dulu!"
Ardeen hanya terdiam.
"WOY KALAU NGOBROL JANGAN DI TENGAH JALAN DONG!"
Ardine menoleh ke belakang, "Bentar kenapa sih?! Penting ini penting!" Namun beberapa siswa langsung menerobos membuat Ardine sedikit terhuyung.
Tubuhnya terjatuh di lantai membuat si gadis meringis pelan, sementara Ardeen hanya menghiraukannya lalu berjalan pergi.
"Ikh!!! Kak Ardeen!!!" Ardine bangkit lalu mengejar mantan kekasihnya itu kembali dengan kaki yang pincang.
"Kak Ardeen, Ara mau ngomong sesuatu"
"Gue gak ada waktu"
"Ara masih sayang sama Kak Ardeen! Ara gak tau kenapa Kak Ardeen berubah lagi kaya dulu! Alesan Kak Ardeen gak masuk akal! Ara--, Ara tau kak Ardeen gak sejahat itu! Kak Ardeen gak pernah dendam sama kak Loma"
Ardine yang tengah berdiri di hadapan Ardeen mulai mendekati tubuh sang pria lalu memeluknya erat.
Ardeen hanya terdiam tak membalas.
"Kalau kak Ardeen emang udah gak suka sama Ara, gapapa.. tapi jangan ngejauhin Ara! Besok ulang tahun kak Ardeen kan? Ara kasih hadiah boleh ya? Ara udah siapin ini dari jauh-jauh hari"
"Kirain Ara, kak Ardeen bakal masih bareng sama Ara... ternyata enggak"
Ardine melepaskan pelukannya dari Ardeen, "Makasih kak, udah pernah nemenin Ara"
Gadis itu berjalan pergi dengan wajah sedihnya, saat ia berbelok ke balik dinding, ia terkekeh kecil saat menatap Michael yang memasang wajah tak suka.
"Acting Ara bagus kan?"
Michael mengangguk lalu menunjukan kedua jempol tangannya. Keduanya mengintip Ardeen yang masih terdiam pada tempatnya,
"Tuh kan! Kak Ardeen tuh ngerasa bersalah! Pasti Kak Ardeen juga masih sayang sama Ara!!"
Michael mengangguk setuju.
"Lo emang beneran mau jadi temennya Ardeen doang?" Ejek Michael
"Ya enggak lah! Gak ada di dalam kamus kalau Ara rela dijadiin temen kak Ardeen doang! Ara tuh pa-car-nya!"
"Pulang sekolah Ara mau ngikutin kak Ardeen"
"Untuk apa?" Tanya Michael
"Soalnya waktu awal-awal kenal kak Ardeen, Ara selalu ngikutin kak Ardeen. Kak Ardeen yang sekarang itu persis kaya kak Ardeen beberapa bulan yang lalu. Jadi Ara juga mau pake teknik beberapa bulan yang lalu untuk deketin kak Ardeen"
— W a r m —
Ardine mengerutkan keningnya saat menatap Ardeen yang tengah parkir di samping SMA Cahaya Raya.
Ia membayar tukang ojek tersebut, "Makasih pak" Ardine berjalan cepat menyusul kepergian Ardeen ke dalam sekolah.
"Jadi gimana lo siap?"
Ardeen mengangguk, "Inget, kalau gue menang jangan pernah ganggu siapapun lagi, Ele ataupun Ara"
Deon mengangguk, "Oke, tapi kalau lo kalah motor lo untuk gue..."
"--bonus si imut juga boleh"
Ardeen menarik kerah Deon kasar, "whoa, santai... gue cuman bercanda.."
Ardine berlari ke arah Deon lalu mendorongnya cukup kuat, "Ikh! Ngeselin banget tau ga!! Kalau mau motor ya beli! Bukannya ngancem orang!! Kenapa kakak miskin ya?! Butuh motor berapa sih?! Sini bilang sama Ara! Nanti Ara beliin!"
Ardeen membulatkan matanya saat mengetahui kehadiran Ardine di sampingnya. Deon mendekat ke arah si gadis, namun Ardeen langsung menarik sang gadis untuk pergi.
"Kak Ardeen lepas!" gadis itu mendorong tubuh Ardeen kuat.
"Lo ngapain sih disini?! Mereka bisa--"
"Kak Ardeen ngapain disini?! Kak Ardeen ninggalin Ara cuman gara-gara takut sama mereka?!"
"KAK ARDEEN PENGECUT!"
"GUE CUMAN GAMAU LO KENAPA-NAPA, RA!!" Bentak Ardeen sembari mencengkram lengan gadis di hadapannya.
"Terus, Ara keliatan baik-baik aja sekarang?!"
"Yang Raven bilang tentang gue semuanya bener, Ra. Mending lo ngejauh dari gue, anggap kalau kita gak pernah kenal satu sama lain"
Ardine berlari pergi meninggalkan sang mantan kekasih yang hanya menatap kepergiannya nanar.
Ardine yang tengah berlari mencari Deon segera menghentikan langkahnya saat mendengar sebuah suara yang tengah berbincang dengan Deon.
"Besok gue mau tanding sama Ardeen, lo mau nonton?"
"Enggak"
Deon menepuk pundak orang tersebut, "Makasih tentang semua info yang lo kasih. Lo keren juga nguntit mereka sampe ke bioskop."
Ardine terdiam menahan emosinya, "Kenapa kakak jahat banget? Ara kira kita temenan" lirihnya sembari sembunyi.
— To Be Continued —
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.