Ardine menatap pantulan dirinya di cermin, senyumannya mengembang sempurna. Ia kemudian bergegas keluar kamarnya sembari melirik ke kanan dan ke kiri. Ia berjalan menuruni tangga perlahan.
"Ara, mau kemana?"
Gadis itupun terdiam membeku lalu menoleh, "Pi, Ara mau pergi sama temen. Tapi jangan bilang sama kak Loma, nanti Ara gak dibolehin pergi."
"Papi tau kan, kalau kak Loma lebih bawel dibandingkan Papi"
Doyun hanya mengangguk lalu menepuk pundak putri bungsunya, "Yaudah hati-hati, jangan pulang terlalu malem"
Ardine tersenyum lalu mengecup pipi sang ayah, "Makasih pi, Ara pergi dulu" Ucap sang gadis seraya berlari keluar rumahnya.
— W a r m —
Ardeen menatap handphonenya sembari menunggu kedatangan sang kekasih. Namun sebuah tangan tiba-tiba melingkar di pinggangnya diikuti suara tertawa kecil.
"Ara lama ya?"
Ardeen sedikit menoleh ke belakang lalu tersenyum, "Iya, lama"
Ardine menoleh ke sekelilingnya, "Motor kak Ardeen mana?" Tanyanya sembari terus mencari keberadaan motor yang selalu dinaikinya beberapa hari terakhir.
"Gak bawa, kita naik bus terus jalan kaki"
Gadis itu tersenyum lalu mengangguk, ia memperlihatkan telapak tangannya dengan senyuman andalannya. Ardeen mengerutkan keningnya tidak mengerti, ia kemudian mengangguk sembari tersenyum tipis.
Ardeen menggenggam tangan Ardine, "Ngomong dong, gue gak ngerti!"
Ardine hanya terkekeh, keduanya berjalan ke arah halte bus.
Ardine menyenderkan kepalanya di bahu milik Ardeen, kemudian ia menatap wajah Ardeen yang fokus menatap jalanan.
"Kak Ardeen, Ara sayang sama kak Ardeen"
"Udah tau, lo ngomong kaya gitu pagi siang sore" ucap Ardeen menoleh menatap si gadis dengan tatapan andalannya.
Ardine mempoutkan bibirnya lalu mulai mengacak poni miliknya, "Dih, emang pada dasarnya kak Ardeen itu gak pernah peka! Ara bilang kaya gitu biar di bales sama Kak Ardeen!"
Ardeen hanya membuang pandangannya tak menjawab, si gadis mulai memasang wajah tak suka lalu mencubit pinggang pria disampingnya hingga meringis kesakitan.
"Pura-pura gak denger, Ara sumpahin budeg beneran!"
"Iya Ara, gue juga sayaaang sama lo" ucap Ardeen dengan senyuman paksanya.
Ardeen kembali menggenggam lengan kekasihnya lalu berjalan keluar bus. Keduanya memasuki sebuah bioskop, Ardine menatap beberapa poster film yang terpajang.
"Kak, Ara mau nonton yang genrenya romance. Biar bapernya dapet, apalagi Ara nonton sama Kak Ardeen"
Ardeen mengangguk, "Lo tunggu disini, gue yang pesen tiket"
Ardine terduduk sembari menatap jam di handphone miliknya. Ia mendongakan kepalanya saat Ardeen sudah tiba di depannya, "Ayo cepetan, filmnya udah mau dimulai"
"Hah?! Apaan?! Orang masih lama! Jam tayang pertamanya masih 20 menit lagi kak!!!"
Ardeen tidak menggubris ucapan sang gadis, ia tetap menarik lengan gadis itu sembari menahan tawanya.
"Kak! Inikan film horror!"
Ardeen mengangguk, "Ya emang, siapa bilang film religi?"
Ardine mendengus kesal saat menatap poster yang terpajang di samping studio yang akan ia masuki, "Kan Ara mintanya film romantis kak!!!" Ardeen menaruh telunjuknya di bibir si gadis.
"Gak usah berisik, ayo masuk"
Keduanya memasuki studio bioskop, si gadis menghentak-hentakan kakinya kesal. Ia mulai memukuli pria yang masih menggenggam lengannya erat.
"Nah itu!" Ardeen menarik lengan Ardine ke tempat duduk mereka.
"Ngapain nonton film horror sih kak?! Ara ngeliat muka Kak Ardeen aja udah mirip setan gitu"
Ardeen hanya menatap sinis ke arah si mungil, "Gitu? Perlu gue ingetin siapa yang ngejar-ngejar gue beberapa minggu lalu?"
Setelah film selesai, Ardeen hanya tertawa terbahak-bahak melihat wajah gadisnya yang masih menangis ketakutan.
"PUAS?!"
Ardeen terkekeh, "Yaiyalah puas, jangan ditanya"
Ardine mengusap air matanya kasar, "Ayo cari makan! Ara udah laper!"
Ardeen menahan tarikan lengan Ardine, "Kata siapa udah selesai? Katanya mau nonton yang romantis"
Sang gadis membuka mulutnya lebar, "Kak Ardeen beli empat tiket?!!" Ardeen mengangguk
"Ayo masuk, filmnya mau mulai"
"Giliran Ara minta nonton romantis malah nonton horror, giliran Ara mau makan diajak nonton romantis!"
Ardine mengusap air matanya yang menetes, "Kak Ardeen filmnya sedih banget ya? Masa di ending cowonya meninggal. Kak Ardeen janji ya, jangan tinggalin Ara."
Ardine menoleh ke sampingnya ia memejamkan matanya saat menatap Ardeen sedang terlelap. Gadis itu mendengus kesal, "Kak Ardeen! Filmnya udah selesai!" Ardeen membuka matanya perlahan.
"Udah? Ya udah, ayo makan"
Ardeen merangkul sang gadis lalu berjalan bersama keluar studio. Senyumannya terus mengembang saat menatap wajah kesal Ardine yang terus memalingkan wajahnya.
"Lo mau makan apa?" Tanya Ardeen
"Ramen"
Ardeen mengangguk lalu menggenggam tangan Ardine keluar dari Bioskop, keduanya berjalan di sisi jalan bersamaan.
"Restoran ini katanya enak" ucap Ardeen lalu memasuki restoran. Keduanya terduduk lalu membuka buku menu.
"Kak Ardeen, jangan bercanda ya!! Disini gak ada Ramen?!"
"Emang gak ada, siapa bilang ada?" Ucap Ardeen
Ardine mendengus, "Sabar Ara..."
"Mau pesen apa?"
"Bebas, asalkan jangan ada rasa pedes! Ara gak bisa makan pedes"
Ardeen tersenyum, "oke"
Para pelayan restoran menaruh makanan yang keduanya pesan. Ardine menepuk-nepuk tangannya antusias. Ia mengambil sendok lalu menyuapkan makanan di hadapannya, begitupun Ardeen.
"Uhuk!" Ardine mulai mengambil minum miliknya untuk meredakan rasa pedas di mulutnya.
Ardine mendengus, "Kak Ardeen jalan sama Ara terpaksa ya?"
Ardeen menaruh sendoknya lalu menatap gadis di hadapannya terkejut.
"Kalau Kak Ardeen gak mau jalan sama Ara, gak usah kak.."
Ardine menatap Ardeen dalam, "Kalau Kak Ardeen emang bener-bener gak suka sama Ara, Ara bisa ngejauh sekarang kok, mungkin emang bener kak Ardeen gak bisa lupain kak Ele"
Ardine mulai bangkit lalu berjalan keluar restoran. Ardeen berdiri lalu mengejar sang gadis yang mulai menghilang dari pandangannya.
"ARA!"
— To Be Continued —
KAMU SEDANG MEMBACA
WARM [NamHyeok]
Teen Fiction[Completed] Di halaman baru kehidupannya, Ardine Aurora bertemu dengan seorang laki-laki ketus yang tidak lain adalah Ardeen Raka Putra. Tanpa disadari pertemuan antara keduanya adalah awal dari kisah asmara yang akan mereka jalani. "Kak, Ara udah c...