Warm: 04

2.6K 472 38
                                    

Ardine sedang berdiri di lapangan basket memperhatikan kakak kelasnya yang sedang mencotohkan dasar-dasar bermain basket.

'Membosankan' pikirnya, bahkan Ardine bisa saja mengalahkan kakak kelasnya saat ini. Ia mengalihkan pandangannya, beberapa tim futsal datang ke samping lapangan tempat ia berdiri.

Ia tersenyum saat melihat Ardeen yang memakai jersey dengan rambut yang sedikit berantakan.

"Yok semuanya latihan" ucap Ardeen kepada teamnya.

Tak!

Dug!

Daryl sang anggota klub Futsal menendang bola terlalu kencang hingga mengenai kepala si gadis yang sedari tadi memperhatikan para anggota klub futsal yang tengah berlatih. Ardeen yang menatap kemana bola mendarat hanya terkekeh keras.

"Aduh!" Ucap gadis tersebut sembari mengusap kepalanya yang terkena bola.

Ardeen mulai berhenti terkekeh lalu menghampiri Daryl, "lain kali yang bener nendangnya" Ardeen berjalan menghampiri gadis tersebut.

Ardine yang menyadari kedatangan sang pujaan hati pun langsung tersenyum.

"Aduh! Aduh! Sakit banget ini! Kayanya Ara amnesia deh..." ucap Ardine sembari terus mengusap kepalanya.

Ardeen menatap gadis tersebut datar, "balikin bolanya"

Gadis tersebut mulai menghentikan sandiwaranya lalu menatap Ardeen bingung, "hah? Apa?"

"Gue tau lo gak budeg! Balikin bolanya" ucap Ardeen sembari mengulurkan tangannya meminta bola.

Ardine memberikan bolanya kepada Ardeen dengan wajah cemberut, "dih, ngeselin. Gak kasian apa sama Ara?! Ara kena bola lho!!"

Ardeen mendekatkan wajahnya ke wajah sang gadis lalu tersenyum, tangannya terulur menempel di kepala gadis tersebut. Ardine mulai mengedip-ngedipkan matanya gugup, bahkan saat ini jantungnya pun berdetak lebih kencang.

Plak!

Ardeen memukul kepala gadis di hadapannya, "aduh kak!"

"Semoga setelah gue pukul, lo jadi amnesia beneran, jadi lo lupa sama gue." Ucap Ardeen lalu berjalan pergi.

Ardeen menghentikan langkahnya lalu sedikit menoleh ke arah Ardine, "nanti pulang sekolah gue tunggu di parkiran. Traktir gue pecel lele paling best seller di daerah sini"

Ardine mendongakan kepalanya sembari tersenyum, "oke!" Ardeen berjalan kembali ke lapangan futsal.

Ardine memegang kedua pipinya yang bersemu, "tunggu, pecel lele paling best seller?! Ara kan gak suka lele"

— W a r m —

Ardine memasuki ruangan ganti di hadapannya lalu membuka seragamnya hingga tersisa sebuah rok serta pakaian dalam miliknya. Ia membulatkan matanya saat menatap Ardeen yang tengah bertelanjang dada di ruangan tersebut.

"Kak—"

Ardeen yang semulanya sedang menatap sekitar nenjadi terfokus pada seorang gadis yang membeku di tempatnya sembari menatapnya lekat di ruang ganti.

Lamunannya terbuyarkan saat suara beberapa orang pria bersiap memasuki ruang ganti tersebut, Ardeen dengan cepat mendorong tubuh gadis tersebut masuk ke dalam sebuah bilik di ruang ganti lalu menutup bagian atas sang gadis menggunakan seragam miliknya

Ardeen mendekat ke arah sang gadis lalu membekap mulutnya erat, keduanya dapat merasakan hembusan nafas satu sama lain. Ardeen sedikit menoleh ke arah luar bilik lalu mulai melepaskan lengannya saat mengetahui bahwa para siswa tersebut hanya sekedar mengambil barang yang tertinggal.

Tatapannya mulai tertuju pada gadis yang masih terdiam tak bersuara di tempatnya, "lo ngapain ada disini?"

"A-ara kira ini ruang ganti perempuan"

Ardeen hanya mendengus kesal lalu kembali menoleh saat menyadari bahwa gadis mungil dihadapannya mulai terisak pelan, "Ara malu..."

"Udah diem, lo nangis kaya gini dan di tempat kaya gini bikin orang curiga sama gue! Mending lo ganti baju, biar gue yang jagain pintu luar"

Ardine mulai mengangguk pelan lalu mengusap air matanya pelan,

"Cepetan, gue gak suka bau keringet lo" Ucap Ardeen sembari berjalan keluar ruangan.

— W a r m —

Keduanya tengah terduduk di sebuah tempat makan pecel lele yang terlihat dipenuhi oleh pembeli. Ardeen terus menyuapkan makanan miliknya sementara si gadis hanya menatap sang pria lekat.

"Kenapa sih?! Makan!" Ucap Ardeen sembari mengunyah makanan di mulutnya.

"Ara gak suka lele, kak"

Ardeen mendongak lalu menatap Ardine tajam, "Lo gak suka pecel lele?! Terus ngapain lo ngeiyain ajakan gue?! Terus nanti pecel lele lo gimana? Siapa yang makan?"

Gadis tersebut hanya menaikan bahunya sembari menggelengkan kepalanya perlahan, "Ara juga gak tau"

Ardeen menggelengkan kepalanya tak mengerti, Ia mulai merobek beberapa bagian daging lele miliknya, "Buka mulut lo, ini enak banget!"

Ardine terdiam menatap ke belakang tubuh Ardeen. Ardeen yang menyadari sang gadis tengah melamun pun langsung memukul meja pelan.

"Kenapa diem aja?! Makan! Ini dibayarnya pake duit bukan daun!"

Ardine masih terdiam menatap ke arah satu titik, "kak, orang-orang itu kenapa ngeliatin Ara terus ya?"

Ardeen menoleh ke belakang, ia mencuci tangannya dikobokan yang tersedia di atas meja lalu menarik lengan gadis yang tengah bersamanya untuk pergi.

"Ayo cepetan! Itu anak SMA Cahaya Raya!" Ardine yang sama sekali tidak mengerti apapun hanya mengikuti pria di depannya untuk berlari.

Ardeen mengambil helm miliknya lalu memberikannya pada Ardine.

"Cepetan!"

Ardine mengangguk lalu menaiki motor milik Ardeen, "Pegangan! Disaat genting kaya gini gue gak bakal tanggung jawab kalau lo kenapa-napa"

Gadis tersebut hanya mengangguk lalu memeluk pinggang Ardeen erat.

"Kak! Ara takut kecelakaan! Jangan ngebut-ngebut kak!"

Ardeen menghiraukan ucapan Ardine, "rumah lo dimana?!" Ucapnya sedikit berteriak.

"Belok kanan, lurus, belok kiri, terus nanti ada rumah Ara!!"

Ardeen semakin mempercepat laju motornya, lalu meghentikan motornya mendadak saat ia tiba di sebuah rumah yang Ardine maksud. Sementara sang Gadis yang terkantuk mulai meringis pelan.

"Udah sampe, cepet turun." Ardine turun dari motor milik Ardeen lalu memberikan helmnya.

"Makasih kak..."

Ardeen hanya mengangguk lalu menyalakan motornya kembali, "Makasih juga udah traktir gue pecel lele" Ardine mengangguk lalu tersenyum menatap kepergian Ardeen.

Pagar rumahnya mulai terbuka, Ele mengerutkan keningnya, "Siapa Ra?"

"Bukan siapa-siapa kok kak" Ardine berjalan masuk ke dalam rumah.

Ele tersenyum tipis lalu mengikuti langkah Ardine memasuki rumah, 'ada hubungan apa Ara sama Ardeen?'

— To Be Continued —

— To Be Continued —

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
WARM [NamHyeok]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang