Warm: 11

2.3K 406 30
                                    

Suara isakan terdengar jelas di dalam ruangan tersebut. Ardeen menghampiri suara tersebut sembari berjalan perlahan-lahan. Lengannya mulai meraih knop pintu lalu membukanya perlahan-lahan.

Kosong.

Tidak ada siapapun disana namun suara tangisan itu masih terdengar jelas di ruangan tersebut. Ardeen kembali melangkah menghampiri sebuah meja yang menjadi sumber suara tersebut.

"Ara?! Lo ngapain disini?" Ardeen mulai menyejajarkan tingginya dengan gadis yang masih berlutut di balik meja. Ardeen mulai mengambil sapu tangan miliknya dan menghapus air mata gadis di hadapannya.

Tatapannya beralih ke arah lengan si gadis yang terluka dan mengeluarkan cukup banyak cairan berwarna merah, "Kita ke UKS sekarang, ya?"

Sementara, Ardine hanya menggelengkan kepalanya pelan lalu menatap mata si pria lirih. Ardeen membalas tatapan tersebut terheran, "Ini harus cepet-cepet diobatin, Ra"

Gadis itu mulai menyingkirkan lengan si pria kasar sembari kembali terisak pelan, "Ara, gak suka kalau kak Ardeen pura-pura baik gini sama Ara"

Ardeen mengerutkan keningnya tidak mengerti, bahkan saat ini gadis tersebut memukuli bahunya pelan dengan isakannya yang semakin terdengar, "Ara itu jadi makin berharap!"

Ardeen menggelengkan kepalanya perlahan, "Ara..."

"Apa?"

"Lukanya sakit?"

Ardine mulai mengangguk pelan.

"Lukanya perih?"

Ia kembali mengangguk.

"Kalau gitu, nurut sama gue! Kita obatin dulu lukanya, baru lo bahas masalah yang gue gak ngerti"

Ardine mengangguk setuju membuat si pria mulai menghela nafasnya lega. Ketika keduanya bersiap untuk bangkit, pecahan kaca lab membuat mereka mengurungkan niatnya.

Ardeen mulai menatap lengannya yang diremat kuat oleh sang gadis, "Kak, Ara takut." Gadis itu masih memejamkan matanya ketakutan dengan tubuh yang sedikit bergetar.

Ardeen menarik lengan Ardine untuk memasuki sebuah lemari yang terdapat di ruangan tersebut. Ardeen sedikit menundukan kepalanya menatap kekasihnya yang memeluk tubuhnya erat, ia membalas dekapan tersebut lalu mengelus surai si gadis lembut, "Gapapa, semuanya bakal baik-baik aja..." bisiknya pelan.

Suara langkah kaki terdengar jelas memasuki ruangan tersebut. Ardine semakin mempererat pelukannya, sementara Ardeen menatap ke arah luar melalui celah lemari.

Beberapa pria itu mulai mendengus kesal, "Dia gak ada disini"

Seseorang mulai memasuki ruangan membuat Ardine menyeringai menatap kehadiran pria tersebut, "Deon..." Ucapnya pelan.

"Ardeen gak ada disini, jadi mending kita pergi sekarang" Ucap pria yang menjadi ketua geng tersebut, Deon Mahanta.

Ardeen mulai membuka pintu lemari, lalu menatap Ardine yang masih terdiam di tempatnya, "Ayo..."

— W a r m —

Ardeen membuka pintu ruang uks, lalu sedikit menyingkirkan tubuhnya seraya mengawasi keadaan sekitarnya. "Duduk lo" Ardine terduduk sembari mengejek pria yang satu tahun lebih tua darinya, "Duduk lo, cih!"

Ardeen hanya menatap gadis itu sekilas lalu mengambil obat merah, "lo gitu sekali lagi. luka lo, gue siram alkohol lama-lama" Ardine hanya memutar bola matanya sembari masih mempoutkan bibirnya.

Pria itu menatap lengan Ardine lalu membersihkan darah yang keluar dari lukanya, "pelan-pelan dong kak!"

Ardeen tidak menghiraukan ucapan Ardine lalu mulai membuka obat merah dan meneteskannya pada luka pada lengan si gadis.

WARM [NamHyeok]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang