Warm: 05

2.6K 476 20
                                    

Ardine tengah terduduk di kursi penumpang bersama dengan sang kakak yang tengah terfokus membaca novel favoritnya. Tubuhnya sedikit bangkit saat menatap ke arah luar jendela, 'kak Ardeen? Ngapain kak Ardeen sama orang yang kemarin liatin Ara?'

"Kak"

"Hm?" Ucap Raven tanpa menoleh menatap sang adik, tatapannya masih terfokus pada buku miliknya

"SMA Angkasa Sahaja sama SMA Cahaya Raya itu ada masalah apa sih?" Tanya Ardine sembari menatap sang kakak lekat.

Raven menghela nafasnya lalu menutup buku miliknya dan mulai menoleh menatap sang adik, "Sama sekali gak ada masalah apapun"

"Kecuali anak berandalan sekolah, mereka tukang bikin masalah di dua sma itu" ucap Raven sembari menatap ke arah luar jendela.

Ardine pun kembali menatap keluar jendela dan terus menatap lekat Ardeen yang tengah berbincang dengan seseorang yang mengintainya kemarin.

Ardine berjalan keluar dari mobil lalu dengan cepat berlari mencari keberadaan seseorang.

"Ara!" Teriak Raven memanggil sang adik yang langsung berlari pergi meninggalkannya. Gadis itu sama sekali tidak menghiraukan panggilan sang kakak, dia terus berlari sembari mengedarkan pandangannya.

Brak!

"Aduh, maaf..." ucap Ardine menatap sang teman sekelasnya yang sedang berdiri dihadapannya sambil tersenyum.

Michael tersenyum lalu menepuk kepala Ardine pelan, "Gapapa. Oh iya, Ra, pulang sekolah kamu bi--"

"Kak Ardeen!" Seru Ardine lalu berlari ke arah Ardeen yang langsung membuang muka sembari terus berjalan saat menyadari siapa orang yang baru saja memanggilnya.

Ardine terus berlari mengejar kepergian Ardeen, "Kak, Tunggu dulu kenapa sih? Tungguin Ara, kita barengan ke kelasnya"

Michael yang sedari tadi menatap tingkah si gadis mulai menyeringai, "unik..."

"Kak Ardeen! Aduh! Kak Ardeen! Berhenti dong!" Ardine terus mengejar Ardeen yang terus menghiraukannya.

"Kak--"

Brak!

"Aduh!" Ardine mengelus hidungnya yang menabrak punggung milik sang pria.

"Lo bisa gak sih berhenti ganggu gue?! Sehari aja!" Ucap Ardeen penuh rasa amarah.

"Udah dibilangin, Ara itu suka sama Kak Ardeen. Ara mau bareng Kak Ardeen terus, tapi Ara gak ganggu kakak di hari minggu kok! Bener kan? Kita kan gak ketemu kak..."

Ardeen menahan amarahnya sembari membuang nafasnya kasar, "serah!" pria itu kembali berjalan menuju kelasnya bersama dengan si gadis yang terus mengikutinya, Ardine.

"Ayo kak! Sebentar lagi upacara dimulai!!" Ucap Ardine sembari menarik-narik lengan Ardeen.

"Dih, males banget. Gue mau bolos upacara"

"Pak!!! Bu!!! Disi-- hmpphhh"

Ardeen membekap mulut milik Ardine lalu menyeretnya menuju ke lapangan upacara. Ardine terkekeh puas, "nah gitu dong"

Ardeen mengalihkan pandangannya kesal. Sementara itu, di sisi lain seorang pria tengah memperhatikan keduanya lekat.

Disaat upacara bendera sudah berjalan 15 menit, Ardeen yang merasa bosan pun mengedarkan pandangannya melihat sekitar kemudian menatap Ardine yang berada di hadapannya. ia tersenyum licik saat sebuah ide melintas di pikirannya.

Ardeen menaruh telapak tangannya di jidat milik sang gadis lalu menariknya dengan cepat membuat si gadis terjatuh ke dadanya, "aduh, ini si Ara pingsan! Gue bawa ke uks aja kali ya.."

Para siswa di sekelilingnya mengangguk, sementara Ardine yang merasa kepalanya semakin di tekan ke arah dada milik sang pria mulai merasa kebingungan.

Ardeen menggendong tubuh Ardine lalu berlari ke arah uks. Ardine yang menyadari akal licik si pria pun mulai memberontak, namun sayangnya keduanya sudah memasuki ruang kesehatan.

Ardeen menurunkan Ardine di salah satu kasur Uks, "buset, berat banget lo..."

"Kak! Kenapa bawa Ara ke uks?! Mana bilang Ara pingsan!"

"Gantian kali, gue udah jadi korban kebodohan lo berapa kali? Sekarang bangun! Gue mau tiduran disitu!"

Ardine menggeleng, "itu ada kasur, disitu aja kak!" Ardeen menoleh lalu menggelengkan kepalanya.

"Gak! Kasur yang itu tuh bau banget! Gue mau tidur disitu, jadi mending lo minggir" Ardeen menggoyangkan tubuh Ardine untuk menyingkir.

"Enggak!!! Ara mau disini! Kan kakak sendiri yang bilang kasur itu bau!" bela sang gadis sembari terus menahan tubuhnya yang berusaha disingkirkan.

"Minggir Ra!" Ucap Ardeen semakin keras menggoyangkan tubuh si gadis.

"Enggak kak!"

"Ara..."

Ardine terdiam, menyadari bahwa jarak diantara keduanya mulai terkikis membuat hembusan nafas keduanya sudah saling menerpa satu sama lain.

"Ara minggir..." Ardeen semakin mendekatkan wajahnya, si gadis langsung menutup matanya lalu mendorong tubuh si pria dengan kuat.

Ardeen yang terkejut mencoba menahan dirinya dengan menarik tangan si gadis, namun keduanya berakhir terjatuh di lantai. Ardeen menahan tubuh milik sang gadis agar tidak terjatuh membentur lantai melainkan tubuhnya.

"Lo ngapain dorong gue sih anjing?!"

Ardine yang terjatuh di atas tubuh si pria pun hanya terdiam lalu mengelus hidung milik Ardeen, "kak Ardeen habis berantem?"

Ardeen hanya terdiam membeku saat merasakan elusan lembut pada hidung miliknya yang terluka.

Ardine bangkit lalu mencari kotak obat, ia menggenggam lengan Ardeen lembut lalu menariknya menuju sebuah ranjang "Sini kak duduk, biar ara obatin lukanya"

Ardeen yang mulai merasa malas untuk berdebat dengan gadis dihadapannya mulai terduduk mengikuti sarannya. Ardine mulai mengambil obat merah dan mengolesnya pada wajah milik Ardeen, "akh sakit bang-"

Ardine dengan cepat menyumpal mulut si pria dengan kapas, "ngomong kasar terus, nanti masuk neraka. Kalau masuk neraka, Ara gak mau ngikutin kak Ardeen lagi."

Ardine menatap plester yang tersedia di kotak obat, lalu meraih salah satunya dan mulai menutupi luka milik pria di hadapannya. Gadis itupun mulai menatap Ardeen lekat, "Kenapa lo liatin gue kaya gitu?"

"Tadi pagi Ara liat Kak Ardeen bareng sama laki-laki yang kemarin liatin Ara bareng kak Ardeen. Kak Ardeen berantem sama dia? Kenapa? Padahal Ara gak perlu di bela sampai segitunya lho kak"

Ardeen memicingkan matanya lalu mulai menyentil kening gadis tersebut, "Lo kegeeran." Ucapnya singkat.

Pintu uks terbuka menampilkan figur seorang pria yang cukup tinggi, "kalian ngapain?" Tanya Michael menatap posisi wajah Ardine dan Ardeen yang berdekatan.

"Mancing" ucap Ardeen lalu berdiri dan meraih lengan Ardine untuk pergi.

— To Be Continued —

— To Be Continued —

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
WARM [NamHyeok]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang