🎋 Empat Belas

419 102 0
                                    

Mini menatap Yunseong yang saat ini sedang memasukan kunci ke dalam lubang kunci pada sebuah pintu dengan heran. Tapi, saat pintu itu berhasil dibuka oleh Yunseong, dengan gerakan cepat, ia mendahului langkah lelaki itu untuk masuk. Mengapa? Karena selain Yunseong, ia juga tak bisa menyentuh apapun. Ia memang tak bisa menembus dinding atau benda lainnya, tapi bukan berarti ia bisa menyentuh apapun layaknya manusia. Ia sama sekali tak bisa menyentuh apapun selain Yunseong dan karena Yunseong. Dan jika ia berusaha untuk menyentuh hal lain itu, tangannya akan terhempas dengan sendirinya.

Yunseong yang melihat tingkah Mini itu hanya menggeleng kecil. Mahluk aneh itu selalu mengganggunya beberapa hari terakhir ini. Dan entah mengapa, ia mau saja membiarkan Mini berkeliaran di sekitarnya. Percuma saja! Toh kalau dia usir, Mini akan terus menguntitnya dengan alasan bahwa ia satu-satunya yang bisa melihat mahluk itu.

"Yunseong, kamu tahu dari mana tempat sebagus ini?" Mini mengajukan pertanyaan itu saat ia sampai ke pagar pembatas di ujung tempat itu. Jika ada yang bertanya mereka di mana, maka jawabannya adalah mereka berada di rooftop sekolah.

"Bagus apanya?" entah apa yang terjadi padanya, Yunseong merasa bahwa ia memang harus membiasakan diri dengan kehadiran Mini. Seperti yang sudah dikatakan, Mini akan terus menguntitnya dan mau tak mau ia harus menerima kehadiran mahluk setengah jadi itu.

Mini sendiri tak langsung menjawab. Ia merasa ada yang aneh. Ya, aneh. Tidak biasanya Yunseong menanggapinya seperti itu. Maksudnya, biasanya Yunseong sangat malas meladeninya dan cendrung menjawab apa yang ia katakan dengan ketus. Tapi, Mini tidak peduli. Bukankah ini akan baik jika Yunseong akan terus bersikap baik padanya. Hahaha... Ia tertawa senang dalam hati saat ia membayangkan hal itu. Rasanya pasti akan menyenangkan.

"Ya, emang ini bagus, kan? Masa kamu gak bisa liat kalo tempat ini bagus," ucap Mini bingung.

Yunseong memasukan tangannya ke dalam saku celananya dan berjalan menghampiri mahluk berwajah pucat di depan sana.

"Menurut gue sih ini biasa aja, masih ada tempat yang lebih bagus dari ini," jawabnya pelan.

"Beneran?" Mini memiringkan kepalanya agar bisa menatap wajah Yunseong yang saat ini sedang menghadap ke depan untuk melihat pemandangan di depan sana.

"Hm," tidak menjawab dengan benar, Yunseong hanya berdehem samar setelah itu.

"Kamu mau gak, bawa aku ke tempat bagus itu?” tanya Mini lagi.

“Kapan-kapan kalo gue inget.”

“Huuaaaa, makasih, Yunseong.”

Mini kemudian mengalihkan tatapannya dari Yunseong dan ikut menatap pemandangan di depan sana sambil tersenyum. Keheningan lalu menyelimuti mereka untuk beberapa saat karena keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing.

"Seong?" suara Mini terdengar lagi dan membuat Yunseong kembali berdehem kecil, "Aku mau nanya sesuatu sama kamu," lanjutnya kemudian.

"Tanya aja,” jawab Yunseong sudah lebih santai, “Bukannya lo suka semuanya sana gue. Lo bahkan sering banget buat gue keliatan kayak orang gila tiap kali lo nemuin gue.”

Mini nyengir saat mendengar lanjutan ucapan Yunseong. Ia tahu hal itu. Ia tahu jika setiap ia bersama Yunseong dan mengganggu lelaki itu, maka orang-orang di sekitar mereka akan menatap aneh ke arah Yunseong dan berpikir jika lelaki itu pasti sudah gila karena bicara sendiri. Tapi ia tak bisa menahan dirinya. Ya, Mini tak bisa menahan dirinya setiap ia melihat Yunseong. Rasanya, jika ia sudah melihat Yunseong maka ia harus menyapa lelaki itu dan bicara dengannya.

“Ya, maaf," ucapnya kemudian dengan pelan, “Cuma kamu yang bisa liat aku, jadi aku ngerasa kalo cuma kamu juga yang bisa jadi temenku. Tiap liat kamu, kayak gak lengkap kalo belum nyapa kamu.”

HUMAN OR GHOST || HwangMiniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang