🎋 Tujuh Belas

386 97 7
                                    

"Lo udah bilang sama Mini?"

Sujeong mengajukan pertanyaan itu saat ia dan Junho sudah kembali berada di pemakaman yang biasa Junho datangi.

"Iya, kak" jawab lelaki itu sambil mendudukan dirinya di bawah pohon rindang di belakangnya.

"Terus, dia bilang apa?"

"Gak ada," jawab Junho sambil mengendik acuh, "Kayaknya, dia masih bingung mau gimana."

"Kenapa? Bukannya ada satu manusia yang bisa liat dia?"

"Iya sih, tapi minta tolong sama bang Yunseong gak segampang itu," jawab Junho setelah Sujeong duduk di depannya, "Apalagi, bang Yunseong masih ngerasa keganggu kalau ada dia."

Sujeong hanya menangguk samar. Tidak ada hal yang bisa ia tanggapi dengan berlebihan.

"Btw kak, gue masih penasaran sama sesuatu," ucap Junho tiba-tiba.

"Tentang?"

"Mini, semua tentang dia," jawab Junho, "Kenapa dia hilang ingatan? Kenapa dia gak jadi kayak gue? Dan kenapa cuma bang Yunseong yang bisa liat dia?"

Sujeong diam sebentar. Pertanyaan Junho membutuhkan jawaban yang bukan sekedar panjang sehingga ia terlihat memikirkan jawaban itu dengan benar.

"Gue jawab dari ingatannya, ya," ucap Sujeong pelan, “Kalau dilihat sekilas, kasus Mini ini emang mirip sama kasus lo. Yang buat beda ya dia hilang ingatan, itu karna lo datang telat pas jemput dia."

"Maksudnya, kak?"

“Aturannya, pas lo jemput seseorang, lo gak boleh telat,” jawab Sujeong serius, “Seenggaknya sebelum dia kehilangan kesadarannya. Karna kalo sampe dia udah kehilangan kesadaran, ingatannya juga hilang, tapi raganya masih hidup.”

Junho mengangguk kecil setelah mendengar penjelasan awal Sujeong. Selanjutnya, ia diam karena merasa ada yang masih ingin perempuan itu jelaskan.

“Sebagai malaikat maut, lo harus datang tepat waktu dan manggil orang lebih dulu. Tapi, lo telat. Lo datang pas tuh orang udah bangun. Kalo lo tanya kenapa, aturannya emang gitu. Di kasus Mini, lo bukan hanya telat, tapi lo telat banget. Itu letak perbedaan kasus Mini sama kasus lo. Buat kasus lo, gue datang pas lo bangun dan lo belum kehilangan kesadaran lo, makanya lo gak hilang ingatan.”

Lagi, Junho mengangguk paham, membuat Sujeong tersenyum sekilas.

"Terus, kenapa Mini gak jadi sama kayak lo," ucap Sujeong beberapa saat kemudian, “Lo datang pas Mini udah bangun bahkan udah sadar dari pingsan. Sedangkan gue datang pas lo udah bangun. Harusnya, kalian udah mati, tapi karna telat itu, tubuh kalian tetap hidup. Semua karna kehilangan kesadaran tadi. Mini udah kehilangan kesadaran dan pas dia bangun dia udah gak ingat apa-apa. Itu artinya, dia udah gak punya pilihan buat jadi mahluk kayak apa. Karna emang, dia juga gak tahu keadaannya yang sebenarnya. Beda lagi sama lo. Lo gak kehilangan kesadaran dan pas itu lo masih liat tubuh lo. Makanya itu lo dikasih pilihan buat jadi malaikat maut atau keliaran gak jelas kayak Mini sambil nyari cara buat balik ke tubuh lo.”

"Tunggu bentar, kak," ucap Junho tiba-tiba, "Kata lo, kita harusnya udah mati, terus kenapa kita bisa balik ke tubuh kita?"

"Karna telat tadi, jadwal kematian kalian diatur ulang."

Junho terdiam, ia sungguh tak menyangka jika ada kenyataan semacam itu, “Tapi, sampai kapan, kak?”

"Maksud lo?"

“Sampai kapan biar kita bisa nemuin cara buat balik? Apa Mini bisa keliaran kayak gitu terus kayak gue?

"Gak," jawab Sujeong cepat, “Waktu lo gak terbatas karna lo milih buat jadi malaikat maut. Dan sekalipun caranya gak ditemuin, tubuh lo bakal menua terus mati dengan sendirinya, lo bakal tetap jadi malaikat maut. Beda sama Mini. Dia punya batas waktu dan gue lagi nyari tahu sampai kapan batas waktunya.”

HUMAN OR GHOST || HwangMiniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang