🎋 Dua Puluh Tiga

420 97 8
                                    

Mini menatap nanar halaman rumah Yunseong yang sedang sepi. Orang tua lelaki itu sedang pergi ke Busan sehingga tak ada orang lain selain mereka yang menempati rumah itu. Yein, kakak sepupu Yunseong tak datang dan tinggal bersama lelaki seperti beberapa saat yang lalu sehingga rumah itu terlihat tidak terurus. Daun-daun yang gugur selama musim gugur ini tidak Yunseong sapu sehingga semua daun itu bertebaran di seluruh halaman.

Pemandangan daun yang gugur itu sebenarnya sangat indah, namun Mini sepertinya tidak dapat menemukan keindahan itu. Oh, ya jelas. Isi kepalanya sedang dipenuhi dengan cara ia merayu dan membujuk Yunseong untuk menemukan tubuhnya sementara lelaki itu lebih mementingkan untuk menemukan pujaan hatinya. Ck, untuk yang satu itu, Mini harus mengakui jika untuk pertama kalinya ia benci kenyataan bahwa Yunseong adalah satu-satunya manusia yang bisa berinteraksi dengannya.

"Lo gak ikut pacar lo?"

Suara Junho tiba-tiba terdengar disusul kemunculan lelaki itu dari udara kosong dan kini duduk di sampingnya, di bangku kayu yang terletak di bawah pohon di halaman rumah itu.

Mini tak menatap Junho. Ia masih sibuk dengan pikirannya selama beberapa detik, sebelum ia menghela nafas pelan dan melemparkan tatapannya kembali pada hambaran daun-daun di depan sana.

"Pacar aku siapa emangnya?" tanya Mini kemudian.

"Siapa lagi?"

Lagi-lagi Mini menghela nafas pelan, "Dia bukan pacar aku, David. Dia suka sama orang lain.”

Iya, orang lain itu lo dalam wujud manusia heh, Mini.

Junho berusaha mati-matian agar ia tak mengatakan kalimat itu sekarang. Karena ia punya alasan yang lebih penting tentang keberadaan dirinya saat ini di halaman rumah Yunseong.

"Jadi, lo gak ikut bang Yunseong?" tanya lelaki Cha itu kemudian.

"Dianya lagi ujian," jawab Mini masih dengan malasnya, "Tapi, buat apa juga aku ngikutin dia?"

Kedua alis Junho bertautan. Lelaki itu lalu melempar tatapan tak pahamnya pada mahluk berwajah pucat yang masih diam tanpa melakukan apa-apa itu.

"Bukannya lo selalu ngikutin dia?" tanya Junho kemudian, "Ya apalagi? Minta dia buat nyari tubuh lo, kan?"

“Dia gak mau," jawab Mini begitu saja, "Dia bilang mau nyariin Kang Minhee ke Geoje."

Terus, apa bedanya?

Junho berharap jika ia bisa mengatakan kalimat itu dengan bebas pada Mini. Sungguh ia sama sekali tak mengerti dengan aturan aneh yang disampaikan Sujeong jika ia tak boleh mengungkit hal apapun yang berkaitan dengan kehidupan manusia Mini. Dan itu menjadi beban tersendiri setiap ia menghadapi pemilik marga Kang itu.

"Lo ikut aja sama dia, tujuannya kan sama" ucap Junho kemudian, "Siapa tahu aja lo juga nemuin tubuh lo pas nyari si Kang Minhee itu."

Mini mendengus kesal, lalu menatap Junho dengan tatapan malasnya, “Kamu pikir Yunseong bakal ngijinin aku ikut?”

“Lo pikir, lo gak bisa ngelakuin apapun sesuka lo?” Junho bertanya balik, “Min, plis deh. Lo biasa aja gitu. Mau dia marah atau kesal gimana juga, bodo amat. Lo kan selalu kayak gitu ke dia. Kalo lo ngelakuin itu lagi, lo bisa dapetin apa yang lo mau.”

Mini terdiam beberapa saat, mencerna setiap kata yang Junho ucapkan, hingga akhirnya ia tersenyum jahat. Membayangkan wajah kesal Yunseong saat ia menguntit lelaki itu ke Geoje rasanya akan menyenangkan.

"Oke."

Junho tak menjawab karena Mini sendiri sudah mengalihkan tatapannya darinya. Lelaki itu memilih menatap si manis yang kini sudah tersenyum bodoh entah dengan sedang memikirkan apa. Dan tujuh detik setelah itu, barulah ia membuka mulutnya, kembali mengatakan sesuatu yang membuat Mini menatap ke arahnya dengan sebelah alis terangkat.

HUMAN OR GHOST || HwangMiniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang