Mini duduk di bangku kayu di halaman rumah Yunseong dengan bibir yang mencebik lucu. Ia terlihat memasang wajah kesal sambil menatap si pemilik rumah yang terlihat mengabaikannya dan sibuk dengan sapu serta tumpukan daun keringnya.
"Kak Yunseong?"
Tumben? Yunseong juga tidak ingat sejak kapan dan mengapa Mini memanggilnya seperti itu, tapi biarkan sajalah. Nyatanya ia memang lebih tua dari bocah itu kan. Dan panggilan itu terdengar lebih manis, kawan. Heheh...
"Apa?"
Yunseong bertanya malas. Alasan lain ia membiarkan panggilan Mini yang berubah karena ia sebenarnya sedikit kesal dengan mahluk itu. Jika ia hitung, itu adalah panggilan ke dua puluh tujuh yang setiap ia tanyakan apa maksudnya selalu tak dijawab dengan benar oleh si manis.
Mini sendiri kembali mencebikan bibirnya dan menatap Yunseong dengan tatapan kesalnya.
"Kakak gak mau nanyain sesuatu sama aku?" tanyanya kemudian.
Yunseong mendengus malas. Detik berikutnya, ia memilih meletakan sapunya begitu saja dan menatap Mini dengan tatapan sinisnya.
"Kenapa gue harus nanya kalo lo sendiri gak mau ngomong sesuatu sama gue?"
Kalau Junho atau Minkyu yang melihat kejadian ini, mereka pasti berpikir jika ini terlihat seperti pertengkaran sepasang kekasih, alih-alih pertengkaran dua mahluk berbeda wujud.
"Aku mau cerita,” Mini mencicit kecil sambil merunduk kemudian.
Hal itu sukses membuat Yunseong mendengus lagi, sebelum ia menendang sapu yang ada di bawah kakinya dengan kesal. Sungguh! Ini terasa berat baginya. Sejak ia tahu jika Mini adalah Minhee, ia selalu merasa susah jika berdekatan dan bicara banyak dengan si manis. Jantungnya akan berdebar lebih cepat dan ia akan merasa sangat gugup walau apa yang mereka bicarakan sebenarnya biasa saja.
Sementara Mini langsung merekahkan senyum manisnya saat Yunseong akhirnya duduk di sisinya walau masih dengan wajah kesal luar biasa.
"Ribet bener, sih. Biasanya juga lo kalo mau cerita ya tinggal cerita."
Yunseong berucap malas saat Mini tersenyum manis padanya. Mini sendiri kembali mencebikkan bibirnya lalu menggeleng pelan, membuatnya terlihat seperti bocah lima tahun yang menggemaskan.
"Enggak, kak. Aku cuma ngerasa kakak lagi ngehindar. Aku takut kalo aku cerita, kakak malah marah."
Setelah mengatur perasaan dan detak jantungnya, Yunseong akhirnya tersenyum dan menyuruh si manis untuk memulai ceritanya. Hal itu jelas membuat Mini kembali tersenyum sebelum ia memasang ekspresi sedihnya.
"Kak, pas aku ke rumah itu lagi, aku ketemu sama ibu-ibu," Mini membuka ceritanya dengan kalimat itu, “Ibu-ibunya cantik banget, tapi dia kayak lagi sedih. Dia nangis terus sambil meluk bingkai, tapi aku gak tahu tuh bingkai isinya apa. Gak tahu kenapa, aku juga ikutan sedih. Aku pengen banget meluk tuh ibu-ibu, terus bilang sama dia jangan sedih lagi.”
Yunseong diam saja saat mendengar apa yang Mini katakan. Lelaki itu tak berniat menjawab karena ia tidak tahu jawaban apa yang harus ia berikan pada Mini.
"Aku juga ngerasa kayak anak durhaka karna ninggalin bundanya."
"Kalo gue bilang dia beneran bunda lo, gimana?" tanya Yunseong setelah Mini mengatakan satu kalimat tadi.
Mini mendengus begitu saja, “Kakak lagi ngelawak?” tanyanya malas, “Aku aja gak tahu gimana kehidupan aku sebelum ini. Gimana bisa kakak mikir kalo emang tuh ibu-ibu bunda aku? Lagian, pas kita baru ketemu, kakak gak kenal aku kan?”
Yunseong diam sesaat. Entah mengapa, kalimat-kalimat yang Mini ucapkan membuatnya teringat akan satu hal yang masih membuatnya bingung hingga saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
HUMAN OR GHOST || HwangMini
FanfictionKang Minhee tidak dapat mengatakan jika dirinya adalah manusia karena ia bahkan tidak terlihat oleh siapapun. Namun, ia juga tidak bisa menyebut dirinya hantu karena ia tidak bisa menghilang, menembus dinding atau berkeliaran dan mengganggu orang se...