🎋 Satu

1K 154 33
                                    

"Hee?" belum semenit berlalu setelah si tua berkumis atau guru Fisika keluar, tapi Eunsang sudah membuka suaranya dan menyapa sahabatnya yang memang duduk di sampingnya.

"Hm," dan si manis bermarga Kang itu hanya berdehem singkat. Ia tahu bahwa Eunsang akan bicara lagi.

"Menurut lo gimana? Kita harus ikut study tournya atau gak?" tanya Eunsang kemudian. Pemilik marga Lee itu kini sudah memutar kursinya dan menatap Minhee dengan pandangan penuh tanya, sedang yang ditatap terus sibuk membereskan buku-bukunya.

"Bukannya itu wajib?" tanya balik Minhee.

Eunsang yang tadi mencondongkan tubuhnya agar lebih dekat dengan Minhee tiba-tiba kembali bersandar pada kursinya dengan ekspresi sedih. Melirik sekilas ke arah luar jendela, ia lalu menggumamkan sebuah pertanyaan dengan pelan.

“Iya, sih. Tapi, kita tinggal aja bisa gak?"

Pertanyaan terdengar sangat pelan, tapi Minhee masih bisa mendengarnya dengan baik karena keadaan kelas yang sudah sepi. Hal itu lantas membuatnya menoleh dan menatap sahabatnya itu dengan sebelah alis terangkat. Minhee heran? Jelas saja! Apa maksud ucapan Eunsang?

"Lo tahu, gue tiba-tiba ingat sama kejadian itu. Emang sih, udah tiga tahun, kejadiannya juga pas kita masih SMP. Tapi, lo tahu itu juga kan, Hee? Gue harus kehilangan dia tanpa kepastian sampe hari ini," Eunsang jeda sejenak. Ia lalu menegakan tubuhnya dan menatap Minhee yang kini diam sambil menunggunya bicara lagi, "Dan gak tahu kenapa, gue ngerasa gak enak. Gue ngerasa kalau gue bakal kehilangan lagi. Itu buat gue takut kehilangan lo."

Minhee diam sebentar. Ia sama sekali belum menanggapi ucapan panjang lebar Eunsang. Untuk saat ini, ia lebih memilih untuk melanjutkan aktivitasnya yang tadi sempat tertunda, membuat Eunsang hanya mampu menatapnya dengan tatapan sulit terbaca.

"Gue udah sering bilang ini sama lo," Minhee berucap pelan beberapa saat kemudian.

"Apa?"

"Stop. Berhenti hidup dalam masa lalu."

"Maksud lo?"

"Ini udah cukup lama dan lo harusnya gak terus-terusan hidup dalam kenangan buruk itu. Karna itu yang bakal buat lo gak ngerasa tenang terus. Ingat, Sang, gak selamanya apa yang lo rasain benar dan jadi kenyataan.”

"Ya, gue tahu. Gue juga udah berusaha ngelakuin itu. Tapi ini beda, Hee. Lo harus ingat kalau ini bukan study tour pertama setelah kejadian itu. Gue gak pernah ngerasa sekhawatir ini sebelumnya. Gue gak ngerti tapi kejadian itu terus-terusan datang di otak gue. Mungkin lo bener kalau ini hanya perasaan gak jelas. Tapi, lo juga harus ingat, Hee, perasaan bisa jadi peringatan."

Minhee tiba-tiba menghentikan aktivitasnya. Si blonde berkacamata itu lalu menoleh dan melempar tatapan datarnya pada Eunsang yang masih menatapnya dengan tatapan tak terbaca.

"Oke, gue ngerti," jawabnya singkat.

Pemilik marga Kang itu kemudian mengalihkan perhatiannya dari Eunsang. Ia lebih memilih untuk menarik kancing tasnya dan bersiap beranjak dari duduknya.

"Kang Minhee, heh!" Eunsang lalu memanggil  Minhee setengah teriak dengan kesal. Ya, Eunsang selalu kesal bila Minhee mulai bertingkah menyebalkan seperti seperti itu.

"Apa?" tanya Minhee datar.

"Kenapa lo selalu kayak gini sih?" Eunsang terlihat semakin kesal.

"Apanya?"

"Kenapa lo selalu bilang kalau lo ngerti tapi sikap lo beda? Lo bilang lo ngerti, tapi lo keliatan gak peduli. Gue tuh khawatir sama lo, Hee," jawab Eunsang masih kesal.

HUMAN OR GHOST || HwangMiniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang