🎋Dua Puluh Satu

407 98 7
                                    

Angin musim gugur berhembus pelan, menerbangkan daun-daun yang gugur dengan latar sebuah tempat pemakaman yang gelap. Ada sebuah batu besar di dekat sebuah pohon besar yang tumbuh di tengah-tengah pemakaman itu. Di atas batu itu terletak sebuah buku tebal dengan sampul hitam kalapunya. Tak jauh dari batu itu, di mana pohon besar itu tumbuh, seorang lelaki dengan pakaian serba hitamnya terlihat sedang duduk sambil sesekali menghela nafas pelan.

Junho, lelaki berpakaian serba hitam itu mendongak, menatap langit yang ditutupi oleh dedauanan rindang di atas sana untuk beberapa saat, sebelum ia menoleh dan menatap buku tuanya yang masih diam di atas batu besar itu.

Tak mau ambil pusing tentang buku yang terkadang bersikap sialan dengan mengganggunya, Junho lantas kembali menoleh ke depan dan menatap puluhan batu nisan yang tersusun rapi. Lelaki itu kemudian menghela nafas lagi sebelum ia memejamkan mata saat merasa ada aura aneh yang tak asing di sekitarnya.

"Kenapa lo gak pergi buat liat Mini lagi?"

Tanpa menoleh dan membuka matanya, Junho tahu jika yang berbicara itu adalah Sujeong. Tapi, bukan itu hal penting yang menyita perhatiannya. Karena yang menyita perhatiannya adalah satu kata yang terujar dari mulut sang senior.

"Ngapain liatin dia?" tanya balik Junho dengan malas, "Dia lagi sibuk pacaran."

Sujeong memandang Junho setengah kesal sebelum ia menjatuhkan dirinya untuk duduk di samping lelaki itu.

"Ngapa dah lo?” tanya perempuan itu kemudian, merasa sedikit bingung dengan tingkah lelaki Cha.

Junho tak menjawab. Lelaki itu hanya mengendik acuh dan kembali menatap barisan batu nisan di depan sana sambil kembali pada isi kepalanya.

"Tahu gak? Lo kayak orang cemburu dan patah hati karna orang yang lo suka pacaran sama orang lain."

Apa yang selanjutnya keluar dari mulut Sujeong membuat Junho sontak menoleh lalu melemparkannya dengan tatapan ngeri, yang justru membuat perempuan itu tertawa lucu.

“Cuma orang gila kayak bang Yunseong yang bakal suka sama orang aneh kayak Minhee. Pas jadi manusia, dia kayak patung hidup paling nyebelin. Pas bukan manusia, dia jadi contoh mahluk aneh lainnya. Gue gak mungkin suka sama dia.”

Sujeong tertawa lagi setelah Junho selesai dengan jawaban panjang lebarnya. Perempuan itu lalu membenarkan posisi duduknya sebelum ia menatap Junho lagi.

"Iya, tahu gue. Lo gak bakal suka sama Mini. Kan lo sukanya sama yang biasa lo temuin itu. Iya, kan?"

Junho tak menjawab. Membuat Sujeong dapat menebak jika lelaki itu tak mau lagi melanjutkan pembahasan tak penting itu.

"Btw soal Mini, ada yang mau gue omongin," ucap Sujeong kemudian.

"Gak usah aja, kak, kalo gak penting," jawab Junho malas-malas.

Sujeong mendelik kecil. Tapi, ia sama sekali tak protes karena ia tahu apa yang ada di otak Junho, “Gue bakal pergi kalo ini gak penting.”

Junho mendengus dan langsung menatap Sujeong. Ia tahu jika seniornya itu sedang serius ingin mengatakan hal yang penting. Jadi, tidak seharusnya ia kesal hanya karena Sujeong membahas sesuatu yang tidak penting saat kepalanya seakan mau pecah karena memikirkan berbagai hal.

"Apa?"

"Dia udah minta bantuan Yunseong buat nyari tubuhnya?"

Junho menautkan alisnya, merasa bingung dengan pertanyaan yang baru saja Sujeong ajukan. Tapi, ia tak mau banyak bertanya dulu, sehingga hanya anggukanlah yang ia berikan.

"Terus?"

"Gue gak tahu," jawab Junho sambil menggeleng kecil, "Mini belum bilang sama gue."

Sujeong mengangguk kecil, tak mau terlalu mempedulikan hal itu. Jelas! Karena ada hal lain yang lebih penting dari itu, “Kalo Yunseong mau, dia milih apa?”

HUMAN OR GHOST || HwangMiniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang