▪︎Chapter 4: MENEMUKANMU▪︎

611 87 22
                                    


Sepanjang perjalanan, Mentari tak henti-hentinya berceloteh. Baik menanyakan hal yang baru ia lihat, ataupun menceritakan hal yang belum pernah ia ceritakan. Namun kali ini, teman bicaranya bukanlah Melati, melainkan Bobby, yang sedang memboncengnya dengan motor matic keluaran terbarunya.

"Tari senang sekali dibonceng Om Gulali! Sebentar, jemput ya, Om!" Pinta Mentari ketika mereka sudah sampai di gerbang sekolah. "Hush! Tari ndak boleh begitu. Om sibuk, nak. Nanti ibu yang jemput, ya."

Bobby terkekeh, sepertinya gadis kecil itu sudah benar-benar jatuh hati padanya. Hal yang harus Bobby banggakan, karena bisa dibilang iapun amat suka pada anak ini. Sesuatu hal baru yang bisa Bobby rasakan.

Setelah mengucap terimakasih, juga kata maaf beberapa kali, Melati lalu berpamitan pada Bobby dan mengantar Mentari ke dalam kelasnya. Mengatur tas dan isinya ke dalam loker anaknya, kemudian berpamitan kepada ibu guru Mentari. Hari ini, dirinya free. Tak ada panggilan sampai sore. Jadi ia bisa menunggui Mentari sampai gadis kecilnya itu selesai bersekolah.


Melati sempat kaget ketika melihat Bobby masih duduk di atas motornya yang terparkir di pinggir jalan depan sekolah. Ia segera melangkah mendekati tetangganya itu. "Ada apa, Mas?" Tanya Melati pada Bobby.

Sesekali menggaruk tengkuknya, Bobby sekali lagi memberanikan diri bertanya. "Hari ini, Melati sibuk?"

Melati menjawab pertanyaan itu dengan menggeleng, membuat ujung bibir Bobby tertarik ke atas. "Kenapa, Mas? Ada yang bisa saya bantu?"

"Sebenarnya, hari ini saya mau belanja kebutuhan rumah. Melati mau temani?" Wah, hatinya ngelunjak ingin lebih lama dekat dengan gadis ini.

"Saya belum tau toko yang bagus, soalnya." Sambung Bobby lagi, melihat Melati yang hanya terdiam, tak menjawab.

Masih hening. Sepertinya, Bobby sudah kelewat batas kali ini. "Ah, maaf. Saya lancang, ya. Kalau memang tidak bisa-"

"Saya temani, mas. Kebetulan, saya nggak ada kerjaan hari ini."

Giliran Bobby yang terdiam, tak menyangka Melati akan mengiyakan permintaannya lagi. Wanita ini benar-benar pandai membuat kupu-kupu berterbangan di perut Bobby.

"Jadi, ndak?" Tanya Melati lagi, melihat tak ada respon dari Bobby.

"Jadi! Jadi! Ayo!"

Keduanya lalu pergi meninggalkan gerbang sekolah itu, menyisakan seseorang yang tanpa mereka sadari sudah memperhatikan keduanya sejak tadi dari ujung jalan, dengan wajah yang ditutupi masker juga topi agar tak dikenali orang. Matanya intens menatap motor tersebut sampai hilang dari pandangan. Napasnya berat, seperti melepas beban yang sudah tertumpuk lama. "Melati, akhirnya Mas melihatmu lagi." Lirihnya kemudian.

~~~~~~~

Keputusan Bobby mengajak Melati menemaninya berbelanja sepertinya benar-benar pilihan yang tepat. Wanita itu pandai sekali memilih barang bagus juga murah. Pengalamannya hidup mandiri membuat dirinya sudah terbiasa mendapatkan barang-barang berkualitas. Bobby yang tadinya hanya ingin mengisi lemari makanannya dengan makanan instant, malah membeli beberapa jenis sayur dan daging untuk disimpan di kulkas, lalu diolah menjadi makanan yang lebih sehat, atas saran Melati. "Kalau ndak tau mau masak apa, bilang aja ke saya, Mas. Nanti saya bantu masakin."

Lelah berkeliling pasar, Bobby mengajak Melati untuk beristirahat sejenak di depan kafe di seberang sekolah. Memesan minuman dingin serta cemilan yang cukup untuk mengganjal perut sebelum makan siang, keduanya menikmati hidangan itu sembari menunggu kepulangan Mentari yang masih satu jam lagi.

Secret Of Flower [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang