▪︎Chapter 21: MEMAAFKAN▪︎

348 57 48
                                    


      Halo halo! Udah sampe chapter 21 aja ya. Kemungkinan work ini akan selesai di chapter 30, jadi sekitar 9 chapter lagi. Buat yang masih setia baca, terimakasih banyak, ya. Work ini memang nggak serumit Amygdala Errored, tapi aku harap kalian masih bisa menikmatinya sampai sekarang.

      Oh iya, sekadar informasi, Secret Of Flower aku usahain banget diupdate setiap Rabu dan Sabtu. Jadi jangan tanya hari apa bakal diupdate lagi ya, karena udah ada jadwalnya, hehehe.

      Selamat membaca, ditunggu komentar, kritik, dan sarannya. Semoga tetap menghibur! ❤

~~~~~~

     Ziandra menatap pintu kamar utama juga Melati secara bergantian. Sudah sepuluh menit, dan keduanya masih belum beranjak dari sana. Tanpa melakukan pergerakan apapun, sebab mereka memiliki dua pilihan saat ini, membiarkan Mentari mengurung diri di kamarnya demi membiarkannya tenang terlebih dahulu, atau masuk dan menjelaskan semuanya pada gadis kecil itu.

     Lalu Ziandra memilih untuk membiarkan anak gadisnya itu mengurung diri di kamar terlebih dahulu sampai setengah jam kemudian, lalu masuk ke dalam untuk menjelaskannya. "Nanti Mas yang jelaskan, ini sudah tanggung jawab Mas."

     Melati hanya bisa menurut, karena baginya hal ini sudah tak berada dalam ranah kekuasaannya lagi. Sekali lagi, dirinya hanya terhitung orang asing jika dibandingkan dengan ikatan darah yang dimiliki Ziandra dan Mentari. Walau ia juga masih terikat darah, namun hal itu terasa jauh karena ikatan darahnya pada Mentari hanyalah sebatas bahwa ia adalah adik dari ibu kandung Mentari. Tidak lebih.

     Setelah meletakkan segelas coklat hangat di hadapan Ziandra, Melati kembali di tempat duduknya semula, di sofa di ruang tamu yang agak berjauhan dengan Ziandra. Canggung rasanya, apalagi setelah kejadian di Bali tempo hari. Namun bukan Ziandra namanya kalau tak bisa memanfaatkan keadaan. Jika Melati menjauhinya, maka ia yang harus mendekatinya. Sudah sampai di titik ini, ia tak bisa menyerah lagi. Sudah cukup ia pasrah dengan keadaan. Ziandra tak ingin lagi kehilangan hartanya yang berharga. Tidak lagi.

     "Sebelum Mas bicara dengan Mentari, Mas mau bicara sama kamu, Mel." Ujarnya yang tanpa disangka sudah pindah duduk di samping Melati, membuat perempuan tersebut sedikit terkesiap.

     Sembari menggamit tangannya sendiri yang ia tumpukan di kedua lututnya, Ziandra memulai lagi usahanya untuk meminta maaf. "Mas tahu, nggak seharusnya Mas berbuat sejauh itu."

     "Menyamakan dirimu dengan Mawar terus-menerus adalah kebodohan berikutnya yang Mas lakukan, dan Mas sadar bahwa Mas benar-benar salah sudah melakukan itu. Mas minta maaf, Mel." Dengan suaranya yang lembut dan sedikit parau, permintaan maaf itu terdengar begitu menyesakkan.

     Melati menghela napas kasar. Di saat-saat seperti ini, haruskah ia egois mementingkan perasaannya sendiri? Bolehkah ia tak ingin memaafkan Ziandra agar rasa bersalah itu terus bersarang di dada lelaki ini? Melati ingin sekali bersikap egois, namun ia kemudian teringat pada gadis kecilnya, satu-satunya alasan ia bertahan hingga sejauh ini. Mentari.

     Demi anaknya, ia harus mengalah lagi. Demi anaknya, ia tak semestinya mementingkan perasaannya sendiri hingga semua menjadi kacau di kemudian hari. Demi Mentari, ia tak bisa melakukan apa-apa lagi selain memaafkan Ziandra. Lagi dan lagi.

     "Melati sudah maafkan Mas Jian. Lagipula, perasaan Mas Jian bukan kuasa Melati, bukan sesuatu yang bisa Melati kendalikan. Seharusnya, Melati bisa memaklumi kalau Mas Jian masih teringat Mbak Mawar setiap kali Mas Jian melihat Melati." Melati tertawa kecil sembari berdecih. "Toh, wajah kita sama. Ya, wajar kalau Mas Jian seperti itu."

Secret Of Flower [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang