▪︎Chapter 11: KONSER TERAKHIR▪︎

428 65 27
                                    

     Lampu sorot yang berfokus pada Ziandra yang tengah berdiri di pusat panggung yang megah itu sendirian, membuat penyanyi solo tersebut harus sedikit memicingkan matanya agar bisa melihat lebih jelas. Lelaki itu nampak tampan, dengan dibalut tuxedo berwarna hitam dilengkapi detail berlian di kerahnya, juga rambut yang ditata rapi sedemikian rupa, menunjang penampilan sempurnanya malam itu.

 Lelaki itu nampak tampan, dengan dibalut tuxedo berwarna hitam dilengkapi detail berlian di kerahnya, juga rambut yang ditata rapi sedemikian rupa, menunjang penampilan sempurnanya malam itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

      Bangku penonton penuh. Tak ada yang kosong, bahkan di festival section terlihat hampir berdesakan. Ziandra berulang kali memperingatkan untuk berhati-hati dan tidak saling mendorong agar konser berjalan lancar tanpa bertikaian, juga para security yang berjaga dan menenangkan para penonton yang selalu histeris saat Ziandra mulai menyanyikan lagu-lagu hits kepunyaannya.

     Jangan heran jika konser ini diminati banyak sekali penggemar maupun yang bukan penggemar berat. Pasalnya, agensi yang menaungi Ziandra mengumumkan bahwa ini akan menjadi konser terakhir Ziandra sebelum ia benar-benar mundur dari dunia tarik suara yang sudah membesarkan namanya.

      Puluhan lagu sudah selesai ia alunkan. Tinggal beberapa lagu yang masih ia simpan sebagai penutup untuk konser terakhirnya ini.

      "Seperti yang sudah kalian tahu," Ziandra mulai berbicara di hadapan para penggemarnya. Ia menjeda sebentar, menatap para penonton dari setiap sisi gedung besar itu. Mengabadikan seluruhnya dalam memori di otaknya. "Malam ini, mungkin akan menjadi yang terakhir kalinya saya berdiri di atas panggung ini, bertemu dengan kalian semua sebagai penyanyi." Suara sedih bersahutan, terlebih dari festival section yang paling dekat dari panggung. Sebagian sudah menangis, tak tega idolanya itu memutuskan untuk berhenti.

     "Saya tahu, keputusan saya ini tidak akan mudah diterima oleh sebagian orang. Terlebih mereka yang sudah menyukai karya saya sejak pertama kali debut. Terimakasih, sudah setia. Namun saya rasa, ini saatnya saya harus mengundurkan diri dari dunia hiburan ini." Nafasnya lalu tertahan. Sesak, tentu. Di pelupuknya sudah mulai tergenang tetesan-tetesan air yang siap untuk membanjiri wajah tampannya.

     Melepaskan karir dan ketenaran yang ia bangun sejak sepuluh tahun yang lalu ini tentu saja bukan keputusan yang mudah. Awalnya, ia sudah pasrah dengan takdir. Terserah, mau bagaimana takdir mempermainkan dirinya, ia sudah tak peduli lagi. Semua kebahagiaannya sudah pergi. Mawar, bahkan anaknya, ia tak tahu berada di mana. Alasan itu sudah cukup membuat Ziandra pasrah dan tak melawan mereka yang mengendalikannya, bukan?

     Namun semua berubah ketika ia tak sengaja melihat sosok wanita yang sedang menggandeng seorang anak kecil berusia sekitar tiga tahun masuk ke dalam pekarangan sekolah daycare, yang parasnya amat mirip dengannya, dengan rambut diikat tinggi ke belakang dan poni tipis yang menutupi sebagian dahinya, serta senyum riang yang langsung mengingatkan Ziandra pada senyum manis milik Mawar. Persis sekali. Terlebih ketika pandangan Ziandra beralih pada wanita yang menggandengnya.

     Airmata Ziandra yang saat itu sedang duduk di mobil yang akan membawanya ke studio rekaman itu langsung menetes. Ziandra menyuruh supir mobil untuk berhenti sejenak. Ia ingin mengamati mereka lebih jauh.

Secret Of Flower [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang