▪︎Chapter 25: KHAWATIR▪︎

314 49 33
                                    

      Kirain nggak akan bisa tepat waktu update ini dan harus diupdate besok, ternyata malah selesai sebelum waktunya 😅

      Setelah baca ini, aku pengen tau kamu masih bertahan jadi tim Melati-Bobby, atau malah oleng ke Melati-Ziandra?

      Selamat membaca, semoga terhibur! ❤

~~~~~

     Bobby meletakkan segelas air dingin di meja kacanya, mempersilahkan gadis yang sedang memperhatikan rumahnya dengan mata penuh pulas berwarna coklat itu untuk duduk dan menikmatinya. "Aku cuma punya air dingin ini doang untuk bikin hausmu hilang." Ujar Bobby.

     "Nevermind. Aku juga ke sini bukan untuk menikmati minuman yang kamu punya kok, Beib." Jawab Lily, lalu menyeruput air dingin tersebut.

     Bobby berdecak. "Stop call me like that, Lily. Aku nggak mau ada yang salah paham kalau dengar ucapanmu tadi."

     "Cewek tadi, maksudmu?" Terka Lily, tepat sasaran. "Chill, Bob. Suaraku nggak akan kedengaran sampai sana."

     Bobby memperbaiki posisi duduknya, lalu kembali menatap Lily yang masih saja memperhatikan sudut rumahnya. Membuat Bobby tak nyaman. "Kalau tujuanmu mencari aku untuk bujuk aku supaya pulang ke rumah, sebaiknya kamu kemasi barang-barangmu dan kembali ke rumah mewahmu." Jelasnya. "Aku nggak akan pulang. Udah berapa kali kan, kubilang?"

     "Papamu kangen, Bob. Masa' nggak kasian sama beliau?" Oke, Lily mulai melemaskan bibirnya untuk membujuk lelaki di hadapannya.

     Ucapan Lily barusan bukan membuat Bobby iba atau tersentuh, malah semakin membuat ia benci pada orangtuanya yang tinggal satu-satunya itu. "Omong kosong. Dia cuma mau ngenalin aku ke anak temannya lagi. Hah, dasar orang tua itu. Masih aja."

     Lily menggeleng cepat. "Nggak, tuh. Papamu nggak akan ngenalin kamu sama anak temannya lagi, tuh. Katany, dia udah punya orang yang tepat buat dampingin kamu menjadi istri, sekaligus pewaris perusahaannya."

     Alis Bobby terangkat sebelah. "Siapa?"

     Bibir tipis Lily melengkung manis, menyiratkan kebanggaan tersendiri karena berhasil menggugah rasa penasaran Bobby.

     "Aku." Jawab Lily enteng.

     "Lebih gila lagi, kan?" Sanggah Bobby. "Terus kamu iyakan?"

     Lily mengangguk cepat. Membuat kepala Bobby melakukan sebaliknya. Menggeleng tak percaya dengan apa yang barusan ia lihat. "Ternyata kamu juga gila."

     "Apa sih, Bob? Lagian apa salahnya? Kita udah kenal dari kecil banget. Aku tau kamu luar dalam, kamu tau aku luar dalam. Kita ke sekolah bareng, nangis bareng, ketawa bareng, makan bareng, tidur bareng, mandi bareng—"

     "Li, stop!" Bobby mengacak rambutnya frustasi. "That's all when we were fucking six years old, dan kamu ngucapinnya seolah-olah semua baru kejadian kemarin."

     Wanita cantik itu malah tertawa. Senang melihat Bobby kesal.

     "Kemana sih pikirannya Pak Tua itu? Bisa-bisanya nyuruh aku nikah sama sahabat sendiri." Gumam Bobby kecil.

     "Aku nggak masalah tuh." Sahut Lily.

     "Aku yang masalah. Aku nggak bisa, Li. Kamu tuh udah kayak adikku sendiri. Lagian, kamu liat sendiri tadi," Ujar Bobby. "I already have someone I love." Sambungnya.

     Lily mengangguk-angguk paham. "Yaudah. Aku sebenarnya ke sini bukan mau bahas itu kok." Lily mengambil tas kecilnya lalu disampirkan ke pundak mulusnya. "Temenin belanja, yuk! Kulkas apartemenku kosong banget, aku mau bikin kopi jadi bingung. Masa ngopi aja pake delivery segala."

Secret Of Flower [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang