▪︎Chapter 33: KEPUTUSAN▪︎

592 60 23
                                    

Selamat ulang tahun, Bobby!

Anggaplah chapter ini kupost hari ini sebagai hadiah untuk masnya, juga untuk kalian yang masih setia baca cerita ini sampai hampir habis ini. Bener-bener chapter yang panjang, semoga kalian tidak bosan baca sama komentarinnya, ya 😅

Selamat membaca, semoga terhibur! ❤

~~~~~~

      Sorot lampu yang memokus ke dirinya membuat laki-laki itu harus memicingkan mata kecilnya sedikit, demi ia bisa melihat sekeliling dengan lebih jelas. Walaupun sesungguhnya ia tak bisa melihat satu-satu wajah kerumunan di hadapannya itu dengan benar-benar jelas, saking banyaknya orang yang hadir saat itu.

     Semua orang yang berada di gedung berkapasitas muatan sepuluh ribu orang itu menatap pada wajah yang sama, sosok yang sama, yang kini sedang berdiri di atas panggung yang megah dengan penuh kebanggaan pada dirinya.

     Walau peluh menjalar di sekujur tubuhnya, terutama di wajahnya yang sudah amat basah itu, namun senyum lebar juga puas tak henti-hentinya ia pancarkan, mengurai ekspresi jujur terhadap perasaannya saat ini. Puas. Bahagia. Sesuai apa yang ia harapkan sejak dahulu.

      "Terimakasih untuk semua yang sudah menyempatkan diri untuk hadir dalam konser solo saya yang pertama ini," Ujarnya lantang, setelah berhasil mengontrol deru jantungnya yang menggebu. "Saya tahu, saya masih sangat baru di dunia ini, tapi antusias kalian yang menyukai suara juga karya saya adalah hal yang paling membantu saya hingga bisa berada di tempat ini, walaupun baru dua tahun saya debut menjadi penyanyi."

     Netra pria itu kembali mencoba menatap satu-satu penonton yang hadir, beberapa bisa ia kenali sebagai mereka yang menjadi penggemarnya sejak awal debut, yang selalu setia datang jika ia melakukan busking di jalan-jalan sebagai agenda awalnya ketika awal debut, atau datang untuk mendukungnya jika ia diundang di acara musik di televisi nasional, juga acara-acara lainnya, formal ataupun non formal.

     "Saya bisa berdiri di sini, di panggung yang megah ini, di gedung sebesar ini, bukan semata-mata karena usaha saya pribadi, melainkan karena cinta yang sudah kalian berikan pada saya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

     "Saya bisa berdiri di sini, di panggung yang megah ini, di gedung sebesar ini, bukan semata-mata karena usaha saya pribadi, melainkan karena cinta yang sudah kalian berikan pada saya. Saya nggak bisa sebesar ini kalau bukan karena kalian." Tubuh pria itu membungkuk dalam, memberi penghormatan sungguh-sungguh kepada semua yang hadir di sana. Mereka, support system yang selalu mendukung kariernya sejak awal. Mereka, yang selalu ada untuknya bahkan dari titik terbawah dalam kariernya. Mereka, penggemarnya yang senantiasa ada untuknya, menerimanya apa adanya.

     Namun ada satu orang yang tak ia lihat di sana. Wanita yang begitu ia cintai hingga sekarang. Support system nomor satu yang selalu ada untuknya bahkan sejak ia masih menjadi penyanyi bayaran di kafe di salah satu kota di pulau Jawa itu. Wanita yang menjadi alasannya hidup di kota Semarang, sebelum akhirnya ia memutuskan untuk mengejar masa depannya di Jakarta.

Secret Of Flower [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang