▪︎Chapter 2: HADIAH▪︎

790 100 35
                                    

Perut Bobby pagi ini terselamatkan oleh kiriman nasi uduk dari tetangga kecilnya yang sedari kemarin penasaran dengan rambut gulalinya. Lumayan, hitung-hitung mengirit uang untuk sarapan di hari keduanya di kota ini. Bukannya uang Bobby tak ada. Uang tabungannya masih sangat cukup malah, untuk membiayai kehidupannya tanpa bekerja selama lima bulan. Namun, mengirit lima belas ribu juga tidak ada salahnya, kan?

"Saya pikir, Tari becanda pas dia bilang om rambut gulali tinggal di rumah seberang, ternyata benar." Cerita Melati ketika mengantarkan sepiring nasi uduk kepada Bobby, yang matanya bahkan masih belum terbuka lebar akibat baru bangun tidur, padahal jarum jam sudah menunjuk di angka sembilan.

"Maaf ya, mas. Kalau aja saya tau mas lagi nyari alamat ini kemarin, pasti saya anterin." Ujar Melati lagi.

"Nggak apa-apa, mbak. Saya juga nggak bilang kan, lagi nyari alamat, hehehe."

Melati tersenyum lagi, membuat hati Bobby menghangat seketika. Senyuman anggun yang jarang Bobby lihat dari wanita-wanita yang ia temui sebelumnya. Mendadak, Bobby merasa malu dengan penampilan bangun tidurnya yang pasti sangat berantakan, juga rambut ungunya yang tak tahu lagi bagaimana bentukannya. Melati terlihat rapi dan cantik, dengan rambut panjang yang diikat ke belakang, serta wajah yang hanya dipoles tipis dengan bedak atau apalah itu, Bobby tak mengerti dengan make up. Siapapun suami Melati, sudah pasti lelaki itu amat beruntung mendapatkan wanita sesempurna Melati. Sedangkan dirinya? Ah, sudahlah. Bobby sendiri enggan membayangkan seberantakan apa dirinya.

"Ibu!" Teriakan Tari dari depan rumah mereka membuat Melati memalingkan wajahnya ke arah Tari. Melihat anak gadisnya berlarian mendekati keduanya, lalu memeluk pinggangnya ketika sudah sampai di tempat Melati berdiri. "Ibu kok ndak bilang ke Tari kalau mau ke rumah om gulali?" Rajuk Tari dengan wajah yang sangat menggemaskan. Bibirnya dimanyunkan, matanya lurus menatap Melati. Melihat itu, Bobby langsung menekuk lututnya dan menyejajarkan tubuhnya hingga setara dengan Tari. "Kita kenalan dulu, yuk. Nama om, Bobby. Tari bisa panggil om Bobby, atau om ganteng juga boleh." Ujar Bobby sambil terkekeh, lalu menyodorkan tangannya untuk menjabat tangan mungil Tari. Dengan riang, Tari menyambut tangan besar itu dan membawanya ke arah keningnya, dengan sopan. "Aku Tari, om. Mentari. Dan aku akan tetap panggil om dengan sebutan om gulali."

Bobby tersenyum di sela-sela kunyahan ke sekiannya. Mengingat kembali perkenalannya dengan tetangga barunya, Melati, tadi pagi. Jangan lupakan anak gadisnya yang tampak sangat menyukai dirinya. Bobby tak menampik jika hatinya menghangat setiap kali mengingat Tari dan tingkah lucunya, apalagi saat gadis kecil itu menolak memanggil dirinya dengan sebutan om ganteng. Juga Melati, yang entah mengapa berhasil membuat Bobby yang biasanya tak peduli dengan penampilannya yang urakan, justru minder dan malu saat berhadapan dengan wanita itu.

Seakan tersadar, Bobby menampar pipinya sendiri, membuat pikirannya kembali normal. "Astaga, sadar, Bob! Itu istri orang! Bisa-bisanya lo mikirin wanita yang udah punya suami dan anak! Kayak nggak ada cewek lain aja!"

~~~~~~~

Bobby menyeruput ice lemon tea sampai ke dasar gelas, menyisakan kepingan berlian es di dalam gelas kaca itu. Membaca kembali selembar kontrak yang sudah berada di tangannya sejak sepuluh menit yang lalu. "Jadi, gue manggung tiap weekend?" Tanyanya kemudian, kepada lelaki yang sedang menyeruput kuah baksonya dengan lahap. "Dika, gue lagi ngomong sama lo, ya!" Kata Bobby setengah teriak, melihat lelaki di hadapannya itu tak menjawab pertanyaannya setelah sepuluh detik.

"Ya Allah, sabar bang. Gue laper!"

Bobby mengelus dadanya, menyabarkan dirinya. Dika, atau tepatnya Ezhardika Prasetya ini, adalah lelaki yang mengajaknya tinggal di kota ini untuk mengais rejeki. Bobby mengenalnya sejak mereka bersekolah di SMA yang sama. Dika adalah adik kelas Bobby kala itu. Keduanya lalu berpisah karena Dika kembali ke kampung halamannya. Mereka tetap on contact, bahkan menekuni bidang yang sama, sama-sama menjadi penyanyi indie di kota masing-masing. Sampai kemudian, Bobby mendapat undangan dari Dika untuk bekerja bersamanya di kota ini, kota perantauan Dika juga tempatnya bekerja selama tiga tahun terakhir.

Secret Of Flower [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang