▪︎Chapter 19: PULANG▪︎

323 58 13
                                    

      Setelah tiga hari yang terasa seperti ratusan tahun lamanya, akhirnya hari yang ditunggu-tunggu Bobby datang juga. Hari ini, tepatnya sore nanti, Melati akhirnya pulang dari Bali. Rindu. Itu yang dirasakan Bobby saat ini. Padahal hanya tiga hari, namun sudah sangat menyiksa dirinya.

      Selain rindu, laki-laki berambut ungu itu juga gugup. Gugup, menanti jawaban dari pernyataannya beberapa hari yang lalu. Juga menyiapkan hati untuk segala jawaban yang akan ia dengar dari bibir Melati nantinya. Bobby sadar, hati Melati masih untuk Ziandra meskipun mungkin hanya sebagian, namun tak ada salahnya ia berharap lebih, bukan? Segala kemungkinan bisa saja terjadi.

      "Bawaanmu banyak, nggak?" Tanya Bobby pada Melati yang berada di saluran telepon seberang sana.

     "Satu koper, satu tas kamera, sama satu dos sedang yang isinya oleh-oleh. Kenapa, Mas?"

     "Oh, kalau begitu nggak bisa dijemput pakai motor," Jawab Bobby. "Nanti saya pinjam mobil Dika aja untuk jemput kamu. Dika nanti pakai motor saya untuk jemput Mentari di sekolah."

     "Mas Bobby sendiri yang jemput?"

     "Iya, kenapa, Mel? Nggak mau saya jemput?"

     "Ih, bukan begitu." Nada suara Melati yang terdengar manja itu benar-benar menggemaskan, membuat Bobby semakin merindukan pujaan hatinya. "Kalau begitu, hati-hati, Mas. Melati sedikit lagi take off, kalau sudah landing Melati kabari lagi, ya."

     "Iya Mel." Jawab Bobby pelan. "Oh iya, Mel," Kata Bobby lagi, sebelum benar-benar mematikan sambungan telepon mereka.

     "Hm?"

     "Saya rindu kamu. Rindu sekali. Semoga baik-baik saja sampai tujuan, ya." Jantung Bobby benar-benar sudah tidak normal setelah mengucap kalimat itu. Degupannya membuat dadanya terasa sakit, namun sakit yang ia sukai.

     Melati terdiam sebentar, sebelum menjawab ucapan Bobby. "Melati juga, Mas. Sampai jumpa di sana."

     Okay. Jantung Bobby benar-benar meledak sekarang juga.

~~~~~

     Setelah memutus sambungan teleponnya bersama Bobby, Melati memegangi dadanya sebentar. Degupan itu belum kembali normal. Degupan kencang yang terjadi sesaat setelah Bobby mengucap rindu padanya. Juga senyum yang tak berhenti terukir di bibir merahnya. Ah, ada apa ini? Benarkah ia sudah terlanjur jatuh pada pesona tetangganya itu? Lalu, bagaimana perasaannya untuk Ziandra? Sudah hilangkah?

      Ah, ngomong-ngomong soal Ziandra. Melati benar-benar menghindari lelaki itu setelah kejadian di lobi hotel kemarin malam. Rasa marah, kecewa, kesal, sedih, bercampur menjadi satu yang kemudian ia tumpahkan dalam tangisan semalaman. Mengeluarkan perasaan sesak yang sudah terlalu menekan dadanya hingga ia tertidur sendiri akibat lelah menangis.

     Hingga pagi tadi, Ziandra masih mencoba meminta maaf pada Melati, namun tak diindahkannya. Ia benar-benar ingin tenang, menjernihkan pikirannya agar tak berubah menjadi benci. Ia tak ingin membenci pria ini. Bagaimanapun juga, Ziandra adalah ayah biologis Mentari, gadis kecil yang sudah ia anggap anaknya. Ia hanya ingin menenangkan pikirannya dengan sendiri. Dan Ziandra tidak akan membiarkannya sendirian sebelum semuanya kembali baik-baik saja.

     "Mas duduk di sini ya, Mel." Pandangan Melati yang awalnya tertuju ke luar jendela pesawat, langsung teralihkan oleh suara Ziandra yang tahu-tahu sudah memasang safety belt di kursi di sampingnya. "Kenapa Mas di sini? Ada orangnya loh."

Secret Of Flower [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang