▪︎Chapter 22: KENCAN▪︎

352 51 35
                                    

      Ketukan pintu rumah Melati terdengar hingga tiga kali, mengalihkan perhatian Melati dari kesibukannya menata bekal untuk anak tersayangnya Mentari, pagi ini. "Tari aja yang buka, Bu." Ujar sang gadis kecil yang langsung berlari riang menuju pintu utama, yang kemudian diikuti suara yang tak kalah bahagia menyambut tamu mereka pagi ini. "Om Gulali!"

      Ah, om kesayangannya sudah datang rupanya.

     Bobby memang sudah berjanji ingin mengantar Mentari ke sekolah hari ini, setelah beberapa hari sebelumnya ia tak mendapatkan lagi kesempatan itu. Sebelum yang lain bertindak, ia harus lebih dahulu melangkah. "Anak cantik sudah siap?" Tanyanya dengan suara menyenangkan, sambil dirinya menyamakan pandangannya pada Mentari.

      "Sudah, Om! Ibu lagi siapin makanan Tari, tunggu sedikit lagi ya. Masuk dulu ayo om." Mentari mengambil tangan Bobby dan menariknya masuk ke dalam rumah, menghampiri sang Ibu yang sudah selesai dengan urusannya. "Ayo, kita jalan."

     "Sebentar bu, Tari ambil tas dulu di kamar. Om Gulali, tunggu Tari ya." Lalu kaki-kaki kecilnya berlarian menuju kamarnya. "Hati-hati, Tari! Nggak usah lari!"

     "Senang banget dia, ketemu Om Gulalinya lagi." Kata Melati. "Syukurlah, Melati pikir dia akan sedih terus gara-gara kenyataan yang harus dia terima malam itu." Melati membicarakan malam ketika Mentari akhirnya mengetahui bahwa Ziandra adalah ayah kandungnya.

     "Kalau Ibunya, senang nggak ketemu Om Gulali?" Pertanyaan yang keluar dari mulut Bobby dengan suara yang dibikin lucu dan menggemaskan itu sontak membuat Melati mendelik geli, diikuti dengan senyum tertahan di bibirnya.

     "Jawab dong, jangan senyum-senyum doang." Lanjutnya lagi. "Soalnya saya seneng banget bisa lihat kamu lagi, Mel. Kamu makin cantik, padahal kita cuma berapa hari aja nggak ketemu."

     Oh Tuhan. Masih pagi, tapi pipi Melati sudah memerah seperti tomat ranum. "Dih, tipikal basa-basi buaya banget tau, Mas,"

     "Melati perempuan ke berapa yang Mas giniin pagi ini?"

     "Perempuan pertama, lah. Oh, enggak sih. Perempuan kedua." Jawab Bobby mengingat. "Yang pertama tadi Mentari, di depan pintu."

     "Ih, ngeselin." Cibir Melati, masih berusaha meredakan panas di pipinya yang semakin menjadi.

     "Nggak usah cemburu sama anak sendiri, Mel."

     "Siapa juga! Udah ih Mas, Melati malu!"

     Bobby tertawa puas sudah berhasil membuat pujaan hatinya tersipu pagi ini. Padahal ia juga sedang berusaha meredamkan degupan kencang yang sedari tadi bergemuruh di dadanya. Grogi dengan rencana yang sudah ia atur sedemikian rupa untuk akhir pekan nanti. Rencananya menagih apa yang sudah Melati janjikan sepulang dari Bali.

     "Oh, tentang malam itu," Sambung Bobby. "Pulang dari nganter Tari, kita sarapan bareng, ya. Sekalian kamu harus ceritain ke saya gimana detailnya. Kamu baru cerita inti-intinya di chatting kemarin."

~~~~~

      Akhir pekan yang ditunggu-tunggu Bobby akhirnya tiba juga. Sejak kemarin, ia tak henti-hentinya gelisah dan insecure tentang rencananya ini, takut gagal, takut tak berhasil, takut berantakan, yang lebih penting lagi, takut ditolak. Apalagi setelah ia mendengar cerita Melati tentang Ziandra yang ingin mengenal Melati lebih dalam lagi. Kepercayaan dirinya langsung menyusut tiga puluh persen. Jika saja bukan Ziandra orangnya, mungkin Bobby tidak akan terlalu khawatir begini. Pasalnya, Ziandra bukan orang biasa. Lelaki itu sempat menempati posisi istimewa di relung hati Melati yang terdalam. Atau mungkin ia masih bertengger di sana dan belum ada yang bisa menggantikan.

Secret Of Flower [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang