Mingyu dan Minghao sudah dalam perjalanan menuju ke rumah mereka. Lantunan lagu dari penyanyi muda yang sedang naik daun di kancah musik internasional bernama Niki memenuhi mobil Mingyu yang berkendara dengan kecepatan stagnan di sepanjang jalan.
Lampu malam yang berkelap-kelip dengan warna kuning membuat semua yang ada di sekitar Mingyu dan Minghao memudar perlahan. Tangan kanan Mingyu menggenggam milik Minghao yang bersandar sambil menatap ke luar jendela, sejak tadi tidak ada pembicaraan yang dibuka karena Minghao merasa mabuk malam ini.
"Gyu...," suara serak Minghao membuat Mingyu yang awalnya fokus ke jalanan langsung menenggok ke arah Minghao.
Di kursinya Minghao sedang menatap Mingyu dengan mata sayunya dan tersenyum.
"Udah lama banget kita gak kayak gini kan, aku kangen banget kita jalan kayak waktu kita masih kuliah ... makan malam bareng, jalan, foto-foto and kissing under that damn basketball ring. Aku ngerasa kalau kita balik ke masa-masa di mana kita hidup buat kesenangan kita sendiri."
Minghao menutup mulutnya dan matanya sekali sambil tersenyum.
"Gyu, I want to be happier from now ... can we do that?"
"Tentu aja, Hao... aku ngelakuin semua ini demi membahagiakan kamu."
"Tapi prosesnya gak enak Gyu, aku capek."
Mingyu menghela napas saat ia sudah memarkirkan mobilnya di depan pintu pagar rumah mereka, satpam yang bekerja untuk rumahnya dengan tergopoh-gopoh membukakan pagar. Minghao yang sudah menyembunyikan wajahnya di balik telapak tangannya dan mulai terisak seperti membuat Mingyu mampu merasakan ribuan pisau dilemparkan ke arahnya kala ia melihat Minghao terisak seperti itu.
"Gyu, aku takut."
Usai memarkirkan mobilnya di garasi, Mingyu segera meraih Minghao ke dalam pelukannya. Mingyu yakin ia tidak akan meninggalkan Minghao apapun yang terjadi. Bahkan setelah malam yang dilaluinya dengan Wonwoo, ia bisa paham kalau itu hanyalah euforia yang dirasakannya kala bercumbu dengan seorang Omega. Mingyu membenci dirinya, ia benci. Ia yang tidak punya cukup kekuatan untuk menentang Ibu dan Ayahnya yang menginginkan sesuatu yang menjadi standar kebahagiaan sebuah pasangan rumah tangga terus membuatnya merasa seperti dikejar oleh sesuatu.
Ekspektasi, opini orang-orang, tatapan mencemoh, cibiran di balik tembok dan seluruh tekanan itu. Mingyu sadar Minghao adalah orang yang selalu menjadi sasaran dari semua masalah itu, ia yang hanya seorang Beta bersikap begitu bangga memiliki hubungan dengan Mingyu. Mereka membuat ketakutan dan rasa percaya diri Minghao menyusut sedikit demi sedikit dan meninggalkan ketakutan yang membuat Minghao kini meringkuk dalam dekapan Mingyu.
"Hao, aku janji dengan seluruh hidup aku. Cuma kamu, hanya kamu yang bakalan jadi pasangan sehidup semati aku. Gak bakalan ada orang lain Hao bahkan kalau dia adalah mate aku, aku udah janji bakalan melawan takdir buat kamu."
Ini semua adalah pengingat untuk Mingyu. Harus Minghao, tidak boleh ada yang lain. Tidak dengan sosok ringkih yang kini berbaring sambil merasakan sesak yang tidak dapat ditahannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[meanie au on twitter] white lily on bed ✔
Fanfiction[khusus untuk bagian narasi dari AU sosmed by arskwatty] Mingyu telah menikah dengan Minghao, ikatan janji itu dibuat karena mereka saling mencintai. Namun kala Wonwoo datang untuk menyelesaikan masalah, konflik tidak dapat dihindari. Takdir yang te...