Wonwoo seperti menjadi gila setiap kali ia terus menenggok ke arah ponselnya kala dirinya merasa kelelahan dengan semua hal yang bisa ia lakukan untuk menghadapi lingkaran masa heat-nya. Ia mengelilingi setiap sudut ruang di apartemen untuk menemukan satu pun pakaian ataupun benda milik Mingyu yang bisa menyimpan aromanya.Ia di dera rasa frustasi yang luar biasa. Airmata Wonwoo sudah mengering sejak dua hari yang lalu, sejujurnya Wonwoo lelah dengan semua perasaan harap-harap cemas yang di deritanya saat ini. Dirinya ingin semua ini segera berakhir sebelum ia kehilangan kesadarannya dan berjalan keluar dari unit apartemen ini dan membiarkan Alfa yang tidak dikenalinya untuk bercinta dengannya demi sebuah kepuasaan seksual dan frustasinya.
Namun hal itu mustahil.
Ia akan mendapatkan penalti yang berat apabila hal itu terjadi.
Hanya Mingyu.
Orang itu haruslah Mingyu.
Orang yang berhak atas dirinya saat ini hanyalah Mingyu, apapun yang ingin dilakukan oleh Mingyu akan dianggap wajar oleh orang-orang yang tahu atau menyaksikan bagaimana sisi submisif dari seorang Omega. Sisi itu selalu mendominasi kala Omega yang berada dalam masa kawinnya tidak kunjung menemukan pasangan untuk diajak kawin.
Ungkapan vulgar dan sensual itu sudah biasa Wonwoo dapatkan sejak ia duduk di bangku SMA. kala hasil dari tesnya keluar dan ia dinyatakan sebagai seorang Omega membuat banyak temannya perlahan menjauh dan memandangnya dengan tatapan kasihan. Wonwoo tahu dia akan mengalami situasi mengerikan seperti ini.
Dildo yang dimilikinya tidak dilepaskannya dari abaimana-nya ia yang tengkurap di atas ranjang yang sudah berantakan dan dipenuhi dengan beberapa cairan yang keluar dari abaimana-nya tiap kali ia menyentuh titik yang tepat. Namun semua itu hanya sebuah hal fana.
Tidak ada kepuasan sejati di sana.
Wonwoo membutuhkan Mingyu.
Oleh karena itu, ia membuang harga dirinya sejak beberapa hari yang lalu Mingyu yang menghilang tanpa kabar membuatnya terus menjerit dan menyumpahi Mingyu. Keadaan Wonwoo tidak baik. Ia seperti jatuh ke titik terendah hidupnya, ia bahkan tidak bisa dipuaskan dengan mainan atau kegiatannya membuka lebar abaimana-nya.
Jalang.
Wonwoo merasa dirinya hanyalah seorang jalang.
***
Minghao menatap ponsel Mingyu yang ada di tangannya saat ini, ternyata kecurigaannya semakin menguat. Ada beberapa rahasia yang Mingyu simpan sendiri.
Kenyataan kalau Wonwoo tinggal di apartemen yang dimiliki Mingyu juga tentang masa heat Wonwoo yang datang sebentar lagi membuat Mingyu sedikit was-was.
Bagaimana?
Bagaimana menahan Mingyu?
Hal itu terus berputar di kepala Minghao. Akhirnya Minghao mengetik pesan itu kepada Wonwoo. Lalu Minghao membuka fitur lain di layanan pesan instan itu dan memblokir jawaban dan pesan lain yang akan dikirimkan ke Mingyu. Tentu saja tidak lupa menghapus balasan yang dikirimkannya.
"Hao kamu ngapain?"
"Tadi Bunda nelfon kamu, tapi aku bilang lagi mandi. Nanyain kita gimana kabarnya terus ngajak makan malam nanti."
"Aku mau aja si makan malam, tapi males banget ama Ayah."
Minghao hanya tersenyum mengingat bagaimana sikap dingin mertuanya, sebab ia lelah dengan semua ini.
"Kamu istirahat deh, besok udah mau berangkat ke Surabaya kan."
"Iya... Kamu juga yuk sini kerja terus si kamu."
Minghao tertawa pelan dan masuk ke dalam dekapan Mingyu sambil memejamkan matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[meanie au on twitter] white lily on bed ✔
Fiksi Penggemar[khusus untuk bagian narasi dari AU sosmed by arskwatty] Mingyu telah menikah dengan Minghao, ikatan janji itu dibuat karena mereka saling mencintai. Namun kala Wonwoo datang untuk menyelesaikan masalah, konflik tidak dapat dihindari. Takdir yang te...