Mingyu berjalan di depan Wonwoo kala mereka tiba di apartemen. Beberapa bagian tubuh mereka basah karena sempat menerobos derasnya hujan untuk masuk ke dalam lobi. Tidak ada banyak pembicaraan sejak meraka turun dari mobil, sejujurnya Wonwoo bertanya-tanya tentang alasan mengapa Mingyu ingin datang berkunjung.
Pertama, ia baru saja tiba beberapa jam yang lalu dan menghampiri Wonwoo untuk menyerahkan oleh-oleh yang seharusnya diberikannya di lain waktu. Dan Wonwoo menyadari aroma Petrichor dan Citrus selalu mengelilinginya kala bersama dengan Mingyu.
"Won mandi aja dulu, biar gak masuk angin."
"Mas Mingyu aja yang deluan, gue bisa setelahnya."
"Lu aja dulu, gue inget di salah satu profil diri lu, di sana ditulis kalau lu tuh gampang masuk angin. Jadi lu aja deluan ya," bujukan Mingyu berhasil dan Wonwoo masuk ke dalam kamar mandi dan mandi dengan air hangat.
Hujan masih cukup deras di luar, Mingyu sudah mengganti pakaiannya dengan kaos putih dan mengeringkan rambutnya dengan handuk bersih yang ada di lemari. Ia menyalakan kompor listrik yang ada di dapur untuk membuat cokelat panas. Sambil menunggu ia memperhatikan sekitar, sudah ada beberapa barang-barang asing memasuki tempat ini yang pastinya merupakan barang kepemilikan Wonwoo.
Mingyu mengeluarkan beberapa makanan yang dibawanya juga cokelat premium yang hendak dibuatnya menjadi cokelat panas. Tidak ada banyak barang di bagian dapur selain alat makan dan sebuah panci serba guna, kulkas juga diisi oleh makanan cepat saji yang tidak habis lalu beberapa makanan instan lain. Senyuman di wajah Mingyu tercetak kala ia mengingat kalau Wonwoo bahkan tidak bisa memasak mie dengan kematangan sempurna seperti yang disukainya.
Begitu Mingyu menuju ruang tengah Wonwoo sudah selesai mandi dan keramas, ia memakai kaos kebesaran berwarna putih dengan gambar taman bermain yang diisi oleh beruang lucu. Tidak hanya itu ia juga tidak mengenakan kacamatanya dan celana pendek sepaha yang membuat Mingyu merasa kalau penampilan Wonwoo saat ini begitu menggemaskan.
"Ah ini apaan?"
"Cokelat panas."
"Silverqueen gitu yang dilelehin?" Pertanyaan polos Wonwoo membuat Mingyu hampir tertawa lepas.
"Bukan, gue beli cokelat premium bubuk. Itu enak dijadiin cokelat panas kayak gini, tinggal ditambahin gula dikit."
"Oh gitu."
Wonwoo lalu menatap isi gelas di depannya dengan ragu-ragu. Sejujurnya ia sudah lama tidak menyentuh hal berbau minuman cokelat atau susu. Hal itu karena ia yang sering sekali merasa sakit perut dan diare setiap kali ia mengonsumsinya. Padahal saat Wonwoo meminum kopi hal seperti itu tidak terjadi, karena itu Jeonghan menyarankan untuk menjauhi dua hal itu. Namun melihat Mingyu yang datang jauh-jauh untuk menjemputnya dan memberikannya begitu banyak oleh-oleh dari Jepang.
"Oh iya gak mau ngecek titipan lu?"
Wonwoo jadi teringat sebuah tas berwarna biru dengan label bahasa Jepang yang tidak diketahuinya memiliki arti apa, padahal Wonwoo sudah begitu lama menyukai negara itu dan segala pesona budayanya. Namun tetap saja ia sangat gagap pada bagian mengenali kata kanji selain "cinta" pada label ataupun brosur.
Begitu ia membuka tas kertas itu, dirinya terkejut dengan isinya. Ada begitu banyak barang dengan tema Frozen di dalamnya bukan hanya boneka tapi kostum, alat makan, topi, bahkan sebuah bantal yang apabila ditekan akan mengeluarkan suara Elsa dan Anna.
"Kayaknya ini berlebihan banget deh, gue bayar aja ya."
"Gak papa, serius. Itu gue beli juga karena pengen ngasih ke lu, selama kita bareng... Lu gak pernah minta apapun sama gue dan tanpa sadar gue pengen ngasih lu semua ini."
"Tapi kan gue bukan siapa-siapa...."
"Wonwoo, lu jangan mikir gitu. Mau gimanapun lu bakalan ngandung anak gue, terlepas dari kesepakatan kita ... Gue pengen bales pengorbanan lu itu."
Tentu saja bagian akhir itu menyisakan rasa pahit di lidah Mingyu, ia terlalu pengecut untuk mengatakan bahwa yang ia inginkan adalah semakin sering menjadi alasan dari sosok di depannya tersenyum.
"Makasih Gyu, tapi gue rasa ini berlebihan. Gue juga ngikutin semua ini karena gue-pun dapat bayaran dari lu dan suami lu, gak seharusnya lu ngomong gitu."
Mingyu paham kalau ucapannya tanpa sadar memiliki sisi tajam yang melukai Wonwoo saat ini. Namun sepasang mata teduh itu tetap mempertahankan ketenangannya, raut ekspresinya masih sama tidak berubah. Semua itu karena di dalam sana Wonwoo sudah berulang kali berteriak untuk menyerah pada takdirnya dan menerima semuanya.
Dan rencana Mingyu untuk berasa di sisi Wonwoo lebih lama harus sia-sia karena hujan telah reda dan Minghao membutuhkan Mingyu di sisinya saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
[meanie au on twitter] white lily on bed ✔
Fanfiction[khusus untuk bagian narasi dari AU sosmed by arskwatty] Mingyu telah menikah dengan Minghao, ikatan janji itu dibuat karena mereka saling mencintai. Namun kala Wonwoo datang untuk menyelesaikan masalah, konflik tidak dapat dihindari. Takdir yang te...