∞∞:∞∞

2.7K 176 39
                                    

Butuh waktu sehari sampai Wonwoo bisa ditengok oleh sanak saudaranya, ia masih terbaring pucat namun kedua matanya sudah terbuka dan mulutnya mau membalas sapaan dari pembesuknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Butuh waktu sehari sampai Wonwoo bisa ditengok oleh sanak saudaranya, ia masih terbaring pucat namun kedua matanya sudah terbuka dan mulutnya mau membalas sapaan dari pembesuknya. Salah satunya adalah Mingyu, ia meminta waktu dan kesempatan untuk berbicara empat mata dengan Wonwoo.

"Udah baikan?" tanya Mingyu sambil mengambil tempat di sisi kanan ranjang Wonwoo.

"Iya, maaf aku ngerepotin."

"Gak papa, aku bersyukur waktu itu datang di waktu yang tepat."

"Terima kasih, karena mau nolong aku."

"Sama-sama Won," jawab Mingyu pelan.

Ada keheningan di antara mereka. Sesungguhnya ada begitu banyak kata-kata yang tersekat di tenggorokan mereka hendak untuk dilepaskan, namun tidak dapat dilakukan.

"Mereka sudah lahir, dua putra yang sehat... kamu mau lihat? Kata dokter kamu bisa nenggok mereka siang ini."

Wonwoo meragu, "boleh?"

Mingyu mengangguk. "Tentu saja."

"Terima kasih, setidaknya aku bisa gendong mereka sekali...."

Melihat reaksi Wonwoo—Mingyu bisa paham apa yang sedang berkecamuk di dalam sana.

"Aku udah mutusin, aku bakalan bawa salah satunya saja."

"Kenapa?" Raut wajah muka Wonwoo luar biasa terkejut. Padahal dari penuturan Dika kalau Mingyu sudah membayar lunas kontrak yang mereka sepakati, lalu mengapa sekarang menjadi seperti ini.

"Karena aku mau ngasih kamu sebuah alasan untuk hidup."

Wonwoo terdiam saat mendengar perkataan Mingyu.

"Aku harap anak itu ngasih kamu semangat untuk menjadi Wonwoo yang lebih baik, menjadi Wonwoo yang lebih kuat dari apapun, menjadi Wonwoo yang bisa membuktikan pada dirinya sendiri kalau hidup lebih lama di dunia ini tidak seburuk yang dulu kamu pikirkan. Aku mau kamu jadi seperti itu."

Senyuman di wajah Mingyu membuat airmata Wonwoo menggenang di sudut matanya.

"Buatku, anak itu punya eksistensi yang lebih besar dibanding aku dalam hidup kamu. Jadi aku harap dia bisa jadi seperti apa yang aku harapkan, karena aku berharap anak itu bisa ngelakuin hal yang gak bisa aku lakuin untuk kamu. Aku tahu kaliber kekuatan aku dan aku gak mau gegabah menanggung semuanya seperti yang dulu aku pikirin, saat ini aku sadar kalau dunia gak berputar seperti yang aku mau," Mingyu menarik napas panjang dan mengembuskannya. "Karena itu, aku harap kebahagiaan yang ada ini bisa aku bagi ke kamu, semoga dengan ini setidaknya kesedihan kamu bisa berkurang walau sedikit. Gak peduli seberapa besar keinginan aku untuk membahagiakan semua orang, aku tetap harus milih siapa yang menjadi prioritas... dan aku sadar orang itu tetap Minghao. Kamu bener, seharusnya aku gak terburu-buru waktu itu dan sempat ngebuat situasi kita rumit, tapi aku tetep gak menyesali semua yang kita jalani ini... dengan ini aku mau kita bisa jadi lebih baik lagi."

"Kita gak bisa mendapat akhir bahagia yang sempurna seperti di dalam film atau cerita, tapi setidaknya... aku gak mau banyak menangis karena terperangkap dengan masa lalu. Karena itu Won, hidup dengan baik... Berbahagia Won, jangan biarin orang lain menentukan kebahagiaan menurut standar mereka. Karena semua itu adalah sesuatu yang kamu rasakan sendiri, bukan orang lain."

Mingyu lalu mengangkat buket bunga yang ada di dalam tas kertas yang dibawanya. Sebuket bunga lily lonceng yang indah, Wonwoo menerimanya dengan derai airmata.

"Terima kasih Gyu, makasih... sudah berani untuk mengambil keputusan yang gak bisa aku ambil."

"Gak masalah, mungkin aku akan keliatan kayak pihak antagonis kalau kamu nyeritain hal ini ke orang lain... Tapi setidaknya kamu bisa ngambil langkah baru untuk hidup kamu."

Mingyu bangkit dari posisinya dan menatap Wonwoo lama.

"Boleh aku peluk kamu? Buat yang terakhir kali?"

Wonwoo mengangguk pelan dan pelukan erat itu menjadi salam terakhir mereka sebelum perpisahan yang akhirnya datang menghampiri mereka.

"Jangan lupa buat bahagia Won, bahagiakan diri kamu.

"Hmmm... makasih Gyu."

"Selamat tinggal Won, makasih untuk semuanya."

"Hmmm, terimakasih Gyu. Udah pernah jatuh cinta ke aku dan ngasih aku alasan untuk hidup di dunia ini...," bisik Wonwoo pelan sebelum mengurai pelukan mereka.

Dan Mingyu menghilang dibalik pintu rumah sakit itu, menjadi pertanda dari titik awal baru dari kehidupan mereka.





























Tamat
11 Juni-11 November 2020

🎉 Kamu telah selesai membaca [meanie au on twitter] white lily on bed ✔ 🎉
[meanie au on twitter] white lily on bed ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang