00:26

3.2K 250 17
                                    

Mingyu dan Minghao sudah duduk tenang di restoran yang sering mereka datangi sejak masih masa kuliah dulu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mingyu dan Minghao sudah duduk tenang di restoran yang sering mereka datangi sejak masih masa kuliah dulu. Minghao menyukai makanan di sini dan wine yang disajikan juga pilihan yang baik, sementara Mingyu menyukai menyukai suasana restoran.

"Kamu masih gak seneng sama kejadian tadi?" Tanya Mingyu saat ia selesai memesan makanan untuk mereka.

"Yes I was, kamu gak ngerti gimana ngeselinnya liat mereka ngedusel ke kamu. Tepat di depan mata aku, yang suami kamu."

"I know. Aku juga risih, but kamu jangan kasar ya baby, kerjaan kamu nuntut untuk selalu bersikap baik ke pelanggan."

"Tapi gak gitu dong mainnya, aku males banget."

Mingyu akhir meraih jemari tangan Minghao dan menciumnya. Ia tahu kalau pasangannya itu benci sekali dengan kejadian-kejadian yang terjadi tadi. Sejujurnya Mingyu juga tidak menyukainya, ia tidak nyaman dengan sentuhan yang membuatnya merasa seperti sedang menyentuh sampah.

"Baby, please don't be mad again okey? Gimana kalau besok kamu ajakin jalan ama wisata kuliner deh seharian."

"Serius? Kamu emang lagi luang?"

"Well, perusahaan udah stabil dan upgrade versi terbaru juga udah, plus masalah ama beberapa vendor juga udah beres. I have my whole week for you."

"Glad to know that! Aku pengen banget makan di salah satu tempat yang jualan sate taichan dan es kopi enak banget kata Jun di daerah Bintaro. Kita ke sana ya."

"Sure. Kenapa gak, kita bisa hunting foto juga kalau kamu mau. Aku bakalan bawa kameranya nanti."

"That will be a perfect dating agenda!"

Mingyu merasa lega karena kini Minghao sudah tersenyum dengan manis ke arahnya. Ia selalu ingin memastikan orang yang disayanginya mendapatkan perhatian yang diinginkannya. Makanan mereka sudah datang dan makan malam mereka dilewatkan dengan obrolan seputar hobi fotografi yang sama-sama keduanya sukai sejak dulu, juga alasan mengapa mereka akhirnya bertemu dan berkencan.

"Ah iya, aku lupa."

Belum sempat Mingyu menyuapkan pasta ke dalam mulutnya, ia tersadar alam sesutu.

"Bunda ngabarin aku biar kita jalan ke rumah."

"Lalu? Kamu kok gak ngabarin. Kita bisa atur jadwal buat main ke sana."

"Aku hanya takut kamu gak nyaman sama Ayah."

"Thats okey baby, aku nikahin kamu bukan cuma ngalamin manisnya pernikahan aja. Mungkin ini salah satu cobaan yang Tuhan kasih ke aku biar makin tahan banting, lagian Ayah gak pernah kasar banget ke aku kok, apalagi sampe mukul aku kan gak... Dia cuma terganggu aja sama kenyataan aku ini laki-laki dan beta," Minghao menghayal sebentar sebelum tersenyum ke arah suaminya.

"Kita gak bisa memuaskan keinginan semua orang, aku belajar buat menghargai hal itu biar akunya juga gak stress. Pokoknya kamu gak usah overthinking sama hal ini okey? Aku tahu bagaimana cara buat ngelindungin diri sendiri."

Mingyu mengangguk dan tersenyum ke arah Minghao. Pernikahan mereka memang mengalami sedikit liku karena Ayah Mingyu yang tidak mengerti mengapa putranya menikahi seorang laki-laki beta, padahal ia punya pilihan untuk menikahi seorang perempuan atau bahkan laki-laki omega demi sebuah rumah tangga yang sempurna.

"Jadi kapan kita bakalan main ke rumah?" tanya Minghao sambil meneguk wine miliknya.

"Jumat ini?"

"Sure, aku lowong kok."

"Okey, ini kita balik aja?"

"Let's buy cheesecake on our way home."

Mingyu mengiyakan permintaan Minghao dan segera pergi ke kasir untuk membayar tagihan mereka lalu mengendarai mobil sedang miliknya membelah jalanan malam itu.

[meanie au on twitter] white lily on bed ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang