01:03

2K 230 16
                                    

Wajah Wonwoo bersinar kala ia menemukan boneka kucing dengan jenis persia yang memiliki aroma lembut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Wajah Wonwoo bersinar kala ia menemukan boneka kucing dengan jenis persia yang memiliki aroma lembut. Dika dan Chan yang berkeliling di bagian lain terlihat tertarik pada produk seperti selimut dan juga sweater rajut. Sejak dulu Wonwoo memang menyukai boneka dan hal itu juga menurun pada Kai yang menyukai jenis boneka buatan tangan dan memiliki model unik. Akhirnya Wonwoo membeli dua boneka kungkang dan kucing persia untuk Kai. 

"Kak Won, ini aku mau kasih ke Kai muat gak ya?" tanya Dika sambil mengangkat sweater berwarna salem yang terlihat lembut.

"Kayaknya rada kebesaran si Ka, coba tanyain yang ukuran di bawahnya."

"Ini ukuran S kak."

"Hmm ya udah yang ini aja. Kayaknya si bakalan bisa dipake Kai lama."

"Kak Won, ini bagusan yang warna biru apa peach ya kak?"

"Kai suka warna biru, yang biru aja Chan."

Senyuman di wajah Won semakin merekah kala mereka sudah selesai dengan pembayaran dan meminta barang yang mereka beli dibungkus dengan kertas kado yang memiliki motif yang lucu. Wonwoo segera naik ke atas motor yang dibawa oleh Dika sementara Chan menyusul dengan motor miliknya sendiri, di sepanjang jalan Wonwoo bercerita mengenai bagaimana serunya nanti Kai membuka hadiah darinya.

Dan Dika yang mengerti perasaan sukaria itu terus menanggapi sang kakak dengan antusias yang luar biasa dan tawa yang bahkan membuat beberapa pengendara yang berada di dekat mereka menenggok dan mengerutkan dahinya mendengar celotehan mereka. Perjalanan menuju rumah sakit hanya membutuhkan waktu lima belas menit hingga sampai ke tujuan, lalu saat Dika memarkirkan motornya di lapangan parkir rumah sakit, Wonwoo melompat turun dan segera melepaskan helm yang digunakannya. 

"Kak! Tungguin Chan!" teriak Chan yang baru saja menemukan area kosong untuk memarkirkan motornya.

"Iya iya ini ditungguin kok, tenang aja."

"Chan, rusuh banget si kek anak ayam."

"Udah, ayok ah! Kalian nih udah gede masih aja berantem, malu ama Kai."

Dengan langkah lebar ketiga mulai menyusuri koridor rumah sakit dan sampai di daerah bangsal rawat inap yang berada di area barat wilayah rumah sakit permata. Dika dan Chan masuk terlebih dahulu sementara Wonwoo sekali lagi hanya bisa berdiri di sana. Meskipun pada kenyataannya ia yang paling bersemangat untuk melihat Kai, ia tidak bisa menemui Putri kecilnya itu. Berdiri di luar ruangan sambil meremas ujung sweater yang digunakannya, ia kembali menjadi orang luar yang melihat bagaimana putrinya itu tersenyum dan tertawa lepas dengan hadiah yang berada di pangkuannya. 

Pintu terbuka kala itu dan Jeonghan berdiri di sana dengan raut wajah yang sulit untuk di katakan, ia mencoba untuk mengatakan sesuatu tetapi hal itu kembali tertelan masuk ke dalam tenggorokannya. 

"Won, mau ikut gak?"

"Kak Han mau ke mana?"

"Tadi aku bilangnya mau pergi kan ya, tapi batal. Bos aku tiba-tiba bilang dia sakit jadi gak bisa ketemuan buat ngebahas kerjaan."

"Aaah gitu...," gumam Wonwoo pelan.

"Kita ngobrol bentar yuk."

Akhirnya Wonwoo dan Jeonghan pergi ke taman rumah sakit, memilih duduk di dekat pohon ketapang tua yang rimbun.

"Kamu gimana kabarnya? Berapa hari sibuk banget sampai aku gak bisa nelfonin."

"Maaf Kak, aku lagi banyak banget deadline kemarin proses surrogate omeganya udah dimulai."

"Gitu ya... Maaf ya, aku bukannya ngomong gini karena gak suka sama kesibukan kamu atau mau menghakimi keputusan kamu. Tapi dua hari yang lalu Kai hampir gagal bernapas dia ngaku mimpi buruk dan bilang kalau bau yang sering dia cium dari kejauhan gak kecium berapa hari." Jeonghan menatap wajah Wonwoo yang mengeras dengan raut wajah serba salah. "Dia pasti Alfa Dominan Won, persis kayak Cheol. Dia juga pasti ngerasa nyaman setiap kamu mampir, mungkin dia bisa nangkep kalau kamu itu induk dia."

Wonwoo meremas ujung bajunya dengan gugup. Ia ingin eksistensinya selalu berada dalam bayangan, namun Kai yang merupakan Alfa Dominan seperti dugaan Jeonghan pasti akan mengikuti instingnya, ia pasti akan mengenali induknya. Jeonghan yang melihat bagaimana gugupnya Wonwoo saat ini membuat tangannya bergerak mendekat lalu meraih kedua tangan Wonwoo. 

"Dari awal aku sama Cheol gak pernah ada niatan buat ngalangin kamu ketemu ama Kai, kami seneng kalau Kai punya banyak orang yang sayang ke dia dan ada buat dia. Jadi kamu gak perlu ngerasa bersalah."

Kedua manik mata yang terbingkai dengan kacamata bundar itu terlihat sedikit basah, Wonwoo menggigit bibir bawahnya untuk menahan airmatanya.

"Tapi apa Kai mau nerima orang kayak aku sebagai orangtua dia Kak?"

"Pasti dia bakal—" ucapan Jeonghan dipotong oleh Wonwoo.

"Gak bisa kak, kakak sendiri tau aku gimana ... aku Omega yang rela jual diri bahkan bayi aku sendiri untuk uang dan bertahan hidup. Gimana keadaan Kai kalau dia tau sama kenyataan ini? Apa dia bakalan nerima? Apa orang lain bakalan ngerti? Gak kak, ini alasan kenapa aku gak pernah bisa muncul di depan Kai dengan penuh percaya diri. Karena itu Kak, aku minta tolong buat jagain Kai. Sayangin Kai seperti anak kakak sendiri, aku tau Cheol gak ada di sini buat bareng jagain Kai ... karena itu aku pengen ada di sisi kakak dengan posisi seperti sekarang, aku yakin aku bisa ngatasin ini."

Jeonghan paham. Tapi apa yang Wonwoo katakan tidaklah salah, mungkin semua orang bilang kalau Wonwoo adalah pengecut, tetapi menurut Jeonghan—mungkin dirinya sendirilah yang pengecut karena menginginkan Wonwoo berada di sisinya untuk berjuang bersama. Satu-satunya penghubung mereka adalah Kai, tetapi Wonwoo tidak akan mampu melangkah maju untuk memberitahukan segalanya. Situasi di antara mereka tidaklah menguntungkan sejak awal.

"Tapi kamu harus tahu kalau kamu punya aku dan Kai yang bakalan selalu ngelindungin kamu. Kalau kamu emang mau tetep kayak gini, aku gak bisa ngomong apapun sama keputusan kamu. Semoga suatu hari nanti, saat Kai udah cukup mengerti tentang situasi kita—semoga dia mau nerima semuanya."

Wonwoo mengangguk dan mengelap matanya untuk menghilangkan genangan yang ada di sana. Jeonghan tidak dapat mengungkapkan hal itu dengan begitu gamblang kalau selama berapa tahun ini ia berharap Wonwoo akan berada di sisinya terus namun aroma samar yang melekat pada Wonwoo membuatnya ragu. Mungkin memang sejak awal perasaan yang mekar itu segera dipadamkannya sebelum berkobar seperti saat ini.

[meanie au on twitter] white lily on bed ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang